Berjuang Lalu Dibuang
Oleh : BIMA IBNU FALAHK
Sebuah historis yang sangat miris, kejadian yang kerap kali terulang ditengah hiruk-pikuk pergulatan azas kepentingan bagi penyembara yang menganggap dirinya seorang raja. Pergulatan pemikiran sering kali hanya untuk mencari pengakuan eksistensi. Akan tetapi banyak manusia sering lupa bagaimana cara menghargai seseorang yang sedang berjuang akan tetap hidupnya sebuah organisasi.
Organisasi adalah wadah untuk menjadikan seorang pecundang sebagai sosok ahli perang. Namun hari ini organisasi hanya sebagai wadah tempat pengakuan yang tidak ada semangat pejuang. Dari segelintir orang yang berjalan sesuai dengan fitrah sebagai orang yang sadar akan posisi yang dia tempa. Ditempatkan diposisi belakang tapi selalu menjadi yang terdepan ketika situasi yang sudah tidak lagi tenang.
Perang bukan hanya untuk mengalahkan lawan agar bisa menyerah dengan begitu saja, akan tetapi perang sebagai tempat aktualisasi diri agar lebih baik. Sebuah proses yang begitu sangat panjang dan sangat melelahkan. Segelintir orang yang lagi berjuang untuk sebuah organisasi akan sering dibuang oleh orang yang ahli cakap dan memiliki status sosial tinggi, ini bukan soal apresiasi, akan tetapi ini semua persoalan harga diri yang mengharapkan sedikit motivasi.
Motivasi adalah sebuah keinginan yang diharapkan oleh seseorang ketika sudah lelah dalam hal yang sudah mereka lakukan sendiri. Bagi para penganut paham dinasti mereka tidak akan peduli, karena dalam alam kesadaran mereka menganggap kaum pejuang hanyalah alunan puisi indah yang mengharapkan secuil imajinasi yang harus dibasmi. Bagi mereka adalah ketika keinginannya sudah terpenuhi, mereka akan menjadi iblis yang lupa diri. Ketika kepentingan mereka sudah berbenturan dengan apa yang mereka harapkan maka mereka akan seperti seorang hamba yang mengharapkan sesuap nasi.
Tidaklah mudah menjadi seseorang yang berproses dengan tujuan mengharapkan ridho tuhan. Mereka akan selalu dibenturkan kepentingan banyak orang yang ingin menjadi seorang raja dan duduk di singgasana dengan beralaskan karpet merah.
Polemik yang terjadi dan sulit untuk diakhiri, karena kepentingan atas dasar keinginan akan terus berjalan ditengah gejolak pemikiran. Hari ini, idealisme hanyalah alibi untuk menggapai hasrat diri. Rela menjadi alas kaki agar bisa disebut sebagai memiliki kompetensi diri bagi orang yang tidak melirik siapa aktor yang memainkan alunan puisi ditengah gelapnya malam hari.
Indahnya sebuah problematika bagi para pencari jati diri adalah selalu menjadi bagian dari keegoisan barisan yang mengharapkan secercah cahaya agar bisa menerangi gelapnya malam yang sangat menghanyutkan.
Ditengah gejolak yang semakin meningkat akan membuat seorang pejuang akan terasingkan ditengah gerbong yang memiliki kepentingan. Kepentingan golongan akan melahirkan gerbong baru yang akan menghancurkan gerbong lama yang memiliki hasrat yang sama. Dengan kata lain, siklus akan sering terjadi dengan ritme yang sama. Sebuah kritikan tajam yang berhak berbicara hanyalah mereka yang memiliki segalanya. Tidaklah mudah menebak teka-teki domino yang sedang dimainkan. Akan tetapi yang akan merasakan problema yang sama akan berusaha untuk memperbaiki masalah yang sangat luar bisa menuju fitrahnya jalan untuk kembali kepada tujuan yang sebenarnya.
Akan selalu ada pertentangan bagi orang yang terus berjuang untuk menjaga nama baik organisasi sebagaimana organisasi harus dijalankan. Bagi mereka yang memiliki catatan kaki hitam akan merasa terancam ketika semua aturan harus dijalankan.
Namun ini adalah dunia dimana semua yang fatamorgana akan dibuat menjadi nyata. Ingatlah bahwa apa yang akan dilakukan orang tulus akan berakhir dengan hinaan yang sangat halus. Tapi itulah yang berjuang, berbicara perjuangan yang ikhlas tidaklah seseorang mengharapkan sebuah kata penghormatan. Namun semua yang akan diharapkan akan menjadi sebuah mimpi dan halusinasi tanpa ada aksi.
Keikhlasan dan ketulusan akan berakhir dengan penghianatan. Mau berkomentar atau tidak ini adalah fakta yang harus kita terima. Pengabdi akan selalu terasingkan dan penguasa singgasana akan selalu diuntungkan. Pada akhirnya kita akan selalu berjalan dijalan yang sunyi dan berfikir kapan akar permasalahan yang sering terjadi akan berakhir. Hilang tidak akan dicari, benar tidak akan dipuji dan salah akan selalu dicaci maki sebuah filosofi berdamai dengan diri sendiri.
Pada akhirnya yang akan merdeka akan dijajah dan yang dijajah akan selalu menjadi sengsara. Namun semangat perjuangan untuk membawa perubahan lah yang selalu menjadi gauman untuk selalu bersemangat akan kezaliman yang ada harus dihilangkan.
Ingat tidak akan ada yang sia-sia selagi yang dicari adalah ridho Tuhan Subhanahu wa Taala. Tetap berada di jalur perjuangan walaupun pada akhirnya akan dibuang kedalam lembah kematian yang penuh dengan tangisan.