Search

Derita Kanker Payudara, Elismidar Butuh Uluran Tangan Dermawan


Limapuluh Kota,- Elismidar warga asal Sungai Naniang kecamatan Bukit Barisan yang saat ini tinggal di Pilubang kecamatan Harau butuh uluran tangan dermawan. Ibu 4 anak ini butuh biaya untuk mengobati penyakit kanker payudara yang dideritanya. 

Sebelum menderita kanker payudara wanita kelahiran 17 Mei 1973 ini pernah 4 kali dirawat di rumah sakit jiwa Rs. Jiwa Prof. Hb. Saanin Padang. Sekarang kondisi kesehatan jiwa ibu Elismidar ini sudah mulai membaik. Walau tetap makan obat rutin dari rumah sakit. Namun kanker payudara datang menggerogoti tubuh istri dari Dasrizal ini.  

"Saya sudah empat kali dirawat di RSJ HB Sa'anin Padang. Pertama kali dirawat itu pada Juni hingga Juli 2021. Sampai sekarang, saya masih minum obat pemberian rumah sakit," cerita Elimisdar kepada awak media Luak limopuluah , Rabu (24/5) lalu.

Baca Juga: Diusulkan Sebagai Karya Budaya, Sampelong Di Verifikasi Tim Ahli WBTB

Kini, kondisi kesehatan jiwa Elimisdar sudah mulai membaik. Bahkan, ia sudah bisa mencari nomor handphone salah seorang wartawan yang bertugas di Luak Limopuluah  (Payakumbuh & Limapuluh Kota). Untuk menyampaikan segala curahan hatinya.

"Alhamdulillah, saya mulai membaik. Walau masih rutin minum obat (dari RSJ HB Sa'anin, Padang). Hanya saja, setelah dirawat di Padang itu, saya juga mengalami kanker payudara," kata Elimisdar.

Kepada awak media Elismidar mengaku berasal dari Nagari Sungainaniang, Kecamatan Bukitbarisan, Kabupaten Limapuluh Kota. Sejak tahun 2011,  suami keduanya, Dasrizal, mengajak Elimisdar tinggal di Jorong Balai, Nagari Pilubang, Kecamatan Harau.

Elimisdar adalah ibu rumah tangga biasa. Sedangkan suaminya, Dasrizal, bekerja sebagai buruh tani di Pilubang. Elimisdar memiliki empat putra-putri. 

Si sulung, Amelia Safitri, sudah berkeluarga. Putra kedua, Dimas Saputra, kerja pada sebuah bengkel, di Jakarta. Sedangkan anak ketiga, Tri Ananda Saputra, baru tamat SMP. "Kini sedang di Padang. Baru mau masuk SMA," kata Elimisdar.

Sedangkan anaknya yang paling bungsu, perempuan, bernama Wulandari, masih berusia 5 tahun kurang dua bulan. "Jadi, kini saya tinggal bersama suami dan dua anak kami," kata Elimisdar.

Akhir-akhir ini, Elimisdar mengaku mengalami kondisi ekonomi yang sulit. Apalagi, setelah dirawat di rumah sakit jiwa, ia mengalami kanker payudara pula. 

Baca Juga: Perbedaan Pemilu Proporsional Terbuka Dan Tertutup

"Saya diketahui menderita kanker payudara sejak tiga tahun lalu. Awalnya, saya berobat ke Puskesmas Taram. Setelah itu dirujuk ke RSUD Adnaan WD Payakumbuh," kata Elimisdar.

Untuk biaya berobat di rumah sakit ini, Elimisdar dan suaminya, sempat kelabakan. Namun kemudian, mereka didaftarkan sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS)-Kesehatan dari jalur mandiri.

"Saya masuk peserta BPJS Kesehatan dari jalur mandiri. Bukan dari jalur PBI (Penerima Bantuan Iuran). Adapun yang untuk PBI ini, sudah diurus pemerintah nagari, namun belum juga keluar sampai sekarang," kata Elimisdar.

Singkat cerita, setelah dirujuk ke RSUD Adnaan WD Payakumbuh, Elimisdar kemudian dirujuk lagi ke

RSUP Achmad Muchar Bukittinggi. Namun, belum selesai pemeriksaan di rumah sakit provinsi ini, Elimisdar sudah kembali ke Pilubang. 

"Suami membawa pulang, karena keterbatasan biaya. Memang, saya sudah terdaftar sebagai peserta BPJS-Kesehatan dari jalur mandiri, namun suami kewalahan, mencari biaya untuk menunggui saya selama berobat," kata Elimisdar.

Selain suaminya kesulitan dalam memenuhi biaya yang dibutuhkan selama Elimisdar dirawat di rumah sakit. Elimisdar sendiri, juga mengaku takut dioperasi. Padahal, operasi sebenarnya cara medis yang paling efektif untuk mengatasi kanker payudara stadium berat.

"Saya takut dioperasi. Sekarang, saya berobat kampung (tradisional) ke Simalonggang. Namun, belakangan, untuk biaya berobat kampung itu, saya juga tidak punya uang lagi," kata Elimisdar.

Ia mengaku, sudah mencoba berusaha, membantu suaminya mencari nafkah. Dengan cara menjual minyak ketengan. "Saya beli Pertalite Rp11 ribu per liter, saya jual Rp12 ribu. Tapi, modalnya pun juga sudah habis, karena untung tipis," katanya.

Saat ditanya apakah tidak mencoba mengadu ke Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Limapuluh Kota? Elimisdar mengaku sudah pernah dibantu Baznas sebesar Rp2 juta untuk modal usaha.

"Namun, malang pula yang datang. Dari Rp2 juta uang yang dibantu Baznas, sebanyak Rp1,4 juta hilang pula. Saya kemalangan. Kena hipnotis," cerita Elimisdar.

Meski Padang Ekspres belum mendengar adanya laporan polisi soal kasus hipnotis yang dialami Elimisdar ini. Namun, Elimisdar mengaku benar-benar mengalaminya.

"Saya juga sempat mengadu lagi ke Baznas. Namun, kata orang di Baznas, karena saya baru dapat bantuan, tak mungkin diberi lagi bantuan. Makanya, saya hubungi Padang Ekspres," kata Elimisdar.

Dia berharap, ada pembaca Padang Ekspres yang terketuk hati, untuk meringankan beban ekonominya. Terutama untuk memenuhi biaya mengobati kanker payudara.

Bagi pembaca yang terketuk hatinya untuk membantu Elimisdar, silahkan menghubunginya langsung di nomor handphone 082390159915. Nomor tersebut, digunakan Elimisdar saat menghubungi wartawan Padang Ekspres beberapa hari lalu, "Ini nomor handphone saya," kata Elimisdar. (*)