Wahyudi Thamrin

Supardi : Kota Payakumbuh Bergeliat, Tapi Jangan Gadaikan Moralitas

 


Payakumbuh - Ketua DPRD Provinsi Sumatera Barat Supardi menyampaikan Payakumbuh adalah kota kecil, tetapi aktivitas masyarakat sangat luar biasa. Aktifitasnya tak dihitung jam 6 pagi saja, tetapi 24 jam. Nantinya Kota Payakumbuh bisa berkembang, melesat maju, angka pengangguran bisa turun, dan ada terobosan baru lahir untuk kota berpenduduk sekitar 130 ribu jiwa itu.

"Ini ikon yang tak dimiliki oleh daerah lainnya seperti Bukittinggi, Padang Panjang, dan Padang. Kota Payakumbuh itu geliat masyarakatnya 24 jam," kata Supardi saat menjadi narasumber pada malam kedua bimbingan kapasitas karang taruna bagi pengurus karang taruna provinsi serta pengurus karang taruna kota dan kelurahan se Kota Payakumbuh di Nuansa Maninjau Resort Agam, Kamis (1/7).

Politikus Gerindra itu menjelaskan, disaat pulang ke Payakumbuh, pada jam setengah 6 pagi dirinya sudah pergi keluar, pergi ke lapau untuk mengopi. Bahkan, bila pergi ke kafe-kafe di malam hari, bahkan sampai ada yang buka jam 1 malam.

Menurut Supardi, masyarakat di Payakumbuh memiliki keleluasaan dalam melakukan aktivitas ekonomi. Namun ada sesuatu yang tergadaikan, yang orang tak mau tahu dan kadang seakan melupakannya, yaitu moralitas.

Supardi menyebut pertumbuhan Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza) di Sumatera Barat tertinggi berada di Kota Padang, wajar karena penduduknya banyak, namun Kota kecil seperti Payakumbuh berada di nomor urut kedua, ini belum lagi dengan masalah LGBTnya.

Mirisnya, kata Supardi belum lama ini, di Sumbar ada kasus guru di sekolah favorit kedapatan melakukan penyimpangan seksual terhadap siswanya sendiri dan sempat disidangkan di kalangan dunia pendidikan, namun tidak ada finishingnya.

"Kasus LGBT melibatkan tenaga pendidik banyak, pernah tidak karang taruna hadir ke sana? Andaikan dibiarkan, yang rusak itu generasi muda dan bahagian dari ruang lingkup pekerjaan karang taruna," kata Supardi.

Menurut Supardi, itu baru secuil kasus yang terjadi di Sumbar, dan banyak lagi kasus lain tapi tak satupun organisasi yang mencoba menyuarakan itu. Harapannya bagaimana ada peran karang taruna untuk bisa melakukan advokasi terhadap masyarakat yang ada.

"Tidak ada jaminan NKRI yang kita elu-elukan akan seperti ini sepanjang masa, berapa banyak negara hancur karena mentalitas rakyatnya rusak. Pemuda sebagai parik paga nagari, dari masuknya paham-paham kesesatan. Bila ini berhasil, saya termasuk pihak berbahagia dengan efforts yang dilakukan karang taruna," kata Supardi.

Supardi berharap pengurus karang taruna bisa termotivasi membuat gebrakan baru, ide baru, dan inovasi baru terhadap kegiatan ke depan. Bahkan Karang Taruna harus bisa mengambil alih tugas organisasi yang tutup mulut dengan segala permasalahan moralitas yang terjadi.

"Keterbatasan jangan menyurutkan niat dalam kemandirian karang taruna untuk sukses, terlepas dari kebutuhan dukungan pemerintah, yakinlah ada solusi menunggu nantinya. Bertempur dulu baru pulang, bacakak baru ka pai. Kemandirian karang taruna butuh keberanian, saya yang akan membackup sebagai Ketua DPRD," ungkapnya. (*)