Search

Memahami Fungsi dan Makna Cadar bagi Mahasiswi Bercadar




Oleh: Athifa Nabila Risti, S.I.Kom., M.I.Kom
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Dharma Andalas

 
Cadar berasal dari Bahasa Arab yang dikenal dengan istilah syar’inya yaitu niqab. Cadar merupakan lanjutan dari jilbab. Penggunaan kain yang menutupi bagian bawah mata hingga dagu ini dilengkapi dengan gamis atau rok panjang dan lebar yang berwarna gelap. Wanita Muslimah disyariatkan untuk menutup wajah mereka di depan lelaki ajnabi (bukan mahram). Atau dengan kata lain, disyariatkan bagi mereka untuk memakai cadar. 

Istilah mahram yang dimaksud di sini ialah orang-orang yang haram untuk dinikahkan oleh seorang wanita Muslimah karena adanya hubungan darah atau sepersusuan. Terdapat dalil dari Al-Qur’an yang menjadi dasar disyariatkannya menutup wajah bagi wanita dalam Surat Al Ahzab ayat 33 yang berbunyi:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang.”

Lebih lanjut lagi, ulama 4 madzhab semuanya menganjurkan wanita muslimah untuk memakai cadar, bahkan sebagiannya sampai kepada anjuran wajib. Yaitu madzhab Hanafi dan madzhab Maliki yang berpendapat bahwa memakai cadar hukumnya sunnah (dianjurkan) dan menjadi wajib jika dikhawatirkan menimbulkan fitnah, sedangkan madzhab Syafi’i dan madzhab Hambali mewajibkan wanita memakai cadar di hadapan lelaki yang bukan mahram.

Makna tentang cadar pun berbeda-beda bagi mahasiswi yang menggunakan cadar. Dapat disimpulkan bahwa interpretasi mereka terhadap cadar terbentuk melalui pengalaman pribadi atau konsep diri, serta melalui interaksi dengan lingkungan sekitar, termasuk keluarga, teman, dan masyarakat. Kesimpulan ini sejalan dengan asumsi dalam teori interaksi simbolik yang menyatakan bahwa makna dibentuk melalui interaksi antar individu. Di samping itu, pemahaman terhadap cadar juga dipengaruhi oleh pengalaman dan keyakinan individu terhadap Tuhan. Adapun makna cadar bagi mahasiswi bercadar sebagai berikut:

1.Cadar Sebagai Pengingat

Dalam konteks ini, tujuan penggunaan cadar sebagai pengingat adalah agar mahasiswi tersebut selalu teringat untuk menghindari perilaku negatif. Oleh karena itu, dengan memahami cadar sebagai pengingat, diharapkan dapat mendorong mereka untuk bersikap positif. 

Konsep ini sesuai dengan teori interaksi simbolik, di mana terdapat ide pikiran atau kesadaran menurut Mead. Menurut teori ini, pikiran merupakan konsep yang mengingatkan individu untuk bertindak atau memberikan respons dalam situasi tertentu. Respons tersebut mencakup upaya mahasiswi bercadar untuk menghindari perilaku yang tidak diinginkan.

2.Cadar Sebagai Pembatas

Beberapa mahasiswi lain mengungkapkan bahwa cadar memiliki makna sebagai pembatas sikap dan penahan diri dari godaan duniawi. Mereka memahami cadar sebagai suatu pembatas yang menghubungkan keyakinan kepada Tuhan dan interaksi dengan orang lain. 

Menurut mereka, bercadar diyakini dapat membatasi perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama dan menahan diri dari hasrat dunia, dengan tujuan untuk lebih fokus pada kehidupan akhirat.

Konsep ini juga sejalan dengan asumsi teori interaksi simbolik, di mana makna cadar sebagai pembatas muncul melalui interaksi mahasiswi bercadar dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat yang mungkin kurang familiar dengan cadar, serta Ustad dan Ustadzah dalam lingkungan kajian mereka. Dari interaksi tersebut, mereka menafsirkan bahwa cadar juga berfungsi sebagai pembatas dalam berperilaku, seperti menjaga etika, mempertahankan rasa malu, dan menetapkan batasan dalam berkomunikasi dengan laki-laki yang bukan mahram.

3.Cadar Sebagai Pelindung

Mahasiswi yang mengenakan cadar juga memiliki interpretasi beragam mengenai makna cadar, baik berdasarkan pengalaman pribadi maupun keyakinan agamanya. Beberapa di antaranya melihat cadar sebagai bentuk perlindungan, baik dari segi moral maupun dari pandangan laki-laki. 

Mereka mengakui bahwa sejak mengenakan cadar, mereka merasa lebih terjaga dan aman dalam hal perilaku dan persepsi luar. 

Keyakinan ini didasarkan pada pandangan bahwa menjaga diri sebelum menikah dianggap sebagai amalan yang bernilai tinggi bagi wanita, dan salah satu cara mereka melakukannya adalah dengan menggunakan cadar untuk meningkatkan rasa perlindungan. 

Perspektif ini dapat diterapkan dalam konteks konsep diri oleh Mead, di mana individu melibatkan diri dalam proses sosial dan merefleksikan pengalaman mereka untuk menyesuaikan diri dan mengubah tindakan sosial mereka, seperti mahasiswi yang merenungkan dirinya sendiri melalui penggunaan cadar sebagai bentuk perlindungan diri.

4.Cadar Sebagai Media Untuk Menundukkan Pandangan Laki-laki

Beberapa mahasiswi lain menginterpretasikan cadar sebagai alat untuk mengalihkan perhatian dan mengendalikan pandangan laki-laki. Berdasarkan pengalaman pribadinya, salah seorang mahasiswi menyadari bahwa pandangan laki-laki terkadang dapat menjadi tidak terkendali ketika melihat wajah seorang wanita, bahkan dapat membuat wanita dijadikan objek imajinasi. Oleh karena itu, mereka melihat pemakaian cadar sebagai suatu kewajiban ketika berinteraksi dengan laki-laki yang bukan mahram, meskipun mahasiswi bercadar lainnya ada yang memandang cadar sebagai hukum yang bersifat sunnah.

Masyarakat memiliki kemampuan untuk memengaruhi individu, memberikan kritik diri, dan membantu mengendalikan diri. Mahasiswi ini pun mengalami dampak masyarakat, khususnya laki-laki yang dapat menjadikan wanita sebagai objek imajinasi, sehingga ia berupaya mengendalikan diri dengan menggunakan cadar. Oleh karena itu, makna cadar sebagai alat untuk mengendalikan pandangan laki-laki menjadi sebuah konsep yang terinternalisasi dalam pikiran dan perilaku mereka.