Search

Olah Eceng Gondok Menjadi Pupuk Organik



Oleh: Dr. Silvia Permata Sari, SP., MP.
Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Andalas

Eceng gondok selama ini hanya di ketahui sebagai tanaman gulma yang cukup mengganggu pertumbuhan tanaman inti. Ternyata tanaman yang bernama latin Eichornia crassipes ini bisa diolah jadi pupuk cair yang ramah lingkungan.  Apalagi saat ini sedang trendnya pertanian organik. Tentu juga dibutuhkan pupuk yang organik juga. 

Pupuk organik sangat bermanfaat dalam mengingkatan Kualitas dan Kuantitas hasil panen. Juga mampu mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sumber bahan untuk pupuk organik sangat beranekaragam dengan karakteristik fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman pun dapat bervariasi.

Berdasarkan bentuknya, pupuk terdiri atas pupuk padat dan pupuk cair. Pupuk padat adalah pupuk yang memiliki bentuk fisik padatan dengan kelarutan yang beragam. Pada umumnya, pupuk padat merupakan pupuk yang mengandung unsur hara makro. Sedangkan pupuk cair adalah pupuk yang memiliki bentuk fisik cair dan pada umumnya mengandung unsur hara makro dan mikro. Pupuk organik cair atau dikenal dengan singkatan “POC” adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik dan berwujud cair. POC merupakan salah satu jenis pupuk dari proses fermentasi.

Salah satu tumbuhan liar (gulma) yang banyak ditemukan di lapang adalah eceng gondok. Eceng gondok (Eichornia crassipes) merupakan tumbuhan air terbesar yang hidup mengapung bebas (floating plants) yang ditemukan pertama kali pada air tergenang pada daerah aliran sungai Amazon di Brazil pada tahun 1824 oleh Karl von Martius. Tumbuhan air, terutama eceng gondok dianggap sebagai pengganggu atau gulma air karena menimbulkan kerugian. Adapun klasifikasi dari eceng gondok adalah :

Kingdom             : Plantae (Tumbuhan)

Divisi                   : Magnoliophyta

Kelas                    : Liliopsida

Ordo                    : Alismatales

Famili                   : Butomaceae

Genus                   : Eichornia

Spesies     : Eichornia crassipes

Eceng gondok merupakan tumbuhan air yang pertumbuhannya sangat cepat, sehingga eceng gondok dianggap salah satu tumbuhan air (gulma) yang berbahaya karena merugikan. Kerugian yang ditimbulkan antara lain menggangg atau merusak lingkungan perairan, meningkatkan evapotraspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman), menurunkan jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan, sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air yang menyebabkan terganggunya kehidupan organisme air seperti plankton dan menurunkan hasil perikanan, menyumbat saluran irigasi, mempercepat terjadinya pendangkalan, mengganggu transportasi perairan, meningkatkan habitat vektor penyakit pada manusia, serta menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.

Namun dibalik itu, ternyata eceng gondok memiliki peluang besar untuk dijadikan bahan pembuatan berbagai produk yang menguntungkan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah inovasi yang ramah lingkungan untuk mengatasi permasalahan eceng gondok yaitu dengan mengolah eceng gondok sebagai pupuk organik, yang produk akhirnya adalah pupuk organik eceng gondok.

Potensi eceng gondok sebagai sumber bahan organik alternatif dapat dilihat dari beberapa studi terdahulu terutama untuk mengetahui produksi biomassanya. Dilaporkan bahwa produksi biomassa eceng gondok di Rawa Pening dapat mencapai 20-30,5 kg/m2 atau 200-300 ton/ha. Kemudian National Academy of Science (1977) juga melaporkan bahwa biomassa eceng gondok di Bangladesh dapat melebihi 300 ton per hektar per tahun. Berdasarkan informasi tersebut, eceng gondok merupakan bahan organik yang antara lain dapat dikembangkan menjadi pupuk organik. Selain itu, eceng gondok juga dapat digunakan sebagai pupuk karena mengandung selulosa. Eceng gondok dapat diolah menjadi furnitur anyaman (meja, kursi), tas, sandal, dan lain-lain. 

