Search

UMRAH ACCELERATION

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh

 

 

Kenali Pemilik Rezeki “Uang Bukanlah Suatu Alasan”

 

 Di bagian ini, saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan:

     “Siapa yang menyuruh kita umrah?”

     “Siapa yang menggenggam rezeki?”
“Allah itu Maha Kaya atau Maha Miskin?”
Jika Anda menjawab:

     “Allah .”

     “Allah.”

     “Allah Maha Kaya.”

 

Jawaban Anda itu sudah menghilangkan satu keberatan mindset Anda selama ini, yang mengatakan, “Gimana mau umrah, wong duit saja nggak ada. Saya „kan orang nggak mampu.”

 

Contoh konkret: Saat Anda masih kecil, Anda disuruh membeli sabun oleh ibu Anda. Ibu Anda bukan sekadar nyuruh „kan? Beliau pun memberikan uang kepada Anda. Atau, Anda disuruh masuk sekolah. Orangtua Anda pun mendaftarkan Anda dan membiayai sekolah Anda. Contoh tersebut sudah menjawab keraguan Anda selama ini. Bahwa uang bukanlah alasan utama untuk tidak bisa umrah. Benar, umrah itu pakai uang, bukan pakai daun. Tapi Allah punya cara-cara-Nya untuk kita yang kekurangan untuk menyampaikan kita ke Rumah-Nya.  

 

Bukankah banyak orang kaya, tapi sampai detik ini belum juga tersentuh hatinya untuk umrah atau haji? Bukankah banyak orang yang berduit dan bisa keliling AsiaEropa, tapi untuk menunaikan ibadah ke Tanah Suci belum juga?

 

Nah, Anda yang sudah merindukan, Anda yang sudah berkeinginan, dapat dipastikan suatu saat akan diundang Allah ke Rumah-Nya, bisa melihat dan mengelilingi Ka‟bah. Allahu Akbar! Saya katakan “UMRAH itu TANGGUNGAN ALLAH”, “Rezeki itu TANGGUNGAN ALLAH”. Ya, rezeki itu tanggungan (jaminan) Allah. Andai Anda tidur saja selama 24 jam (tidak bekerja) rezeki sudah dijamin oleh-Nya. Tapi tolong Anda pahami, bukan artinya Anda harus tidur, bermalas-malasan tidak mau menjemput rezeki, jelas ini menyalahi perintah Allah. Yang saya maksudkan  adalah rezeki sudah dijamin Allah, Allahlah  Pemilik rezeki. Tugas kita hanya berikhtiar untuk menjemputnya. Bekerjalah, berangkatlah menjemput rezeki. Rezeki sudah disediakan oleh-Nya.

 

Sejatinya, soal rezeki ini kita tak perlu bertanya lagi. Tak perlu repot-repot memikirkan urusan rezeki, karena rezeki itu sendiri memang benar-benar ada dan dijatah untuk kita, tidak akan meleset sedikit pun, tidak akan tertukar oleh siapa pun, dan tidak akan berkurang sama sekali. Lagi pula, urusan kita diturunkan ke dunia ini bukan untuk mencari isi lambung, bukan mencari sesuap nasi, bukan untuk mencari apa pun yang berhubungan dengan dunia. Tugas kita cuma satu, untuk beribadah kepada Allah. Itu saja, titik. Masa‟, Allah yang menyuruh kita untuk beribadah kepada-Nya, kita nggak dikasih fasilitas untuk mendukung sarana dan prasarana untuk ibadah...?? Ya, nggak mungkin lah. Tanggung jawab Allah sebagai Khaliq  yang telah menciptakan manusia dengan berbagai kebutuhannya, maka Allah pun menciptakan sarana-sarana yang dapat mendukung  kebutuhan-kebutuhan  kita (Itu sudah satu paket yang Allah ciptakan untuk kita semua). Sebenarnya enak lho, Allah Maha memudahkan, tetapi kitanya saja  yang mempersulit diri kita sendiri dan melalaikan diri kita sendiri dari Allah.

