Ketua Yayasan Ibratama Komentari Tentang Program Anak Nakal Dididik Di Barak militer
Payakumbuh,Salingkaluak.com,- ketua Yayasan Ibratama Ferizal Ridwan, : Tidak pas anak nakal di didik di barak Militer, hal gagasan KDM, gubernur Jawa Barat itu akan lebih merusak kepribadian anak dan akan menjadi beban kejiwaan bagi mereka.
Dan bisa jadi menimbulkan sikap jiwa berontak, dan itu juga lari dari tujuan pendidikan yang sesungguhnya, kita sarankan saat ini yang paling relevan adalah bagaimana bisa diterapkan gagasan sekolah yang digagas Tan Malaka, dan Tan Malaka lebih menitik beratkan kepada adab, mengasah fikiran dan mempertajam logika serta meningkatkan kemampuan diri untuk kesiapan persaingan global, kalau mereka dihadapkan ke persoalan yang akan menjadikan teromatik terhadap anak dan generasi maka memulihkan nya akan lebih berat, sulit dan berdampak besar.
Sebagai contoh kita di Sumbar ini,karena ada teromatik di masa PRRI dulu dan di 1965 ada peristiwa PKI maka banyak generasi saat ini berjiwa orang kalah, dan sulit merdeka dalam berfikir apalagi bertindak. Sampai sampai waktu silam kecendrungan orang tua tak beri nama anaknya nama orang Minang mereka beri nama ya yang kejawaan. Dll,
Jika betul betul ingin merdeka 100% bangsa ini tentu harus diperbaiki juga pola pendidikan, jangan sampai lagi semakin sekolah semakin bodoh kita rasakan. Pemikiran dan roul model sekolah gagasan Tan Malaka itu seperti Mendidik manusia agar tak sekadar pandai tapi juga berjiwa merdeka dan peduli pada nasib rakyat. Sekolah ini bukan sembarang sekolah.
Sebuah sekolah yang tak hanya bertujuan untuk membuat siswanya jadi pintar, melainkan sekolah yang hendak “bangunkan hati merdeka sebagai manusia,” kata Tan Malaka dalam pengantar brosur, Sarekat Islam Semarang dan Onderwijs (pendidikan, red.)
Indonesia dalam mimpi Tan Malaka
Tan Malaka tak menghendaki murid-muridnya “kelak lupa pada berjuta-juta kaum kromo yang hidup dalam kemelaratan dan kegelapan.”
Tan Malaka tak menghendaki murid-muridnya “kelak lupa pada berjuta-juta kaum kromo yang hidup dalam kemelaratan dan kegelapan.” Demi tujuan menciptakan manusia-manusia merdeka itulah Tan Malaka menyusun kurikulum pendidikan yang berbeda dari kebanyakan sekolah pada waktu itu.
Ada tiga dasar pemikiran Tan Malaka dalam rancangan kurikulum sekolahnya, pertama yakni memberi senjata cukup buat pencari penghidupan dan dunia kemodalan (berhitung, menulis, ilmu bumi, bahasa Belanda, Jawa, Melayu, dsb); kedua, memberi haknya murid-murid, yakni kesukaan hidup dengan jalan pergaulan (vereeniging); ketiga, menunjukkan kewajiban kelak terhadap berjuta-juta kromo (rakyat kecil, red.).