HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Jejak Baru Riset Kopi Sehat dari PPNP dan CERI ARKA Nusantara


Limapuluh Kota,Salingkaluak.com,-“Menggabungkan circular economy dan blockchain untuk menghadirkan kopi Arabika Sumatera rendah akrilamida, tinggi antioksidan, dan berdaya saing global.”

Payakumbuh – Dari dataran tinggi Gayo, Sumatera Utara dan Ranah Minang hingga lembah Kerinci, aroma kopi Arabika khas Sumatera menyimpan cerita panjang tentang alam, budaya, dan perjuangan petani. Kini, cerita itu dilanjutkan dengan sebuah riset yang berupaya membawa kopi Sumatera ke tingkat yang lebih tinggi: kopi sehat, transparan, dan berdaya saing global.

Melalui program hilirisasi riset SINERGI, tim peneliti dari Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh, Universitas Andalas, dan Universitas Negeri Padang, bekerja dalam wadah Yayasan CERI ARKA Nusantara (Coffee Education Research Institute) di balik tangan dingin Prof. Rince Alfia Fadri, yang mengusung konsep ARKA (Antioksidan, Rendah akrilamida, Kopi Alamiah) EcoTrace, dengan pola Circular Economy dan Blockchain, untuk mengembangkan kopi Arabika spesialti rendah akrilamida dan tinggi antioksidan.

Mengapa Kopi Sehat?

Kopi Arabika Sumatera sudah dikenal dunia karena karakter cita rasanya yang kompleks seperti floral, fruity, hingga spicy. Namun, proses penyangraian yang tidak terkendali dapat memunculkan beberapa senyawa yang tidak diinginkan, senyawa hasil reaksi Maillard yang bersifat karsinogenik. Di sisi lain, kopi juga kaya antioksidan dan senyawa bioaktif lain yang memberi manfaat kesehatan.

Inilah tantangan sekaligus peluang. “Kami ingin menemukan cara agar kopi tetap nikmat, sekaligus rendah akrilamida dan tinggi antioksidan. Konsumen dunia kini menuntut kopi yang bukan hanya enak, tapi juga sehat dan transparan,” jelas Prof. Rince Alfia Fadri.

ARKA  EcoTrace : Dari Kebun Hingga Cangkir

Konsep EcoTrace memadukan dua pilar utama:

Circular Economy (Eco): setiap tahapan produksi kopi menerapkan prinsip ramah lingkungan, efisiensi energi, dan pemanfaatan limbah (kulit kopi, air fermentasi) menjadi pupuk organik atau pakan ternak.

Blockchain (Trace): setiap biji kopi nantinya bisa ditelusuri jejaknya melalui QR code. Konsumen dapat mengetahui lokasi kebun, varietas kopi, metode pascapanen, proses sangrai, hingga hasil uji laboratorium terkait kandungan antioksidan dan senyawa bioaktif.

Dengan begitu, kopi Sumatera tidak hanya hadir sebagai minuman, tapi juga sebagai cerita yang utuh dari kebun, ke laboratorium, hingga ke cangkir.

Penelusuran ke Sentra Kopi Sumatera

Untuk mendukung riset ini, tim mendapatkan dukungan penuh dari berbagai  mengumpulkan sampel kopi dari berbagai sentra Arabika unggulan:

Takengon Gayo dan Bener Meriah (Aceh)

Simalungun, Toba, dan Tapanuli Selatan (Sumatera Utara)

Kerinci (Jambi)

Sumatera Barat (Solok, Agam, dan kawasan kopi Minang lainnya)

Sampel tersebut dianalisis untuk mengetahui kandungan antioksidan dan senyawa bioaktif lain, serta untuk memetakan risiko pembentukan akrilamida saat penyangraian. Hasil penelitian ini menjadi dasar penyusunan protokol pascapanen dan proses sangrai yang lebih ramah lingkungan dan sehat.

Di sisi lain, tim juga menyiapkan sistem blockchain traceability. Melalui QR code, konsumen nantinya bisa menelusuri asal-usul kopi: siapa petaninya, di mana kebun berada, bagaimana proses pascapanen, hingga hasil uji mutu terkait akrilamida dan antioksidan.

Circular economy juga dijalankan di tingkat produksi, limbah kulit kopi, air fermentasi, dan ampas kopi dimanfaatkan kembali menjadi pupuk organik, energi biomassa, atau bahan baku lain, sehingga rantai produksi lebih efisien dan minim limbah.

Harapan ke Depan

Menurut Prof. Rince, penelitian ini bukan hanya soal laboratorium. “Kami ingin menciptakan model bisnis kopi sehat yang bisa diadopsi UMKM dan petani. EcoTrace memberi nilai tambah, sekaligus menjawab tuntutan pasar global akan produk yang sehat, berkelanjutan, dan transparan,” ujarnya.

Ke depan, hasil riset ini akan dilanjutkan dengan hilirisasi produk, memproduksi kopi Arabika spesialti rendah akrilamida tinggi antioksidan dalam skala pilot. Paten dan branding: memperkuat identitas kopi sehat Sumatera dengan merek dagang yang terdaftar dan replikasi model bisnis: memperluas penerapan EcoTrace ke daerah kopi lain di Indonesia.

