Search

Mengenal Anemia



Oleh: Ns. Muthmainnah, M.Kep

Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

 Anemia adalah salah satu permasalahan kesehatan yang masih jamak ditemukan pada masyarakat. Anemia dapat terjadi pada semua kelompok umur mulai dari balita sampai lansia. Anemia merupakan kondisi kesehatan di mana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah turun di bawah tingkat normal yang diharapkan. Prevalensi anemia pada perempuan di Indonesia terjadi sebesar 27,2%, lebih besar dari pada laki-laki nilai 20,3%. Sedangkan prevalensi anemia pada ibu hamil cukup mengkhawatirkan dengan nilai sebesar 48,9%. Hampir dari setengah ibu hamil mengalami anemia.


Nilai normal hemoglobin sangat bervariasi secara fisiologis. Hemoglobin umumnya memiliki perbedaaan antara laki-laki dan perempuan. Hemoglobin pria dikatakan anemia jika kurang dari 13 gram/100 ml dan pada wanita, hemoglobin kurang dari 12,0 gram/100ml untuk dapat dikatakan anemia.


Terjadinya anemia disebabkan oleh beberapa faktor seperti kurangnya produksi sel darah merah yang abnormal, pemecahan sel darah merah yang berlebihan. Penyebab yang berkaitan dengan kurang gizi, dihubungkan pada asupan makanan, kualitas makanan, sanitasi dan perilaku kesehatan, kondisi lingkungan sekitar, akses pada pelayanan kesehatan dan kemiskinan, serta keadaan geografis daerah tersebut. Di Indonesia diperkirakan sebagian besar anemia terjadi karena kekurangan zat besi sebagai akibat dari kurangnya asupan makanan yang bergizi.


Penderita anemia sering mengalami rangkaian gejala yang menggambarkan perasaan lelah dan penurunan energi, dikenal dengan istilah 5 L (Lesu, Letih, Lemah, Lelah, dan Lunglai). Selain itu, gejala berupa merasakan sakit kepala dan pusing serta mata berkunang-kunang, kantuk yang mudah datang, dan kesulitan dalam mempertahankan konsentrasi. Dari segi tampilan fisik, penderita anemia dapat terlihat "pucat" pada kulit wajah, kelopak mata, bibir, kulit tubuh, kuku, dan telapak tangan, yang merupakan tanda klinis yang mudah diamati secara langsung. Dampak anemia yaitu penurunan imunitas, konsentrasi belajar, bagi ibu hamil memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR)


Anemia dapat diwujudkan melalui perhatian terhadap pola asupan makanan. Tubuh membutuhkan zat besi yang esensial, dan sumber-sumbernya dapat ditemukan dalam makanan yang dikonsumsi sehari-hari, termasuk ikan segar, hati, daging, kacang-kacangan, dan sayuran berdaun hijau.
World Health Organization (WHO) telah menggarisbawahi tiga program utama dalam rangka menurunkan prevalensi anemia. Upaya untuk meningkatkan asupan zat besi, asam folat, zink, vitamin A  dan vitamin C melalui pemberian makanan yang kaya akan zat-zat tersebut serta pemberian tablet tambah darah . Selain itu, pemberantasan malaria serta pengurangan infeksi parasit juga turut dianggap penting untuk mengendalikan anemia.