Dalam bidang pertanian, dampak negatif tumbuhan eceng gondok dapat dihindari dengan memanfaatkan eceng gondok menjadi sesuatu yang berguna yakni diolah menjadi pupuk organik cair. Pupuk cair lebih efektif bila dibandingkan dengan pupuk padat, karena pupuk cair sangat bermanfaat dalam memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mampu menyediakan hara secara cepat, dan ramah lingkungan. Adapun komposisi kimia dari eceng gondok adalah bahan organik sebesar 78,47%, C organik 21,23%, N total 0,28%, P total 0,0011%, dan K total 0,016% sehingga dengan komposisi yang dimiliki maka eceng gondok berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.

Pada tanaman leguminose, pupuk eceng gondok ini dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar sehingga kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara pun meningkat. Selain itu, pemberian pupuk eceng gondok juga dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan patogen penyebab penyakit, meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, merangsang pertumbuhan cabang produksi, meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah.

Proses Pembuatan Pupuk Organik Cair Eceng Gondok
       
Adapun bahan yang digunakan untuk pembuatan pupuk organik adalah enceng gondok, EM4 dan plastik hitam. Alat yang dirancang adalah penggiling eceng gondok, bak fermentasi eceng gondok. Kandungan yang terdapat di dalam pupuk merupakan unsur hara esensial yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk organik cair ini menggunakan eceng gondok yang masih muda dan EM-4. Pupuk cair eceng godok merupakan hasil pembusukan dari tumbuhan eceng gondok yang melibatkan aktivitas mikroorganisme. Pupuk ini berupa bahan organik yang disiram pada tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman dalam membantu pertumbuhan, sehingga mampu berproduksi dan tumbuh dengan baik.
       
Bahan baku dari pupuk cair eceng gondok yaitu seluruh organ tumbuhan eceng gondok yang masih muda terutama bagian daun tanaman karena kandungan NPKnya tinggi dibandingkan daun tua. Jika tumbuhan eceng gondok yang digunakan pada pembuatan kompos yang sudah tua, maka kandungan NPK yang dibutuhkan oleh tanaman sudah berkurang. Eceng gondok dikenal sebagai tumbuhan yang mampu menyerap logam berat, sehingga semakin tua eceng gondok maka semakin banyak mengandung logam berat. Makanya dalam pembuatan pupuk organik cair eceng gondok disarankan menggunakan eceng gondok yang masih muda.
       
Pengolahan eceng gondok melalui teknologi pengomposan (dekomposisi) menghasilkan produk berupa bahan organik yang lebih halus dan telah terdekomposisi sempurna. Proses pengomposan itu sendiri merupakan proses hayati yang melibatkan aktivitas mikroorganisme antara lain bakteri, fungi dan protozoa. Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan bahan organik eceng gondok menjadi pupuk pada tanaman dapat mendukung pertanian organik menunjukkan bahwa penggunaan eceng gondok mampu memperbaiki struktur fisik tanah, melembabkan tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara, karena eceng gondok memiliki kandungan yang komplek yang sangat dibutuhkan tumbuhan seperti unsur hara Nitrogen (N) SiO2, calsium (Ca), magnesium (Mg).
       
Proses fermentasi pupuk organik cair dilakukan dalam wadah tertutup rapat. Selama fermentasi, yang berperan merombak bahan organik adalah mikroorganisme pada EM-4. Proses fermentasi dilakukan selama 10 hari. Hasil akhir dari proses fermentasi pupuk organik cair dengan bahan dasar eceng gondok dan EM-4 yaitu ditandai dengan adanya perubahan warna eceng gondok menjadi cokelat tua, bau menyengat seperti tape, dan sedikit bau alkohol. Untuk lebih jelasnya, pada paragraf di bawah ini akan diuraikan lebih rinci mengenai proses pembuatan POC eceng gondok.
       