 

Mau bukti real? Nih, saya berikan beberapa kisah dan contoh. Camkan, ya! Pernah  dengar cerita Ashabul Kahfi? Di dalam AlQur`an, Allah  mengabadikan kisah ini untuk kita  semua. Allah  sendiri lho yang menceritakannya untuk kita sebagai bukti kekuasaan Allah yang Mahadahsyat.

 

Cerita Ashabul  Kahfi (bisa dilihat di surah Al-Kahfi) ialah sekelompok  pemuda yang melarikan diri ke dalam gua demi menyelamatkan „iman‟nya lantaran kaumnya mayoritas sudah  rusak akhlaknya, dan para pemuda ini tidak mau ikutikutan  rusak imannya  karena khawatir tertular oleh kaumnya tersebut. Subhanallah...Para pemuda tersebut ditidurkan oleh  Allah di dalam gua lebih dari 300 tahun. Subhanallah, rezekinya cukup tuh walaupun selama 300 tahun.

 

Apakah cerita ini masuk akal? Ya, enggak lah, karena otak kita ini limited edition. Di sini, jangan berpikir  menggunakan akal karena otak kita tidak akan terjangkau, otak kita limited. Berpikirlah menggunakan kekuasaan Allah. Merenungkan dengan menggunakan iman. Ada orang yang protes kepada saya, “Aa yakin, misalkan ada manusia yang tidur selama 24 jam (tidak bekerja apa pun misalkan) pasti rezekinya dijamin juga oleh Allah. Itu mah sama saja melarang orang untuk bekerja keras

„kan?” Hehehe, saya mah lucu dengan pertanyaan dan pendapat orang yang protes itu.

 

Tuh buktinya Ashabul Kahfi, hayo percaya nggak? Kalau nggak percaya, berarti kita telah kafir! Karena Allah yang menuliskannya dalam Al-Qur`an. Masa‟ nggak percaya sama pemilik langit dan bumi, Tuhan semesta alam?

 

 

Para pemuda yang ditidurkan Allah di dalam gua lebih dari 300 tahun itu, mereka kerja nggak? Enggak tuh, bahkan 300 tahun tidur. Rezeki dijamin Allah nggak? Dijamin tuh!

Bahkan, para pemuda  itu bingung ketika dibangunkan oleh Allah dan ternyata mereka sudah tua dan janggut mereka sudah memanjang. Bingung juga ketika mereka melihat tulang-belulang unta yang semula ditungganginya ketika menuju gua. Uang yang mereka kantongi juga sudah tidak berlaku lagi untuk dibelanjakan karena uangnya sudah menjadi uang kuno. Mau bukti lagi? Nih, saya akan tunjukkan di sini.

 

Anda pernah lihat orang gila? Dia nyari uang nggak? Hehehe. Orang gila di pinggir jalan kerjanya nyengarnyengir dan dijamin rezekinya oleh Allah. Tetap hidup! (Masuk  akal nggak? Yup, benar, masuk akal. Karena kita berpikir dengan Allah, dengan kekuasaan Allah, dan dengan iman). Mau bukti lagi? 

 

Saya pernah nonton tayangan discovery. Anda pasti tahu „kan ikan paus? Ikan paus adalah ikan yang paling besar di antara ikan-ikan yang ada (yang pernah menelan Nabi Nuh juga dikisahkan dalam Al-Qur`an).

 

Nih, saya kasih informasi, ya. Ikan paus itu beratnya 54 ton. Gede banget, „kan? Rumah kita saja kalah gede dengan ikan paus.  Subhanallah...Allahu Akbar! Berat ikan paus 54 ton, bisa hidup, rezekinya dijamin oleh Allah. Walaupun ikan paus tidak ada yang menjadi sarjana, tidak ada yang menjadi dokter, tidak ada yang menjadi PNS, tidak ada yang kuliah ekonomi, tidak ada yang berbisnis untuk mencari uang, tetapi ikan paus hidup dan rezekinya dijamin oleh Allah. Mudah bagi  Allah memberi makan ikan paus. Ya, „kan?

