Setiap tahun, Indonesia merayakan Hari Diabetes Nasional sebagai pengingat akan tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat dalam menghadapi penyakit diabetes. Hari yang ditandai dengan kegiatan penyuluhan, kampanye kesehatan, dan kegiatan lainnya ini menjadi momen penting untuk mengedukasi masyarakat tentang risiko dan cara mencegah diabetes. Namun, dalam peringatan ini, kita tidak boleh melupakan fakta yang cukup mengkhawatirkan: peningkatan kasus diabetes pada anak-anak.
Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Sari Pediatri tahun 2019 oleh Aman B. Pulungan dan rekannya menyoroti masalah ini dengan detail. Mereka meneliti situasi diabetes melitus tipe-1 pada anak-anak di Indonesia, dan hasilnya cukup menggugah. Data-data yang mereka kumpulkan menunjukkan bahwa diabetes tipe-1 tidak lagi menjadi eksklusif orang dewasa; anak-anak pun rentan terhadap penyakit ini.
Diabetes melitus tipe-1 merupakan kondisi di mana tubuh anak-anak tidak dapat memproduksi cukup insulin, hormon yang sangat penting untuk mengatur kadar gula darah. Ini bukanlah jenis diabetes yang disebabkan oleh pola makan yang buruk atau gaya hidup tidak sehat, melainkan lebih kepada faktor genetik dan lingkungan. Para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang memproduksi insulin
Tentu saja, ketika bicara tentang diabetes pada anak-anak, kita tidak bisa mengabaikan dampaknya yang serius. Kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang mengancam jiwa, termasuk kerusakan organ, gangguan penglihatan, bahkan gangguan saraf yang parah. Oleh karena itu, penting sekali bagi orang tua dan masyarakat secara umum untuk meningkatkan pemahaman tentang gejala dan tindakan pencegahan terkait diabetes pada anak-anak.
Tentu saja, mengatasi tantangan diabetes pada anak-anak tidaklah mudah. Namun, dengan pendidikan yang tepat, perubahan gaya hidup, dan akses yang mudah terhadap perawatan kesehatan yang berkualitas, banyak hal yang bisa kita lakukan. Misalnya, penting sekali bagi orang tua untuk memperhatikan pola makan anak-anak mereka. Memberi makanan seimbang yang kaya akan serat, sayuran, buah-buahan, dan protein rendah lemak bisa membantu menjaga kadar gula darah anak tetap stabil.
Selain itu, aktivitas fisik juga merupakan bagian penting dari manajemen diabetes pada anak-anak. Anak-anak perlu didorong untuk bergerak lebih aktif, baik melalui olahraga terstruktur maupun melalui bermain di luar ruangan. Aktivitas fisik membantu tubuh untuk menggunakan gula darah dengan lebih efisien, sehingga dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap dalam batas yang normal.
Namun, kesadaran dan tindakan tidak hanya perlu dilakukan di tingkat individu, tetapi juga di tingkat masyarakat dan pemerintah. Sekolah-sekolah perlu memainkan peran aktif dalam menyediakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat, mulai dari kantin sekolah yang menyediakan makanan sehat hingga program olahraga yang terintegrasi dalam kurikulum.
Tidak hanya itu, pemerintah juga memiliki peran penting dalam memastikan akses yang mudah terhadap perawatan kesehatan bagi anak-anak yang menderita diabetes. Layanan kesehatan yang ramah anak dan terjangkau harus menjadi prioritas, sehingga semua anak dapat mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan tanpa hambatan finansial atau logistik.
Di Hari Diabetes Nasional ini, mari kita tingkatkan kesadaran kita tentang ancaman diabetes pada anak-anak dan tindakan yang dapat kita ambil untuk melindungi mereka. Pendidikan, perubahan gaya hidup, akses terhadap perawatan kesehatan yang berkualitas, semuanya merupakan bagian dari solusi yang holistik untuk mengatasi masalah ini.
Dengan
kesadaran dan aksi bersama, kita dapat memastikan bahwa generasi masa depan
kita akan terhindar dari risiko diabetes dan dapat menikmati hidup yang sehat
dan berkualitas. Mari kita bersatu dalam memerangi diabetes, untuk masa depan
yang lebih baik bagi anak-anak kita.
Referensi:
Aman B. Pulungan dkk (2019). “Diabetes melitus
tipe-1 pada anak: situasi di Indonesia dan tata laksana”. Sari Pediatri
20(6):392-400