Search

Dampak Karhutla Bagi Kesehatan


Oleh: Ns. Muthmainnah, M.Kep

Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Karhutla merupakan singkatan kebakaran hutan dan lahan. Karhutla biasa terjadi di beberapa Provinsi Indonesia setiap tahun. Karhutla melanda sejumlah wilayah Indonesia mulai dari pulau Sumatera, Kalimantan hingga Jawa. Fenomena tersebut merupakan kondisi dimana terbakarnya hutan dan lahan baik secara alami maupun perbuatan manusia yang mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan dan berdampak pada kerugian Kesehatan, ekologi, ekonomi maupun sosial, budaya dan politik.

Kebakaran hutan khususnya lahan gambut dengan kelembapan tinggi akan menghasilkan pembakaran yang tidak sempurna sehingga kandungan CO, PM10 dan PM 2,5 serta kabut asap akan mendominasi hasil dari kebakaran tersebut. Gas CO merupakan polutan gas tidak bewarna dan tidak berasa yang dapat menyebabkan keracunan. Efek dari menghirup CO adalah sakit kepala, pusing, mual dan muntah, rasa Lelah dan linglung. Penanganannya dengan cara pemberian O2 murni atau berpindah menuju tempat dengan udara segar untuk mengembalikan kadar O2 normal dalam darah.

PM10 dan PM 2.5 merupakan partikel yang sangat kecil sehingga mampu menjangkau puluhan kilometer saat terbawa angin. Partikel ini dapat masuk dan mengendap pada saluran pernafasan tepatnya pada daerah bronki dan alveoli. Partikel ini terpapar secara terus menerus dan menyebabkan iritasi paru-paru sehingga gejala batuk, bersin, pilek, napas pendek akan memperburuk Masyarakat yang memiliki penyakit asma dan jantung. Partikel ini dalam jangka Panjang bisa menyebabkan kanker paru. Masyarakat bisa memakai masker N95 atau respirator untuk mencegah partikel tersebut masuk ke dalam paru-paru.   

Dampak karhutla lain bagi Kesehatan juga dapat dirasakan  yaitu iritasi selaput lendir (mata, hidung dan tenggorokan) dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Masyarakat disarankan untuk memakai kacamata pelindung untuk mencegah kabut asap kontak dengan mata dan masker selama di luar rumah dan lebih banyak beraktivitas secara indoor. Masyarakat diharapkan dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan dan makan makanan yang bergizi. Masyarakat dihimbau segera melakukan pemeriksaan apabila kondisi semakin parah agar bisa mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat dari tenaga Kesehatan di fasilitas pelayanan Kesehatan.