 

 

Kita beratnya berapa? Saya sendiri beratnya sekitar 65 kg. Ah, gampang bagi Allah memberi makan saya semudah Allah memberi makan ikan paus yang beratnya 54 ton. Memangnya ikan paus cuma satu di muka bumi ini? Hitung sendiri ada berapa ikan paus di muka bumi ini, dan hitung  berapa  ton  Allah memberi makan setiap harinya.

 

Kalau  Ashabul Kahfi yang tidur 300 tahun, orang gila yang nyengar-nyengir di pinggir jalan, dan ikan paus yang beratnya 54 ton saja dikasih rezeki oleh Allah, mana mungkin kita makhluk Allah yang dimuliakan-Nya tidak dikasih rezeki oleh-Nya? Mana mungkin kita yang ingin sekali umrah tidak diberangkatkan oleh-Nya? Yakini ini dengan iman! Sekali lagi, dengan iman. 

 

Mulai saat ini, yakinkan diri bahwa kita bisa berangkat umrah dengan izin-Nya. Saya telah membuktikannya sendiri. Nanti akan saya ceritakan perjalanan saya dapat menunaikan umrah  di bagian selanjutnya di buku ini. Simak ya!

             

 

Tembak Dengan Senjata Ampuh

“Doa Itu Senjata Mukmin”

 Kita seharusnya tidak usah resah dan galau akan keinginan kita untuk umrah. Anda seharusnya semakin pede (percaya diri) dan percaya Dia, bahwa Anda bisa umrah. Kenapa? Ya, karena Anda punya senjata ampuh. Senjata ampuh itu bernama DOA.  Come to Him, talk to Him. Datang pada Allah kemudian berdoa pada Allah. Ini kuncinya, Modal Doa.

 

Ada  kisah menarik. Waktu Paus Paulus Yohanes II meninggal dunia, di koran tertulis bahwa ia adalah seorang Paus yang bermodal dengkul. Saya sempat bertanya dalam hati, maksudnya apa itu bermodal dengkul ya? Apa jadi ketua kelompoknya, ketua jamaatnya memang nggak pake duit atau gimana. Pertanyaan itu pun terjawab sudah bahwa Paus Paulus  kalau  ada  masalah, dia duduk bersimpuh, bertumpu pada dengkul, lalu berdoa.

 

 

Ooh, rupanya ini nih, dipakai buat berdoa. Modalnya dengkul, dengkulnya itu ditarok di lantai buat berdoa. Nah, kita jangan mau kalah dong mestinya „kan? Kalau mau umrah, andalkan modal yang satu ini, DOA. Jelas doa memang bukan satu-satunya tapi sebagai pondasi, sebagai sebuah permulaan doa ini adalah segalanya bagi kita. Mari kita simak firman  Allah dalam QS. Al-Baqarah: 186,

 

 “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

 

Kita cermati sebuah contoh sekarang. Misalnya Anda melihat foto teman Anda di depan Ka‟bah  saat Anda berkunjung ke rumahnya selepas dia melaksanan ibadah umrah. Hati Anda pun tergerak, tumbuh keinginan yang kuat untuk bisa juga sampai ke sana (Tanah Suci). Maka modal Anda adalah doa. Kembalikan keinginan Anda kepada Allah, “Ya Allah, terima kasih saya bisa melihat foto  Ka‟bah ini di foto teman saya yang sudah Engkau undang ke Rumah-Mu. Tolong ya Allah, bagaimana caranya supaya saya juga bisa melaksanakan ibadah umrah, menatap dan mengelilingi Ka‟bah. Rabb, saya juga ingin umrah. Ingin sekali umrah.”

 

Inilah yang dimaksud dengan qarib. Allah ini dekat. Anda bisa memanggil-Nya kapan saja. Anda bisa berbisik lewat doa kapan pun Anda mau. Allah dekat, lalu kenapa kita cari yang jauh? Apa sih yang kita cari? Bank? Koperasi? Teman? Sahabat? Bos? Mereka semua ini jauh, Allah yang dekat. Coba simak lagi ayat dalam QS. Al-Waqi‟ah 85: “Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu,  tetapi kamu tidak melihat.” 

