-->
7jV8Go9rTqyfOqOLD0Rj3Gn1IrJt9wpFwJEk2sYv

Khasiat Marunggai Alias Daun Kelor Ditengah Pandemi Covid-19



Salingka Luak,- Mendengar nama daun kelor kita akan ingat jenis tanaman dari Pulau Jawa. Tapi usut punya usut yang namanya populer dengan daun kelor ini di Luak Limopuluah disebut Marunggai. Yang nama daunnya tidak lebar dan batangnya berserat kayu.

Nama Marunggai Sebutan di Luak ini mirip dengan nama latin tanaman ini, Moringa Oleifera Lam. Tidak didapat kepastian apakah orang di Luak Limopuluah ini dulu kenal dengan nama latin atau bagaimana sehingga spesies tanaman satu ini memiliki nama mirip dengan nama latinnya.

Marunggai alias daun kelor menurut beberapa penelitian yang ahli dibidang tanaman ini memiliki banyak khasiat. Karena kandungan vitamin di daun Kelor bin marunggai ini sangat banyak dan dosis tinggi.

Tanaman ini memilki ukuran daun yang kecil sekitar 1 cm, namun ternyata menyimpan manfaat yang luar biasa untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh sekaligus digunakan untuk membantu mengobati berbagai penyakit. Bangsa Indian, Afrika, dan Tiongkok sudah lama menggunakan ekstrak kelor sebagai campuran obat herbal, bahkan di Eropa tanaman ini dikenal sebagai “Miracle Tree”  tanaman ajaib yang mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Secara botani Moringa oleifera Lam. termasuk dalam famili Moringaceae yang berasal dari daratan India. Kandungan nutrisi yang tinggi terdapat pada organ daun, buah muda dan biji. Dikutip dari laman Sciencedirect pada jurnal Food Science and Human Wellness melaporkan kelor mengandung vitamin C 7 kali lebih tinggi dibandingkan jeruk, vitamin A 10 kali lebih tinggi dibandingkan wortel, kalsium 17 kali lebih tinggi dibandingkan susu, protein 9 kali lebih tinggi dibandingkan yogurt, posfor 15 kali lebih tinggi dibandingkan pisang, zat besi 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayam, mengandung zink sebanyak 25,5 – 31,03 mg/kg, vitamin B (folic acid, pyridoxine, nicotinic acid), vitamin D dan vitamin E. Tanaman ini sangat berpotensi dan saat ini secara efektif digunakan untuk mengatasi malnutri di beberapa wilayah di dunia terutama di Afrika.

Kelor juga mengandung phytosterol seperti stigmasterol, sitosterol dan kompesterol yang berperan sebagai prekursor dari hormon estrogen yang menstimulasi kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Kandungan kalsium dan zat besi pada kelor dapat mencukupi kebutuhan selama masa kehamilan. Kelor juga diketahui rendah kalori sehingga dapat digunakan untuk program diet bagi penderita obesitas.
Penelitian melaporkan bahwa kelor mampu membantu penyembuhan penyakit diantaranya : Sebagai anti diabetes, kelor diketahui mampu membantu penyembuhan penderita diabetes tipe 1 dan 2. Kandungan antioksidan pada kelor mampu mengendalikan kadar Reaktive Oxygen Species (ROS) yang memicu diabetes;  Anti kanker, ekstrak kelor yang mengandung senyawa kimia glucosinolate, niazimicin dan benzyl isothiocyanate dapat menghambat pertumbuhan sel kanker; Kelor juga dapat digunakan sebagai Neuroprotektan pada otak; meningkatkan kadar protein dan menurunkan kadar urea serta creatinine di darah sehingga berpotensi mencegah kerusakan ginjal; Kelor diketahui menurunkan produksi asam lambung penderita tukak lambung mencapai 86.15 persen sehingga bisa digunakan sebagai antiulcer; Kelor mampu mengurangi radang sendi dengan menurunkan TNF alpha dan IL-1 yang menjadi penyebab rheumatoid ; Kandungan senyawa pterygospermin, moringine dan benzyl isothiocynate pada biji kelor dapat digunakan sebagai antimikroba yang menghambat perkembangan patogen seperti Bacillus subtilis, Shaphylococcus aureus dan Vibrio kolera ; Kandungan palmitik acid, linolenic acid, linoleic acid dan oleic acid pada biji kelor dapat mengontrol kolesterol.
Potensi Kelor sebagai Antivirus
Dikutip dari laman Sciencedirect pada South African Journal of Botani yang menyatakan bahwa ekstrak daun, buah dan biji kelor memiliki potensi untuk meningkatkan imunitas tubuh dan menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus. Kandungan senyawa kimia yang diduga menghambat perkembangan virus diantaranya : Ellagenic acid, Aurantiamid acetate, benzyl glucosinolate, beta amyrin, benzyl isothiocyanate, Dibutyl phthalate, pterygospermin, Apigenin, Chrysin, Myricetin, Quercetin, dan Chologenic acid.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun kelor mampu meningkatkan imunitas tubuh penderita HIV. Ekstrak kelor juga diketahui membantu penyembuhan penyakit HSV (Herpes Suplex Virus) yang disebabkan oleh virus Herpes viridae; HBV yang mengakibatkan penyakit Hepatitis B, FMDV (Foot and Mouth Disease Virus), EBV (Epstein Barr Virus) dan NDV (Newcastle Disease Virus) dengan cara menghambat replikasi virus dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sejalan dengan hal diatas, dikutip dari Australian Journal of Basic and Applied Sciences, ekstrak kelor dilaporkan mampu membantu penyembuhan penyakit RSV (Respiratory syncytial virus) yang menyebabkan bronchiolitis dan pneumonia sehingga terjadi ganguan pada pernapasan.

Seperti pernah di tulis Dosen Pertanian Universitas Andalas yang diterbitkan BeritaSumbar.com beberapa waktu lalu. Daun Kelor ini sangat bagus untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Daun Kelor selain  mengandung nutrisi yang tinggi juga menghasilkan senyawa fitokimia yang bermanfaat bagi tubuh. Tulis Ryan Budi Setiawan SP. M.Si. 

Baca : Konsumsi Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) Untuk Meningkatkan Imunitas Tubuh Di Masa Pandemi Covid-19
 Dinagari Koto Nan Gadang Payakumbuh Utara Kota Payakumbuh Marunggai ini dimasak jadi randang. Randang Marunggai ini menu wajib saat ada perhelatan batagak Pangulu di Nagari ini. Setiap rumah Gadang yang akan malewakan gala sako Niniak Mamaknya wajib menyediakan Randang Marunggai ini.

Mungkin di daerah lain di Ranah Minang ini juga sudah tidak asing masakan dengan menu daun Marunggai alias kelor ini.

Jadi tidak Heran Mengingat manfaatnya yang banyak bagi kesehatan, saat ini sudah banyak tersedia produk alternative pengobatan berbahan dasar daun kelor ini. Kemasan dan bentuknya pun beraneka macam, ada yang dikemas dalam bentuk teh kering, teh celup maupun kapsul. Harganya pun relative murah jika dibandingkan dengan obat berbahan dasar zat kimia


Related Posts

Related Posts