Search

Balimau Kasai, Tradisi Masyarakat Sumbar Menyambut Bulan Ramadhan



Oleh: Dr. Silvia Permata Sari, SP., MP.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas


Salah satu tradisi masyarakat Sumatera Barat dalam menyambut kedatangan bulan Ramadhan adalah “Balimau kasai” yaitu mandi dengan menggunakan jeruk/asam kesturi, Kemilu dan bunga rampai. 

Tradisi Balimau ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Balimau bukan hanya sekedar mandi biasa, namun merupakan mandi suci yang memiliki syarat dan aturan tertentu serta semata-mata untuk membersihkan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan.

Pada Hakikatnya, tradisi Balimau merupakan ajang bersyukur dan kegembiraan kepada Allah SWT karena masih diberikan kesehatan dan kesempatan bertemu kembali bulan Ramadhan (menjalankan ibadah puasa dan tarawih). 

Selain itu juga dapat mempererat silturahmi antar sesama muslim di Minangkabau. Dari sisi lain, tradisi Balimau ini juga menjadi berkah bagi pedagang bunga perlengkapan Balimau. 

Pedagang bunga Balimau tersebut dapat ditemukan di berbagai lokasi, contohnya Tari (25 tahun) yang berjualan di wilayah Pasar Bandar Buat, Kota Padang. Harga bunga Balimau yang ditawarkannya pun terjangkau masyarakat, yaitu 5000 rupiah per bungkus. Bunga yang ditawarkan pun segar-segar dan harum, sangat recomended.

Tanaman apa saja yang digunakan sebagai perlengkapan Balimau tersebut? Yaitu jeruk/asam kesturi, daun pandan, dan bunga tujuh ragam, dan Kemilu (nama lokal untuk daerah di Kota Padang) atau Kambelu (untuk masyarakat di Kabupaten Pesisir). 

Bunga tujuh ragam tersebut terdiri dari: bunga kenanga (Cananga odorata), bunga mawar merah (Rosa spp.), bunga bintang (Isotoma longiflora), bunga asoka (Ixora acuminata), bunga tanjong (Mimusops elengi), bunga Melati (Jasminum sambac), bunga terompet (Allamanda cathartica). Menurut Ibu Bet, warga Kabupaten Pesisir (58 tahun), bunga tujuh ragam ini juga digunakan sebagai pewangi kamar pengantin ketika menikah.

Adapun tata cara mandi Balimau sebagai berikut:


1)      Membaca Bismillah dan niat semata-mata untuk membersihkan diri dan mensucikan hati. 


Mencampurkan ramuan mandi Balimau (jeruk/asam kesturi, Kemilu/Kambelu, daun pandan), dan bunga tujuh ragam dengan air. Setelah itu mengguyur air campuran ramuan mandi Balimau tersebut ke sekujur badan.

Alasan nenek moyang kita menggunakan jeruk/asam Kesturi karena zaman dulu itu belum ada sabun. Selain itu jeruk/asam kesturi juga bermanfaat dapat mengangkat mengangkat kotoran, minyak dan keringat di badan. Kemudian bunga tujuh ragam yang digunakan dalam Balimau tersebut juga mengandung zat yang berkhasiat untuk tubuh kita. Contohnya bunga Bintang yang berkhasiat sebagai obat mata, dapat menyembuhkan mata minus dan katarak. 

Bunga melati dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk sesak nafas, disengat lebah atau serangga, obat sakit mata, serta deman dan sakit kepala.

Namun seiring waktu, tradisi Balimau menjadi salah arti, karena tradisi Balimau dijadikan sebagai moment untuk pergi mandi-mandi ke tempat wisata dan aturan mandinya pun bertentangan dengan ajaran agama Islam seperti mandi bercampur laki-laki dan perempuan bukan muhrim di dalam satu tempat pemandian (sungai).

Jadi, sahabat pembaca setia Berita Sumbar, itulah sekilas mengenai tradisi Balimau di masyarakat Sumatera Barat, tinggal bagaimana kita menyikapinya dengan makna yang positif.