 

Begitu dekatnya Allah, tetapi karena kita tidak tahu Allah itu dekat, maka kita kemudian keluar rumah, mencari manusia. Ini salah besar! Kalau Anda ingin segera umrah, maka yang dicari pertama itu Allah. Bagaimana caranya? Jadikan doa sebagai modal. Allah sudah menggaransi kita semua. Kalau kalian mau berdoa, Aku akan kabulkan.

 

Persoalannya, kita tahu modal ini, namun kadang nggak serius. Ya, nggak serius dalam berdoa. Keinginan hanya keinginan. Kemauan hanya kemauan. Tapi, apakah setiap shalat lima waktu atau shalat sunah Tahajud dan Duha, kita benar-benar terus berdoa atau tidak? 

 

“Ya Allah, hamba ingin ke Baitullah, menatap Ka‟bah dari dekat. Undanglah aku ke sana ya Allah!” Coba ucapkan doa ini. Boleh dengan bahasa Indonesia, Sunda, Jawa,

Minang, Batak, Kaili, dll. Tidak ribet „kan? Tidak susah „kan?

 

Tempuhlah perjalanan doa tanpa putus, tanpa henti, tanpa putus asa. Sembari memperbaiki diri, kalau-kalau dalam diri ini ada harta haram yang dimakan, minuman haram yang diminum. Toh, untuk menempuh perjalananan doa mesti dibekali dengan kebersihan jasad dari makanan dan minuman yang haram dan mesti ditempuh dengan jiwa yang bersih.

 

Tempuhlah perjalanan doa selama 3 hari, 7 hari, 14 hari, 30 hari, 40, hari, 60 hari, 99 hari, 114 hari tanpa putus. Insya Allah, akan ada hasilnya. Yakinlah terhadap kemahakuasaan Allah . Inilah modal utama kita, modal doa. Tembakkan “peluru doa” terus menerus sampai kena sasaran, bisa menggoyang Arsy. Doa, doa, dan doa. 

 

Senjata ini bisa dimiliki oleh siapa pun. Yang kaya bisa, yang kere bisa, penguasa bisa, rakyat jelata pun bisa. Sekali lagi, modal utama kita adalah doa. Senjata ampuh kita adalah doa. Ayo kita buktikan masing-masing. Selama 114 hari dari sekarang. Kenapa harus 114 hari? Jangan tanya, lakukan saja. Ini hanya bentuk kesungguhan saja. Yakin atau tidak, itu tergantung diri kita masingmasing. Kalau saya sudah membuktikannya, bahkan kurang dari 114  hari.

 

Setelah itu, lihat hasilnya. Buktikan setelah itu bibitbibit, cahaya-cahaya, sinar-sinar, peluang-peluang ibadah, harapan-harapan Anda akan menjadi nyata. Kalau kata Syahrini, “terpampang nyata”, hehehe. Sederhana „kan? Urusan uang biar Allah yang ngatur, urusan cara biarkan jadi urusan Allah. Lho koq gitu? Ini keyakinan. Ini adalah awal. Ada lagi cara-cara lain yang akan dibahas di buku ini. Yakin dulu yang penting, iman dulu yang perlu. Lalu, adakah doa khusus agar cepat dipanggil Allah? 

 

Saya belum menemukan hadis yang khusus yang shahih tentang doa cepat umrah. Namun, ada doa yang biasa saya baca agar dimudahkan dalam segala urusan, termasuk urusan umrah, tentunya. Anda boleh membaca doa ini. Doa ini diriwayatkan oleh Imam An-Nasa‟i:   ياَ حََُّ ياَ قَيَُّ ْمُ ةرحمخك أشَْخَغِيدُْ

 

Wahai Allah yang Mahahidup, Wahai Yang Maha Berdiri Sendiri mengurus makhluk-Nya, dengan rahmatMu tolonglah aku, perbaiki semua urusanku dan jangan serahkan kepadaku walau sekejap mata.” (HR. Nasa‟i)

 

Baca dengan penuh rasa tunduk. Nggak usah keraskeras. Karena Allah Maha Mendengar setiap doa hambahamba-Nya. Selamat mempraktikkan!

