Oleh: Dr. Silvia Permata Sari, SP., MP.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Andalas
Tumbuhan serai sebagai pestisida nabati mempunyai kelebihan aktivitas biologinya berspektrum luas yaitu dapat dimanfaatkan dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman, sistemik, kompatibel dengan teknik pengendalian lain seperti pengendalian dengan agen hayati, mudah terurai dan lebih ramah lingkungan. Serai bersifat tidak toksik terhadap mamalia, burung, dan ikan.
Selain itu, ekstrak tumbuhan serai juga bersifat tidak persisten hal ini dikarenakan mudah terurai secara alami sehingga tidak tahan lama dalam air, udara, di dalam tanah dan tubuh mamalia. Senyawa aktif yang terkandung pada minyak serai dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida nabati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Hal ini berkaitan dengan sifatnya yang mampu membunuh, mengusir, dan menghambat makan hama, serta mengendalikan penyakit tanaman yang bersifat anti jamur, anti bakteri, anti virus, dan anti nematoda.
A. Anti Bakteri
Tumbuhan serai mengandung sitronela dan geraniol yang sudah terbukti mempunyai sifat anti bakteri dan anti jamur. Salah satu penelitian membuktikan bahwa tanaman serai dapat menekan pertumbuhan jamur pada batang karet (Hevea brasillensis Mueli). Berdasarkan uji fitokimia, ekstrak serai mengandung flavonoid, tannin, saponin dan triterpenoid.
Penekanan diameter koloni dan biomassa koloni Jamur Akat Putih (JAP) pada tanaman karet yang dapat dihubungkan dengan kemampuan komponen terpenoid yang terdapat pada formula pestisida nabati serai dalam menghambat proses metabolisme, yaitu dengan cara mengakumulasi globula lemak didalam sitoplasma sel, mengurangi jumlah organel-organel sel terutama mitokondria dan merusak membran nukleus sel jamur.
Aktivitas minyak serai sebagai anti bakteri telah dibuktikan terutama untuk mengendalikan patogen manusia dan hewan. Penggunaan minyak serai dengan konsentrasi 0.244 μg/ml-0.977 μg/ml dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga minyak serai direkomendasikan sebagai pengganti antibiotik untuk pengawetan hasil laut.
Selanjutnya pengunaan minyak serai dapat menghambat pertumbuhan bakteri Propionobacterium acnes pada manusia, dengan konsentrasi 1,25%. Selain itu, aplikasi minyak serai dengan konsentrasi 10.000 ppm dapat menekan perkembangan patogen Ralstonia solanacearum pada tanaman jahe, dan pengunaan sebanyak 7 gram/liter daun serai dapat menekan patogen R. solanacearum patogen pada tomat.
B. Anti Jamur
Manfaat serai sebagai senyawa anti jamur telah banyak dilaporkan dalam beberapa penelitian. Ekstrak serai dapat mengendalikan jamur patogen baik pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Pada tanaman perkebunan, kakao contohnya, ekstrak serai dengan dosis 5 ml/liter dapat mengendalikan pertumbuhan jamur patogen penyakit Busuk Buah Kakao (BBK) Phytophtora palmivora hingga 100% pada skala laboratorium dan 66,25% pada fase bibit di lapang. Selain itu, ekstrak serai juga dapat mengendalikan jamur patogen Aspergillus sp. dan Penicillium sp yang menyerang biji kakao pada masa penyimpanan, dan dapat mengendalikan jamur patogen Phytophthora pada tanaman durian.
Kandungan Senyawa Serai Wangi
Tumbuhan serai memiliki komponen kimia yang sangat komplek, namun komponen yang terpenting adalah sitronella dan geraniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga minyak serai wangi. Selain itu, tumbuhan serai juga memiliki senyawa saponin, flavonoid, tannin dan minyak atsiri.
