Search

Tampil Di Pasar Ekraf 2020, Ini Harapan Tuo Musik Dendang Dari Sanggar Kumbang Cari

Payakumbuh ,- Bagi penggemar lagu gamaik Minang nama group musik Kumbang Cari ,mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga mereka. Kelompok musik Dendang Minang ini pernah jaga di era 70an sampai 90an di permusikan Ranah Minang. 

Alunan musik riang dengan syair berpantun pantun cirikhas musik Gamaik ini sangat banyak di minati masyarakat Sumbar kala itu. Baik yang ada di kampung halaman, maupun di perantauan. 

Pada Selasa 24/11, Para pemusik tuo-tuo legend (senior) dari Sanggar Gamaik Kumbang Cari asal Kota Padang tersebut tampil dalam pasar ekonomi kreatif (Ekraf) 2020 di Agam Jua Art and Culture Cafe, Kawasan Batang Agam. Tepatnya di hari kesepuluh pelaksanaan pasar ekonomi kreatif seni dan budaya tahun 2020. Pada kesempatan tersebut para tuo musik dendang Ranah Minang tersebut menyampaikan harapan agar musik gamaik digemari oleh generasi penerus, alias anak muda.

Seandainya kami yang tua-tua ini sudah tidak ada, bisa tenggelam budaya gamaik kalau anak muda tidak meneruskan estafetnya, mambangkik batang tarandam istilah orang minangnya, kata pimpinan sangar, Rusli NH diwawancara media disela-sela waktu istirahat mereka.

Menurut Rusli NH, Kumbang Cari menanggapi positif iven Pasar Ekraf 2020 ini, mereka senang dapat menjadi bagian dari kalangan yang mempopulerkan budaya gamaik kepada kawula muda. 

Untuk sekilas Covid-19 membuat kita menjadi berpuasa tampil, padahal iven-iven musik daerah pasti sudah dirancang oleh pemerintah kota, kabupaten, bahkan provinsi sejak beberapa bulan lalu, karena pandemi jadi batal digelar, ungkapnya.

Menurut Rusli, selama pandemi Covid-19 yang membuat acara-acara pertunjukan kesenian juga berpuasa tampil hampir 7 bulan, mereka sudah jenuh sekali rasanya. Ternyata jawaban itu muncul saat mereka dihubungi panitia dari Masyarakat Peduli Seni Budaya (MPSB) Kota Payakumbuh untuk tampil pada iven Pasar Ekraf 2020 yang diadakan di Payakumbuh.

Timbul semangat kami kembali dengan bisa tampil di Payakumbuh ini. Istilahnya tabaok sanang. Tentu untuk kedepan iven seperti ini dapat digelar oleh pemda dan pemprov Sumbar, ujarnya.

Rusli melihat, musik gamaik ini dulunya anak-anak muda tak mau mendekati. Setelah beberapa tahun kemudian ada modernisasi kepada musik gamaik, dan itu membuat anak muda perlahan meminatinya, akhirnya juga mendekati dan menjadi pelaku seni gamaik.

Modernisasi ini tidak lari dari dasar gamaik, karena ada lagu joged, lagu wajib, dan lagu cacahnya. Inilah yang membuat terpancing anak muda. Kami berharap  pemerintah tinggal memfasilitasi saja lagi, seperti adanya Pasar Ekraf ini, ujarnya.

Grup musik Kumbang Cari berdiri pada tahun 1969, dan sempat beberapa kali tukar nama. Awalnya Cimpago Biru, lalu berganti ke Cimpago Putih, dan akhirnya menjadi Kumbang Cari sejak 1983, diketuai oleh Rusli, NH sejak saat itu.

Bahkan, ada yang paling senior kelahiran tahun 1948, pemain gendangnya sekaligus sebagai penasehat, namanya Amiruddin.

Di Pasar Ekraf, para pemain Kumbang Cari menampilkan lagu Gamad lama, tentu saja bagi para pemain musik senior legend itu dengan ciri khas mereka mampu memberikan pertunjukan apik kepada penonton. Ada 12 ronde mereka tampilkan dari pukul 16.00 hingga malam hari di iven tersebut. Lagu wajib dikombinasikan dengan lagu pecahan dengan tempo langgam, joged, dan cacah.

Kaparinyo Sampai Hati, Sempaya Pambayan dilanjutkan pecahan Serempang Laut, Tampayang dilanjutkan lagu Ya Ya, Sinar Bulan dilanjutkan pecahan Lanser, Ratok Tangiang dilanjutkan pecahan Anak Kala, Siti Payung dilanjutkan pecahan Mak Inang Lenggang, Perak Perak dilanjutkan pecahan Kaparinyo Sampai Hati, Mas Merah dilanjutkan Pecahan Tudung Periuk, Mati Dibunuh dilanjutkan pecahan Tanjung Katung, Ender Lela dilanjutkan pecahan Rosmani, Ekson dilanjutkan pecahan Tanjung Bila, DAN Makan Sirih dilanjutkan pecahan Buayan Buluh.

Sementara itu, Kepala Dinas Provinsi Sumatera Barat, Novrial mengatakan menyebut pada 1 Juni 2020 lalu, memasuki tatanan new normal, gubernur mengatakan Sumbar tak bisa diselimuti duka dengan terus memikirkan Covid-19, harus pulihkan ekonomi di bidang kepariwisataan karena tidak ada lagi transaksi ekonomi terjadi, maka dinas pariwisata diperintahkan melakukan langkah aktifasi dengan kegiatan berbentuk pasar ekonomi kreatif (Ekraf).

Sedianya kita menggelar secara konvensional, namun karena masih adanya pandemi Covid-19, kita mengubahnya menjadi kegiatan-kegiatan kecil Pasar Ekraf di beberapa Kota/kabupaten hingga sampai akhir tahun kata Novrial. (*)