Wartawan Senior Amiruddin : Luak Limopuluah Bagaikan Anak Gadih Rancak Belum Bersolek
Payakumbuh --- Amiruddin, SH, MH, Wartawan senior Harian Singgalang yang sudah malang melintang di liputan hukum dan juga seorang praktisi hukum menyebut Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota bagaikan anak gadih rancak yang belum bersolek.
"Saya telah bepergian ke berbagai daerah. Untuk kali ini saya akui alamnya di Luak Limopuluah ini sangat luar biasa banyak potensinya, namun pengelolaan wisatanya belum terbenahi dengan baik," ujarnya kepada media di sela-sela kegiatan Porwaprov Sumbar di Payakumbuh, Sabtu (21/6).
Padahal, menurutnya bila potensi-potensi itu dikelola dengan baik, akan mendatangkan banyak manfaat bagi daerah, termasuk investor yang membangun penginapan seperti hotel berbintang untuk menunjang aktivitas wisata di dua daerah ini.
Dia menyebut, untuk menyambut semangat dari investor itu, butuh respon atau penerimaan yang baik dari pemerintah daerah kota dan kabupaten, perlu pengawasan agar birokrasi dalam melayani itu terlaksana dengan baik.
"Di samping itu, perlu diinformasikan secara detail tentang bagaimana status tanah, serta informasi terkait dimana lokasi-lokasi strategisnya di daerah. Kita sama-sama tahu kan kalau banyak investor yang melirik wilayah di Sumatera Barat ini," katanya.
Untuk itu, kata Amiruddin, pemerintah harus dapat memberikan jaminan atau garansi yang membuat investor mau menanamkan modal, harus digambarkan pada mereka bagaimana peran dari setiap stakeholder menyukseskannya.
"Logika saja, siapa yang mau berperkara sementara sudah mengeluarkan duit bermiliar-miliar untuk investasi di daerah," tegasnya.
Amiruddin yang juga merupakan Wakil Ketua bidang Pembelaan Wartawan PWI Sumbar itu menyebut dari sisi Sumber Daya Manusia pelaku usaha wisatanya harus diberikan pemberdayaan yang optimal agar wisatawan merasa nyaman berwisata ke dua daerah ini.
"Contohnya jangan berikan kabar pembohongan kepada wisatawan, meski tujuannya menjatuhkan citra usaha pesaing, namun yang bakal rugi adalah pariwisata di daerah itu sendiri. Kemudian untuk harga disesuaikan dengan asas kepatutan, dalam pariwisata yang dijual itu bukan produk, namun pelayanannya, orang puas maka keluar uang berapapun tak masalah buatnya," katanya.
"Kami telah mencoba ke salah satu objek wisata di Lima Puluh Kota tadi, sudah merasakan langsung bagaimana pelayanan di objek wisata di salah satu nagari masih banyak bobroknya. Seperti memberi kabar bohong tentang usaha wisata yang lain, atau harga yang luar biasa tak patut dengan pelayanan yang tak sebanding," pungkas Amirudiin. (FS)