Search

Konsep Sitandu Tanaman Padi dan Ternak Sapi Potong


Kombinasi dunia pertanian dan peternakan tentu sangat menguntungkan bagi perekonomian masyarakat. Pertanian dan peternakan memiliki saling keterkaitan satu sama yang lain. Perpaduan atau kombinasi dalam pelaksanaan dua kegiatan ini tentu butuh teknik atau cara khusus agar hasil maksimal bisa didapat. 

Perpaduan tersebut dikenal dengan nama sistem pertanian terpadu (Sipadu)

Sistem pertanian terpadu merupakan sistem yang mengkombinasikan berbagai spesies tanaman dan hewan dan penerapan beraneka ragam teknik untuk menciptakan kondisi yang sesuai untuk melindungi lingkungan, juga membantu petani menjaga produktivitas lahan dan meningkatkan pendapatan mereka dengan adanya diversifikasi usaha tani. Sistem pertanian terpadu dapat menjadi solusi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang timbul dalam pengembangan wilayah karena sistem pertanian terpadu memiliki banyak manfaat dan keunggulan serta keuntungan.

Artikel ini membahas tentang konsep sistem pertanian terpadu tanaman dengan ternak dan sistem pertanian terpadu tanaman padi dan ternak sapi potong. Pembangunan berkelanjutan mencakup beberapa aspek, yakni: aspek ekologis, ekonomi, sosial budaya, lingkungan, politik, serta pertahanan dan keamanan. Pembangunan pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan dengan menggunakan empat macam model sistem, yaitu 1) sistem pertanian organik, 2) sistem pertanian terpadu, 3) sistem pertanian masukan luar rendah, dan 4) sistem pengendalian hama terpadu.

Sistem pertanian terpadu adalah pemanfaatan sumber daya yang bertujuan ganda dan berimbang dengan seleksi jenis tanaman maupun ternak. Sistem pertanian terpadu ialah sistem pertanian yang didasarkan pada konsep daur ulang biologis antara usaha tanaman, perikanan dan peternakan. Sistem pertanian terpadu adalah suatu sistem pengelolaan tanaman, hewan ternak dan ikan dengan lingkungannya untuk menghasilkan suatu produk yang optimal dan sifatnya cenderung tertutup terhadap masukan luar.

Berdasarkan beberapa konsep di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pertanian terpadu adalah sistem pertanian yang mengkombinasikan dua atau lebih bidang pertanian, yang didasarkan pada konsep daur-ulang biologis (biological recycling), terjadi keterkaitan input-output antar komoditas yang saling memberikan manfaat dengan pendekatan penggunaan input dari luar rendah, yang dilakukan pada suatu lahan, melalui pemanfaatan limbah tanaman, kotoran ternak, kotoran ikan

dengan tujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas sehingga bisa meningkatkan pendapatan petani serta bisa tercipta kondisi pertanian yang ramah lingkungan. Sistem pertanian terpadu harus mempertimbangkan aspek-aspek keberlanjutan (sustainable) yang ramah lingkungan (environmentally tolerable), secara sosial diterima masyarakat (socially acceptable), secara ekonomi layak (economically feasible) dan diterima secara politis (politically desirable).

Sistem usahatani terpadu tanaman-ternak (SITT) merupakan solusi utama untuk meningkatkan produksi ternak dan menjaga lingkungan melalui penggunaan sumber daya yang bijaksana dan efisien. Dalam Sistem usahatani terpadu tanaman-ternak, limbah dari satu perusahaan menjadi masukan lain untuk membuat penggunaan sumber daya yang lebih baik. Penerapan SITT sangat diperlukan dalam pengembangan wilayah. Hal ini karena memiliki banyak keuntungan yakni: (1) diversifikasi penggunaan sumberdaya produksi, (2) menekan risiko usaha komoditi tunggal (3) efisiensi tenaga kerja, (4) efisiensi penggunaan komponen produksi, (5) mengurangi ketergantungan sumber energi kimia dan biologi serta sumberdaya lainnya, (6) ekologi lebih lestari dan tidak menimbulkan polusi lingkungan, (7) peningkatan hasil, dan (8) perkembangan rumah tangga yang lebih stabil.