             

 

Pergi Dan Tanya!

“Sekarang Juga Pergi ke Travel Umrah!

Keyakinan, doa, niat  juga mesti dibarengi dengan aksi. Betul? Nah, kalau Anda memang serius  ingin  pergi umrah, sekarang  juga Anda harus jalan ke travel haji atau umrah.

 

“Inget ya, sekarang juga!!! Nih saya sudah pake tanda serunya tiga kali. “Sekarang juga”nya ditebalkan lagi. Berarti menandakan saya serius berbicara. Sekarang juga Anda harus pergi ke travel umrah. Sekarang juga! Kecuali kalau sekarang malam hari, atau jam 12 malam. Wajib! Harus! dan kudu berangkat ke agen travel umrah sekarang juga! (Tuh saya tekankan berkali-kali!)

 

Anda jalan saja. Tanya di mana travel terdekat dengan Anda. Ya, kalau perlu pake motor, pake motor untuk menuju ke sana. Kalau pake sepeda, ya pake sepeda. Kalau nggak ada, ya jalan kaki. Percaya deh, Allah tunjukkan jalannya, kita mah cuma cukup maju selangkah. Ada keinginan, mau bergerak. Yang jadi masalah kita nggak mau bergerak, nggak mau jalan, nggak mau maju, dan kebanyakan mikir ini itu. Repot kalau begitu. Majulah  sekarang, wahai calon jamaah umrah! Tanya-tanya saja berapa biaya umrah mulai hari ini. Tanya kapan tanggal keberangkatan yang paling tepat. Tugas kita hanya maju satu langkah saja, selebihnya Allah yang dorong, selebihnya Allah yang akan mudahkan. Jalan-jalan cari infromasi, cari informasi ke agen travel. Jangan banyak mikir, jangan gunakan otak kita, tapi gunakan kekuatan dan kekuasaan Allah, oke? Jalan saja sejalanjalannya, biarkan nanti  Allah yang akan membimbing kita menyusuri jalan yang  akan membawa  kita  untuk  berangkat haji atau umrah. 

 

Kalau tanya-tanya berapa ongkos umrah, gratis „kan? Nggak perlu pake DP „kan? Atau tanya kapan keberangkatannya? Tenang saja, kalau sekadar tanya nggak perlu bayar. Itu tuh yang bikin Ente susah untuk umrah, boro-boro berhaji. Ente selalu mikirin uang terus. Bukan mikirin kekuasaan Allah yang tak terbatas.

 

Ya, sudah. Sekarang, ikuti saran saya, ya. Sekarang juga pergi deh ke travel umrah, tanya berapa biayanya, kapan tanggal keberangkatannya. Semakin lengkap informasi, semakin bagus. Tanya saja secara detail prosedurprosedurnya gimana. Nanti jangan lupa bawa juga brosurbrosurnya. Tenang saja, minta brosur gratis kok. Walaupun Anda belum ada uangnya. Percaya diri saja bahwa Anda beneran ingin umrah. Anggap saja sekarang Anda saya kasih duitnya! Nih, ambil uang 27 juta, biar Anda Pede. Hehehe.

 

 

Itu yang saya lakukan dulu. Saat kakak saya dan kakak ipar saya sudah berangkat umrah, tiba-tiba hati saya begitu tergerak dan menggebu-gebu. Saya minta saja beberapa brosurnya. Kejadiannya sekitar tiga  bulan jelang berangkat. Saya lihat-lihat tuh brosur. Saya niatkan dalam hati. Benar, setelah itu saya pun berangkat umrah. 