Saponin merupakan suatu glikosida yang ada pada banyak macam tanaman. Berfungsi sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, dan merupakan produk dari metabolisme tumbuh tumbuhan, serta sebagai pelindung terhadap serangan serangga hama. Saponin adalah racun yang dapat menghancurkan butir darah atau hemolisis, bersifat racun bagi hewan atau yang disebut sapotoksin.
Flavonoid memiliki fungsi sebagai analgetik, anti bakteri, dan anti virus. Flavonoid mengandung senyawa genestein yang berfungsi menghambat pembelahan atau proliferasi sel jamur. Selanjutnya tannin adalah golongan senyawa aktif tumbuhan yang bersifat fenol, memiliki rasa sepat dan berkemampuan menyamak kulit.
Tanin memiliki aktivitas anti bakteri, secara garis besar mekanismenya yaitu dengan merusak membran sel bakteri. Aktivitas anti bakteri senyawa tanin dilakukan dengan cara mengkerutkan dinding sel atau membran sel, sehingga dapat mengganggu permeabilitas sel bakteri itu sendiri. Terganggunya permeabilitas akan mengakibatkan, sel bakteri tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga menghambat pertumbuhan bakteri. Kemudian minyak atsiri merupakan senyawa-senyawa turunan hidrokarbon teroksigenasi (fenol) sehingga memiliki daya anti bakteri dan anti jamur.
Pembuatan Pestisida nabati dari Tumbuhan Serai
Pengolahan tumbuhan serai menjadi pestisida nabati dapat dilakukan dengan beberapa cara di bawah ini :
1). Ekstrak Sederhana Daun Serai
Ekstrak daun serai diperoleh dari daun tumbuhan serai yang masih segar dengan kriteria daun sudah tua, kemudian ditimbang dengan berat 100 gram, lalu dicuci dengan akuades dan dikeringanginkan selama ±25 menit. Selanjutnya daun serai dipotong kecil-kecil dengan ukuran ±1,5 cm, lalu diblender sampai halus. Kemudian tambahkan akuades dengan perbandingan 1:1, masukkan ke dalam Erlenmeyer steril dan ditutup dengan aluminium foil, selanjutnya dipanaskan sampai mendidih dan dibiarkan sampai 15 menit.
Kemudian diangkat dan disaring dengan menggunakan kertas saring. Cara lain pembuatan ekstrak serai menjadi pestisida nabati yaitu: pilih batang serai yang masih segar dan potong batang serai menjadi kecil-kecil. Setelah serai ditumbuk atau bisa juga diblender sampai batang serai halus, kemudian rendam dalam air bersih. Lakukan perendaman selama 24 jam, setelah itu saring ekstrak serai sebelum dipergunakan. Perbandingan tumbuhan serai dengan volume air bersih yang digunakan yaitu 1:10 (1 kg serai: 10 liter air bersih).
2). Penyulingan
Berdasarkan sifatnya yang mudah menguap, minyak atsiri dapat di ekstrak dengan 4 macam cara yaitu penyulingan (destilation), pressing (ekspression), ekstraksi dengan pelarut (solvent ekstration) dan absorbsi oleh lemak padat (enfleurage). Cara yang tepat untuk memperoleh minyak atsiri dari daun serai adalah dengan cara penyulingan. Penyulingan merupakan proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari 2 macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya. Penyulingan minyak serai wangi di Indonesia biasanya dilakukan dengan menggunakan uap air yaitu:
a). Penyulingan secara langsung
Pada penyulingan secara langsung, daun serai wangi dimasak dengan air untuk diambil minyaknya, dengan demikian penguapan air dan minyak akan terjadi secara bersamaan. Penyulingan langsung memang mudah dilakukan, tetapi juga dapat mengakibatkan teroksidasi dan terhidrolisis sehingga mutu minyak dapat menurun.
Gambar 1. Penyulingan Secara Langsung
b). Penyulingan Secara Tidak Langsung
Pada penyulingan secara tidak langsung dilakukan dengan cara memisahkan penguapan air dengan penguapan minyak. Daun serai diletakkan pada tempat tersendiri yang dialiri uap air, atau secara lebih sederhana bahan tumbuhan diletakkan diatas air mendidih.