Optimisme Riset dan Pasar

Inovasi riset kopi sehat berbasis EcoTrace ternyata tidak hanya mendapat sambutan dari kalangan akademisi dan pemerintah, tetapi juga dukungan penuh dari para pengusaha kopi di berbagai daerah di Sumatera.

Nama-nama besar seperti ASA Coffee, Depotroe Coffee, Koperasi Putra Tani Berkarya, Koperasi Baburrayan, Kopi Saabas, Filo Coffee, Tabo Coffee, ALKO, HT, Kopi Solok Radjo, Kopi Palito Organik, Kopi Lasi Reborn dan Fianda Coffee Roastery. Penelitian ini juga mendapatkan dukungan dari Pebriyansah sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kadin Sumatera Barat yang menyatakan kesiapannya menjadi bagian dari gerakan kopi sehat Sumatera. Prof. Surip Mawardi, sebagai “coffee master” dan ahli kopi Indonesia dan peneliti utama kopi juga memberikan dukungan penuh terhadap riset kopi sehat berbasis EcoTrace, seraya menekankan pentingnya inovasi traceability bagi daya saing kopi Sumatera di pasar global. 

“Riset ini sangat penting, karena membuka jalan bagi kopi Sumatera untuk punya standar baru. Dengan EcoTrace, kopi kita bukan hanya soal rasa, tetapi juga jaminan sehat, transparan, dan berkelanjutan,” ujar Dedi Ikhwani, S.P., M.Si owner Depotroe.

Moch. Charis selaku Manajer Operasional di Koperasi BQ Baburrayyan dan pengusaha kopi ASA Coffee Armiyadi sebagai Master Kopi Gayo juga menegaskan bahwa transparansi melalui blockchain akan memberi nilai tambah besar bagi pemasaran. “Pasar luar negeri selalu menanyakan asal-usul kopi. Dengan QR code konsumen bisa tahu siapa petaninya, di mana kebun berada, dan bagaimana prosesnya. Itu adalah cerita yang sangat berharga.”

Menurut Suryono, CEO ALKO Sumatra Kopi menyatakan ALKO bekerjasama dengan platform seperti QThink-X untuk menyediakan dashboard traceability yang bisa dipakai oleh buyer, konsumen, dan juga komunitas petani. Data-data seperti foto/video kebun, sertifikat, praktek pertanian, sampai pengujian mutu tersedia. Konsep traceability menurut ALKO menekankan bahwa keterlacakan bukan hanya sebatas tracking pergerakan produk, tetapi merupakan sebuah sistem informasi terintegrasi yang mampu mendokumentasikan asal-usul, proses, hingga distribusi suatu produk. Dalam pandangan ALKO, traceability terbagi menjadi dua level utama, yaitu internal traceability, yang berfokus pada penelusuran di dalam satu organisasi, dan chain traceability, yang melibatkan keterlacakan lintas aktor sepanjang rantai pasok.

Konsep ini juga relevan dengan pengembangan circular economy, yang menekankan prinsip reduce, reuse, recycle, dan remanufacture dalam pengelolaan sumber daya. Circular economy menuntut adanya transparansi dan informasi yang lengkap mengenai siklus hidup produk, mulai dari bahan baku yang digunakan, proses produksi, hingga potensi pemanfaatan kembali setelah produk tidak lagi digunakan.

Dukungan kolektif ini menjadi bukti bahwa program riset hilirisasi CERI ARKA NUSANTARA bukan sekadar pekerjaan akademis, melainkan gerakan bersama untuk mengangkat marwah kopi Sumatera di pasar global.

Bagi petani dan pelaku UMKM, program ini menghadirkan harapan baru. “Kalau kopi kami bisa ditelusuri dan terbukti sehat, itu akan meningkatkan harga dan kepercayaan konsumen,” kata seorang petani dari Kerinci.

Dengan dukungan riset lintas kampus dan penerapan circular economy, kopi Sumatera diharapkan mampu menembus pasar global bukan hanya karena rasa, tetapi juga karena inovasi sains, transparansi, dan keberlanjutannya.

Harapan dari Akademisi

“EcoTrace adalah bukti bahwa riset tidak berhenti di laboratorium. Kami ingin menciptakan model bisnis kopi sehat yang bisa diadopsi UMKM dan petani. EcoTrace memberi nilai tambah, sekaligus menjawab tuntutan pasar global akan produk yang sehat, berkelanjutan, dan transparan,” jelas Prof. Rince Alfia Fadri Bersama timnya Prof. Novizar, Prof. Edi Syafri, Dr. Mimi Harni, Dr. Mulianti, Rifly Arifansyah, Sherlya Wanda dan Fina Firdiyanti, dan lainnya.

Ke depan, riset ini akan masuk ke tahap hilirisasi untuk memproduksi kopi Arabika spesialti rendah akrilamida tinggi antioksidan dalam skala pilot, mendaftarkan paten, serta meluncurkan merek dagang kopi sehat Sumatera ARK (Antioksidan, Rendah akrilamida, Kopi Alamiah). Strategi branding digital dan storytelling asal-usul kopi akan dipakai untuk menembus pasar premium global.

Dengan keterlibatan akademisi, pemerintah, petani, UMKM, dan eksportir, kopi Sumatera diharapkan mampu menembus pasar internasional bukan hanya karena rasanya, tapi juga karena inovasi sains, transparansi, dan keberlanjutannya.