Search

Dakota 003 Pesawat Pertama RI Sumbangan Kaum Ibu Bukittinggi


Pembelian pesawat terbang pertama Republik Indonesia, berasal dari sumbangan kaum ibu (amai-amai) di Sumatera Barat. Ribuan amai-amai yang berasal dari nagari-nagari di sekitar Kota Bukittinggi, berkumpul di Lapangan Kantin Bukittinggi mengumpulkan apa saja jenis perhiasan emas. Sabelek ameh takumpuan,” kata Abdul Samad, yang saat itu terlibat langsung menggalang massa.
Selama lebih kurang 2 bulan panitia bekerja dengan bantuan tokoh masyarakat terkumpul emas perhiasan amai-amai sebanyak 1″belek” atau 1 kaleng biskuit, lalu emas itu dilebur menjadi emas batangan yang beratnya 14 kg lebih.
Waktu itu mengumpulkan emas sebanyak itu tidak begitu sulit karena semangat amai-amai untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan juga bergelora, lagian amai-amai di tanah minang banyak yang memiliki emas perhiasan karena emas bagi mereka merupakan benda penyimpan kekayaan dan lambang kemuliaan seperti diung­kap pepatah, “bapak kayo, mandeh baameh, mamak disambah urang pulo”.
Awal Desember 1947 pesawat Avro Anson yang akan dibeli itu mendarat di lapangan udara Gadut, kedatangannya disambut antusias warga masyarakat.
Pada 9 Desem­ber 1947 Avro Anson diterbangkan oleh Iswahyudi dan Halim Perdanakusuma ke Songhkla Tailand, untuk membeli perlengkapan senjata di Thailand.

Namun naasnya, Avro Anson jatuh di Tanjung Hantu negara bagian Perak, Malaysia. Dalam kejadian itu jenazah Halim Perdanakusuma diketemu kan namun Iswahyudi tidak dike tahui nasibnya sampai sekarang. Penyebab jatuhnya pesawat juga tidak diketahui secara pasti, apakah karena kerusakan, cuaca buruk atau karena sabotase.
Sebagai pejuang pilot Avro Anson Iswahyudi diabadikan menjadi nama pelabuhan udara di Jawa Tengah dan nama navigatornya Halim Perdanakusuma diabadikan menjadi nama lapangan udara di Jakarta.
Sedangkan bagi amai-amai minang jatuhnya pesawat Avro Anson nasib mereka bagaikan sudah jatuh ditimpa tangga, emas perhiasan sudah dikorbankan, pesawat yang diidamkan tidak dapat digunakan, namun kadang ya begitulah perjuangan itu, penuh onak duri dan pengorbanan.
Sebagai pembangkit kenangan dan bukti pisik perjuangan replika Avro Anson dipajang sebagai monu men sejarah berskala nasional di Gadut kecamatan Tilatang Ka­mang.Beberapa hari setelah pembelian, RI-003 dengan pilot Opsir Udara 1 Iswahjudi telah mengemban misi pertama, yakni pergi ke luar negeri dengan membawa penumpang Komodor Muda Udara Halim Perdanakusuma dan Capt Keegan. Komodor Muda Halim pergi ke luar negeri untuk proyek pengadaanpesawat lain, sekaligus mengantar pemilik ke Songkhla.
Pada 14 Desember 1947 pesawat terbang kembali dari Songkhla ke Bukittinggi. Namun sebelum ke Bukittinggi, Komodor Halim bermaksud mampir ke Singapura untuk menghubungi perwakilan RI dalam rangka pengadaan pesawat lain. Nahas, sebelum sampai ke Singapura, RI-003 mengalami kecelakaan di Tanjung Hantu di Semenanjung Malaya karena cuaca buruk.
Waktu itu penerbangan dilakukan sangat rendah untuk menghindari sergapan radar yang selalu mengintaipesawat AURI.
Kemungkinan besar RI-003 kecebur laut dengan membawa korban Opsir I Iswahjudi selaku pilot dan Komodor Muda Halim Perdanakusuma, sebagai satu-satunya penumpang. Jenazah Komodor Muda Halim ditemukan terdampar di tepi pantai. Sebagai bukti sejarah pesawat ini, berdiri monumen yang terletak di Nagari Gadut Kecamatan Tilatang Kamang berjarak 5 km dari kota Bukittinggi.