Keuntungan menggunakan penyulingan secara tidak langsung yaitu memungkinkan bahan dan suhu dapat dipertahankan samapai 100 °C, karena uap berpenetrasi secara merata ke jaringan, lama penyulingan relatif singkat, rendeman minyak lebih besar dan mutunya lebih baik jika dibandingkan dengan minyak hasil sistem penyulingan dengan air secara langsung dan bahan yang disuling tidak dapat menjadi gosong.
Gambar 2. Penyulingan Secara Tidak Langsung
Pada awal penyulingan, akan tersuling sejumlah besar geraniol dan sitronelal, sedangkan pada penyulingan lebih lanjut, total geraniol dan sitronelal yang dihasilkan semakin berkurang. Lamanya penyulingan akan bergantung pada tekanan uap yang dipergunakan dan faktor kondisi terutama kadar air daun serai. Pada prinsipnya, tekanan tidak boleh terlalu tinggi digunakan karena pada tekanan yang terlalu tinggi minyak akan terdekomposisi, terutama pada waktu penyulingan yang terlalu lama. Satu hal yang penting dalam penyulingan minyak serai adalah agar suhu dan tekanan tetap seragam dan tidak menurun secara tiba- tiba selama proses berlangsung.
Kelebihan dan Kekurangan Tumbuhan Serai Sebagai Pestisida Nabati.
A. Kelebihan Pestisida Nabati Serai
Pestisida nabati serai mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah aktivitas biologinya berspektrum luas (dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman, seperti telah diuraikan sebelumnya), tidak toksik, sistemik, kompatibel dengan teknik pengendalian lain (seperti pengendalian dengan agens hayati), mudah terurai dan lebih ramah lingkungan. Serai wangi bersifat tidak toksik terhadap mamalia, burung, dan ikan. Sealain itu,serai wangi juga bersifat tidak persisten karena mudah terurai secara alami sehingga tidak tahan lama dalam air, udara, di dalam tanah dan tubuh mamalia.
B. Kelemahan Pestisida Nabati Serai
Kelemahan dari pestisida berbahan aktif minyak serai adalah :
(1) keefektifannya kurang meyakinkan, terutama apabila dibuat pada skala rumah tangga.
(2) Sulitnya standarisasi mutu produk akibat besarnya keragaman genetik tanaman dan tempat tumbuhnya, serta pemanenan yang masih dilakukan secara tradisional
(3) Kesulitan dalam pendaftaran dan paten
(4) Nilai usaha tani belum pasti karena pengaruh musim, sumber bahan baku, dan tingkat keefektifannya
(5) Stabilitas bahan aktif rendah karena bahan aktifnya bersifat volatil, yaitu tidak tahan terhadap sinar matahari (mudah terdegradasi oleh sinar ultraviolet)
(6) Tidak kompetitif terhadap pestisida sintetis (harga dan spektrum kerja)
(7) Terbatasnya data keamanan terhadap mamalia dan lingkungan.
Di samping itu mutu dari pestisida nabati sering berubah-rubah dan tidak stabil salah satu contohnya adalah minyak serai yang disuling pada saat musim hujan dengan musim kemarau akan berbeda kandungan sitronella ataupun graniolnya. Selain masalah di atas kendala lainnya adalah kurangnya sumber bahan baku, belum adanya standarisasi dan kontrol kualitas serta kesulitan dalam registrasi dalam pengajuan sebagai pestisida nabati.
Permasalahan lain yang juga dihadapi adalah serai di Indonesia belum dibudidayakan dengan baik dan kebanyakan hanya digunakan sebagai tanaman konservasi untuk mencegah erosi pada tanah-tanah miring atau pada lahan terasering serta sebagai tanaman sela sehingga pasokan dan mutu bahan bakunya cukup bervariasi.