 

Kebanyakan yang bertanya dan menyatakan keinginannya kepada saya ingin umrah gagal pada tahap ini, karena yang selalu di pikirannya hanyalah biaya. Uang, uang, dan uang, bukan kekuasaan Allah (makanya nggak berani datang ke travel umrah kalau belum megang uang, karena Tuhannya sih bukan Allah. Harap jangan tersinggung, hehehe). Nih, saya bilang, demi Allah, (saya sampai berani bersumpah) walaupun Anda belum punya uang, bagi Allah gampang untuk memberangkatkan Anda semua untuk pergi umrah. Semudah Anda membalikkan telapak tangan Anda sekarang  juga. Emangnya Allah jadi susah kalau Anda tidak punya uang? Allah mah nggak terikat tuh sama uang  kalau mau memberangkatkan Anda semua untuk pergi umrah. Paham, ya. Ya sudah, deh, berangkat sekarang. Jangan ditelepon. Tapi langsung datengin kantor travel umrah.   Selamat mempraktikkan! Siaaap?

             

Eksekusi Waktu!

„Tentukan dan Targetkan Kapan Anda Berangkat Umrah”

Setelah Anda pergi ke travel umrah, Anda harus berani menentukan tanggal atau bulan keberangkatan untuk umrah. Anda sudah ke travel umrah? Berarti Anda sudah punya gambaran informasi pemberangkatan umrah. Nah, sekarang Anda  harus  berani menentukan kapan Anda mau berangkat.

 

Ambil kalender, lingkari besar-besar tanggal tersebut dan tuliskan bahwa Anda benar-benar akan berumrah pada tanggal tersebut. Hanya melingkari kalender kenapa mesti takut?

 

 

Ini yang saya lakukan. Di bulan Desember 2015 saya berniat ingin melaksanakan umrah. Saya targetkan berangkat bulan Desember 2016, ternyata Allah percepat saya berangkat umrah. Saya diundang Allah untuk melaksanakan umrah pada 16 Maret 2016 yang lalu.  Subhanallah!

 

Begitulah cara Allah mempercepat siapa pun yang sudah bertekad. Dan selain saya targetkan waktunya, saya pun sering minta doa kepada orang yang mau berangkat umrah atau haji, agar saya segera diundang ke sana. 

 

Anda pun bisa melakukan hal yang sama atau mungkin lebih ekstrim dari saya. Mintalah doa kepada ayah,  ibu, adik, kakak, saudara dan teman-teman. “Doakan saya supaya selamat sampai tujuan dan pulang lagi ke Indonesia. Insya Allah pada tanggal tersebut saya akan berumrah ke Tanah Suci.” Lakukan ini. Anggap saja memang Anda sudah punya biaya untuk berangkat ke Tanah Suci. Yakini, imani.

 

Dan siapkan diri Anda. Jika tekad untuk berangkat pada tanggal dan bulan tersebut sudah mantap, bersihkan hati, bersihkan diri, jauhi dosa dan maksiat. Karena Anda berniat ke Tanah Suci, tentu batin pun harus disucikan dahulu. Ingat, dosa adalah sekat. Dosa adalah penghalang dari semua hajat. Rezeki bisa tersendat karena dosa. Dengan dosa jangan main-main.

 

Pertanyaannya, saya sudah dari dulu mengeksekusi waktu, namun kenapa belum dipanggil Allah juga ke Tanah Suci? Ya sabar dulu bro, Allah Mahatahu kapan waktu yang tepat Anda untuk diundang ke sana. Suatu saat pasti diundang.

 

Namun, untuk sekadar evaluasi tidak ada salahnya kita menelisik diri. Jangan-jangan, hajat Anda untuk segera ke sana dan target yang sudah ditentukan terhambat karena dosa yang tidak  Anda  sadari. Cek dosa kepada Allah, cek dosa kepada sesama! Nggak ada salahnya kan‟, untuk  sekadar evaluasi. Lagian, siapa sih di antara kita  yang tidak pernah melakukan dosa, kecil  atau  besar  pasti  pernah „kan? (Termasuk yang menulis buku ini, tak luput dari dosa)

 

Kalau kita sudah merasa hidup kita makin lama makin turun, sebelum jatuh terlalu dalam, segeralah bertaubat. Kita cek! Ada apa dengan hidup kita? Apa yang menghalangi rezeki kita, hidup kita, gerak kita, bisnis kita, sehingga tidak naik-naik? Sehingga keinginan untuk menunaikan ibadah umrah terus tersendat?

