Search

Metoda Jumlah Satuan Panas Pada Tanaman


Penulis: Obel SP.MP
Dosen Prodi Agroteknologi Fak Pertanian Unand

Salingkaluak.com,- Tanaman seperti yang kita ketahui terdapat periode fase-fase yang terjadi secara alami pada tumbuhan. Berlangsungnya fasefase tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitar, seperti lamanya penyinaran, suhu dan kelembaban udara. Periode fase-fase tersebut dikenal dengan istilah fenologi. 

Pada fenologi dapat dipelajari konsep umum mengenai hubungan antara perkembangan tanaman dan faktor iklim seperti salah satu contoh dalam perhitungan umur panen yang tepat pada berdasarkan karakter fenologi tanaman itu sendiri.  Selain itu juga halnya seperti fenologi perbungaan pada beberapa jenis anggrek agar bunganya segera mekar, harus mendapatkan stimulasi udara panas dan atau dingin, tergantung jenis anggrek tersebut. 

Hal ini karena fenologi perbungaan suatu jenis tumbuhan adalah salah satu karakter penting dalam siklus hidup tumbuhan karena pada fase itu terjadi proses awal bagi suatu tumbuhan untuk berkembang biak.

Saat sekarang sudah banyak penelitian yang mengkaji pendekatan antara segi agronomi dengan factor klimatologi. Terbukti bahwa data dari klimatologi dapat memperjelas setiap parameter yang terjadi pada segi agronomi. Komponen yang terdapat dalam klimatologi seperti suhu, cahaya matahari, iklim, udara mempunyai peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Untuk mengukur hal tersebut dikenal dengan istilah metode jumlah satuan panas (heat unit).

 Metode jumlah satuan panas merupakan pendekatan antara agronomi dan klimatologi dengan cara melihat hubungan antara laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan akumulasi suhu rata-rata harian di atas suhu dasar. Dalam hal ini, suhu dianggap sebagai faktor yang mewakili penggunaan energi dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dengan kata lain, metoda ini dapat merupakan jawaban yang menyatakan adanya hubungan antara suhu dengan tumbuhan secara kuantitatif.

Di Indonesia, pada umumnnya untuk menetapkan saat berkercambah, berbunga, berbuah sampai saat panen berdasarkan satuan hari (waktu) yang biasanya terdapat pada deskripsi varietas suatu tanaman. Namun dalam prakteknya penetapan ini kurang tepat dan sulit dijadikan pegangan, karena di lapang umur suatu genotipe akan berbeda sehubungan dengan tempat penanaman dan faktor lingkungan. 

Para ahli menyebutkan  bahwa semakin tinggi tempat atau lokasi penanaman akan makin panjang umur suatu tanaman, sebaliknya semakin rendah ketinggian lokasi penanaman maka semakin pendek umur suatu tanaman karena tanaman tersebut membutuhkan jumlah satuan panas tertentu untuk mencapai tingkat perkembangan tertentu hingga panen. Penanaman tanaman yang sama pada ketinggian tempat yang berbeda akan membutuhkan jumlah satuan panas yang sama untuk mencapai perkembangan tertentu sampai panen. 

Pemanfaatan metoda jumlah panas dalam bidang pertanian diantaranya yaitu :

1)     Perbaikan budidaya (meramalkan waktu yang tepat untuk aplikasi pemupukan, herbisida, dan zat pengatur tumbuh)

2)     Menilai kesesuaian wilayah untuk produksi tanaman tertentu

3)     Menentukan stadia pertumbuhan tanaman

4)     Memperkirakan cekaman panas pada tanaman

5)     Meramalkan waktu masak fisiologis dan tanggal panen

6)     Mengelola pengatur pertumbuhan dan alat bantu panen

7)     Unit yang ideal dalam model tanaman berbasis cuaca.

8)     Mempermudah peramalan produksi (metode : energy-crop-growth, simulasi produksi dan komputerisasi)

Namun disamping itu terdapat beberapa kelemahan dalam metoda yang digunakan seperti Suhu dasar dianggap konstan pada semua stadia tanaman sehingga reaksi tanaman berbeda pada setiap siklus hidupnya terhadap suatu faktor lingkungan yang sama, Tidak memperhitungkan faktor lingkungan lain yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, Tidak memperhitungkan suhu siang dan malam yang ekstrim dan tidak memperhitungkan suhu mikro.