HEADLINE
Mode Gelap
Artikel teks besar

Terbuat Dari Limbah Gambir, Batik Kalincuang Produk Fashion Baru Talang Maur, Mungka

Lima Puluh Kota --- Siapa sangka, limbah dari kempaan gambir dapat dijadikan produk fashion. Di Jorong Kampung Tangah, Nagari Talang Maur, Kecamatan Mungka, Kabupaten Lima Puluh Kota ada namanya Batik Kalincuang yang diproduksi oleh masyarakat setempat.

Ingin mendorong tumbuh kembangnya potensi itu, Anggota DPRD Kabupaten Lima Puluh Kota Prima Maifirson memboyong Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Lima Puluh Kota Ayu Mitria Fadri untuk mengunjungi lokasi tempat usaha Batik Kalincuang itu, Senin (5/5).

Kedatangan mereka disambut oleh Perwakilan Camat Mungka Tetrial, Pj. Wali Nagari Talang Maur Riki FS dan jajaran, serta masyarakat pelaku usaha Batik Kalincuang.

Prima Maifirson menyampaikan apresiasi atas komitmen masyarakat Nagari Talang Maur untuk maju dengan mau untuk menangkap dan mengembangkan ilmu yang telah didapat dari akademisi selama melaksanakan pengabdian masyarakat, sehingga kreatifitas yang muncul adalah hadirnya Batik Kalincuang ini di Lima Puluh Kota.

"Sebagai Anggota DPRD, tugas kami tentu menyerap dan memperjuangkan aspirasi dari masyarakat agar usaha mereka bisa tumbuh kembang dengan adanya "kakok tangan" pemerintah," ujarnya.

Prima juga menyampaikan pemerintah daerah perlu menangkap potensi di daerah dengan melirik produk-produk khas di nagari yang ada, karena itulah salah satu hal yang menjadi penanda dan alasan orang untuk mengenal lebih jauh tentang sebuah daerah.

"Selagi bisa, ada ruang dan peluang, pasti kita berhasil. Itulah yang selalu kami tekankan kepada masyarakat," ujar Prima.

Ketua Kelompok Batik Kalincuang Rosnani mengatakan usaha ini telah dimulai pada 9 November 2024 lalu melalui kegiatan pelatihan dari Program Ormawa Membangun Nagari yang dibawa oleh Dosen Politeknik Pertanian Payakumbuh, Synthia Afner serta mahasiswanya saat pengabdian ke masyarakat.

Ilmu dari akademisi itu ternyata disambut baik oleh masyarakat, sekarang mereka sudah mampu membuat kalincuang, limbah dari ampas getah gambir untuk dijadikan pewarna batik tulis.

"Beberapa kendala kami saat ini ruangan yang masih menumpang, kemudian sumber air sehingga membilas kain batik masih susah, harus dibawa ke sungai. Sekarang tenaga kerja masih belajar otodidak, dan jumlah pekerjanya belum banyak. Baru 8 orang yang menjalankan usaha bersama ini," ujarnya.

Rosnani menyebut Batik Kalincuang ini perlahan sudah ada peminatnya. Beberapa waktu lalu perangkat nagari sudah memesan 12 kain batik untuk baju seragam. Pesanan ke luar daerahpun sudah ada seperti Payakumbuh, Kalimantan, dan Jakarta.

"Harga jual kami termasuk murah, harga pesanan perlembar kain untuk ukuran 2x1,15, rentang harga 350 ribu sampai 500 ribu tergantung motif," ujarnya.

Rosnani berharap nantinya banyak anak-anak muda yang berminat untuk mengembangkan bakatnya pada batik kalincuang ini, termasuk harapan untuk didorong oleh pemerintah dan investor bagaimana Batik Kalincuang ini nanti bisa go internasional. (FS)