SITT adalah suatu sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu kegiatan usahatani atau dalam suatu wilayah. Keterkaitan tersebut merupakan suatu faktor pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan petani dan ekonomi wilayah secaraerkelanjutan. SITT dalam sistem usaha pertanian di suatu wilayah merupakan ilmu rancang bangun dan rekayasa sumberdaya pertanian yang tuntas. Sumberdaya yang dimiliki petani memungkinkan untuk mengusahakan usahatani integrasi tanaman dan ternak. Keputusan petani untuk memilih usahatani SITT ditentukan oleh tersedianya pasar produk antara baik untuk produk sampingan tanaman maupun kompos. Tanpa didukung oleh pasar produk antara, maka pendapatan yang dapat diterima dari model integrasi lebih rendah dari model tanpa integrasi. Selain itu juga ditentukan oleh tingkat produksi kakao. Produksi yang rendah atau di bawah 50 persen dari produksi normal akan memberikan pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan model tanpa integrasi.

Penggunaan pupuk kandang sebagai pupuk organik pada sistem komplemantasi tanaman-ternak terbukti telah mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani serta mengurangi biaya produksi. Di sisi lain, produk pertanian organic mempunyai prospek pasar yang lebih cerah dibandingkan dengan produk pertanian yang sarat dengan bahan anorganik. Oleh karena itu, sebaiknya petani menerapkan sistem komplementasi tanaman-ternak ini.

Sistem pertanian terpadu padi-ternak sapi (SIPT) merupakan usaha meningkatkan produksi padi yang diintegrasikan dengan ternak sapi. Pemilihan padi dan sapi dalam usaha tani didasarkan pada hubungan timbal balik di mana padi menyediakan Jerami dan dedak untuk pakan sapi. Sebaliknya, sapi menghasilkan kotoran yang dapat dijadikan sebagai pupuk  organic pada tanaman padi.

SIPT bisa meningkatkan pendapatan petani, memperbaiki kesuburan lahan, kualitas air dan udara serta menciptakan keserasian lingkungan sosial budaya masyarakat. Usahatani terpadu sapi potong dan padi sawah efisien dan bisa meningkatkan keuntungan dibandingkan dengan usahatani tunggal, karena dapat menciptakan biaya produksi yang minimal dan adanya pemanfaatan potensi sumber daya lokal.

Hasil penelitian SIPT dengan pola tanam IP-300 menunjukkan hasil yang cukup menarik. Ternyata integrasi sapi-padi mampu meningkatkan pendapatan petani. Sekitar 40% dari hasil tersebut berasal dari nilai pupuk organik yang diperoleh dari ternak sapi. Apabila yang dipelihara sapi perah sistem low input, maka pola ini memberikan Rp11.000/ekor/hari karena seekor sapi dengan produksi susu 8-10 liter/hari hanya memerlukan biaya pakan senilai penjualan 3-4 liter susu.

Hasil penelitian pada petani di Jawa Tengah dan Jawa Timur, penerapan SIPT mampu mengurangi penggunaan pupuk anorganik 25-35 persen dan meningkatkan produktivitas padi 20-29 persen. Penerapan SIPT di Sleman, Bantul, Sragen, Grobogan dan Bojonegoro bisa menghasilkan pendapatan total rumah tangga petani yang cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran untuk membiayai konsumsi pangan. Hasil analisa ekonomi usahatani yang dilakukan oleh petani yang memelihara sapi menunjukkan pendapatan tambahan dari usaha SIPT sebesar Rp. 325,443/bulan/petani. Penerapan SIPT dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal seperti pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak dan kotoran ternak sapi dapat diproses menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat untuk memperbaik unsur hara yang  dibutuhkan tanaman sehingga tidak ada limbah yang terbuang.

Penerapan sistem integrasi padi-ternak sapi (SIPT) mampu memberikan keuntungan karena penggunaan pupuk kandang yang bisa meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Kontribusi pendapatan dari SIPT terhadap pendapatan total rumah tangga petanu cukup tinggi. Kemudian SIPT juga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal seperti pemanfaatan jerami sebagai pakan ternak dan kotoran sapi sebagai pupuk organik, sehingga tidak ada limbah yang terbuang.

Oleh: Dr. Silvia Permata Sari, SP., MP.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Andalas