Proses pembuatan pupuk organik cair dari eceng gondok adalah sebagai berikut :

a)         Mempersiapkan larutan EM4. EM4 yang akan digunakan dibiakkan terlebih dahulu dengan cara ditambah gula pasir sebanyak 50 sendok makan per 1 (satu) liter EM4, ditambah air secukupnya dan kemudian didiamkan selama 1 (satu) malam.

b)         Mempersiapkan tong plastik sebagai tempat fermentasi pupuk cair eceng gondok

c)         Melakukan pengumpulan eceng gondok yang terdapat di perairan.

d)        Kemudian eceng gondok di cacah dengan cara manual yaitu menggunakan pisau atau mesin pemotong, sampai eceng gondok menjadi ukuran halus yang lebih kecil ± 2 cm.

e)         Enceng gondok yang telah halus kemudian ditambahkan EM4 dengan kapasitas 1 kg eceng gondok 1 mL EM4 dan ditutup rapat dengan menggunakan plastik.

f)         Tunggu hingga 7-10 hari, untuk mengecek tingkat kematangan, buka penutup tong cium bau adonan apabila wanginya seperti wangi tape, adonan sudah matang.

g)          Setalah ± 10 hari, kemudain dipisahkan antara cairan dengan ampasnya dengan cara menyaringnya, menggunakan saringan kain. Ampas adonan bisa digunakan sebagai pupuk organik padat.

h)         Dimasukkan cairan yang telah melewati penyaringan pada botol plastik atau aqua galon dan ditutup rapat. Pupuk organik cair siap digunakan dan diaplikasikan.

i)           Jika dikemas dengan baik, pupuk bisa digunakan sampai 6 bulan lamanya.
Aplikasi Pupuk Organik Cair Eceng Gondok

Hasil dari penelitian Qoyyimatul Badriyah (2020) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair eceng gondok dan EM-4 dapat berpengaruh terhadap produksi tanaman kangkung darat yang meliputi tinggi tanaman kangkung darat, jumlah daun tanaman kangkung darat, dan berat basah daun tanaman kangkung darat. Pemberian pupuk organik cair eceng gondok dan EM-4 dengan konsentrasi 60% memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung darat.

Selanjutnya pemberian pupuk organik cair eceng gondok juga dapat meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah (C-organik, N-Total), meningkatkan tinggi tanaman, berat basa, dan berat kering pada tanaman sawi (Brassica juncea L.). Terjadinya peningkatan yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi dikarenakan banyaknya atau tingginya dosis pupuk organik eceng gondok yang memacu aktivitas dan perkembangbiakan mikroorganisme dalam tanah. Semakin banyaknya pupuk organik yang diberikan kedalam tanah, maka perkembangan mikroorganisme tanah akan meningkat, ini dikarenakan bahan organik yang di dalam eceng gondok dimanfaatkan sebagai sumber kehidupan mikrooragnisme tanah.

Berdasarkan hasil penelitian, pemberian pupuk organik cair eceng gondok dengan perbandingan (1:10) dapat meningkatkan pertumbuhan pada cabai merah. Itu karena pupuk organik berbahan eceng gondok yang terfermentasi tersebut tersedia unsur hara N, P, dan K sangat tinggi sebagai nutrisi untuk pertumbuhan tanaman cabai. Unsur Nitrogen (N) dalam pupuk organik sangat tinggi (sekitar 2,726%) dan unsur N tersebut diperlukan pada saat fase vegetatif. 

Melalui proses nitrifikasi, perlahan-lahan unsur N diserap tanaman dan berperan dalam sintesis asam amino, protein, dan koenzim. 

Peran N merangsang pertumbuhan secara keseluruhan terutama batang, cabang, dan daun. Pada kondisi tersebut, ketersediaan P akan optimal. Kemudian pupuk organik eceng gondok juga memiliki kandungan P sangat tinggi sebesar 0,184% (> 0,035%). Ketersediaan unsur Phospat (P) yang tinggi akan akan mempengaruhi pembelahan sel, dan perkembangan akar. Pemberian pupuk organik cair eceng gondok dapat meningkatkan perkembangan akar, serta meningkatkan pertumbuhan dan perkemangan tanaman cabai.

 #SPS#Dosen PertanianOrganik#CalonProfMudaAmin.