 

Ibarat hidup di dunia, ketika Anda mulai merasakan  gejala-gejala batuk, bersin, meriang, Anda minum obat, minum vitamin, seperti itu kira-kira. Jangan sampai Anda tidak cek. Terlalu dalam nanti jatuhnya....

 

Saya juga mengajak Anda berpikir, ada apa di hidup kita? Sejatinya kalau hidup kita benar, pakaiannya halal, celananya halal, sepatunya halal, semua halal, Anda punya hajat, cukup bertekad, berdoa, “Saya mau umrah, ya Allah, tapi uang sekarang nggak ada. Tapi saya yakin Engkau Mahatahu keinginan saya. Engkau Maha Kaya.” Setelah itu Anda jalan, Anda eksekusi waktu keberangkatan. Insya Allah dengan izin-Nya Anda akan bisa berangkat umrah juga. Karenanya, selain eksekusi waktu, lakukan juga evaluasi diri dan cek semua dosa-dosa. Siaap?

 

Setor Walau Sedikit!

“Dp Dulu!”

Jika  Anda benar-benar bertekad untuk umrah, mesti ada aksi, bukan sekadar mau. Kalau ditanya mau, anak kecil saja mau. Niat, tekad, mesti ada aksinya. Setelah Anda tahu berapa ongkos untuk umrah, maka tidak ada salahnya DP dulu. Kakak  ipar saya,  beliau  berniat ketika itu ingin umrah bulan Desember 2016 ini, beliau  DP dulu Rp2.000.000,- . Dan memang, Desemebr 2016 kakak ipar saya itu berangkat. Demikian juga kakak ipar saya yang satu lagi, Desember 2015 yang lalu dia sudah umrah. Sebelumnya, dia coba DP dulu, dan akhirnya Desember 2015 mimpinya ke Tanah Suci terwujud juga. 

 

 

Kalau sudah DP, pasti Allah bantu. Lho Allah yang nyuruh umrah, pasti Dia “bertangggung jawab” memberikan rezeki-Nya. Apalagi umrah ibadah yang diperintahkan-Nya „kan? 

 

DP itu niat. DP itu tekad. Tanda jadi bukti keseriusan. Nah, sesudah DP itu minta doakan ke pihak travel umrah, ke ibu, bapak, adik, kakak, teman-teman, para ustadz, orangorang saleh. Mantapkan juga dengan doa, shalat tahajud, duha, dan ibadah-ibadah sunah lainnya.

 

Bagaimana kalau nggak punya 2 juta, 3 juta? Ya 200 ribu lah jadikan DP. Masa iya pihak travel umrah menolak niat baik Anda. Atau kalau malu, kumpulin dulu minimal  sampai 1 juta, baru DP.  Bilang, sisanya akan diangsur kemudian. Tentu, Anda harus benar-benar tahu bahwa travel tersebut benar-benar amanah. Kenapa? Karena ada beberapa travel yang ternyata tidak amanah. Uang jamaah diembat juga. Naudzu billah!

 

Allah Mahatahu ikhtiar Anda. Allah Maha Menyaksikan keseriusan Anda. Allah Maha Menatap kerinduan Anda ke Tanah Suci. Dengan Anda melakukan aksi DP, itu bukti bahwa Anda benar-benar sangat ingin, bukan mau di mulut saja.

 

Jika uang DP belum ada, jadikanlah ungkapan kerinduan labbaika Allahumma labbaik sebagai DP keyakinan. Ucapkanlah dalam hati secara perlahan. Resapi. Bayangkan. Maknai. Yuk, ucapkan minimal 7 kali, sampai tak terbatas. Jangan keras-keras, Allah nggak tuli, koq. Siaaap? Mulai...

Labbaikallahumma labbaika

Labaika la syarika laka labbaik

Innal hamda, wanni’mata laka wal mulk

Tiada sekutu bagimu,

Segala nikmat dan puji adalah kepunyaan-Mu dan kekuasaan-Mu

Tiada sekutu bagi-Mu

 

 

Bayangkan bahwa Anda diundang Allah, sudah ada di depan Ka‟bah. Sedang berdoa di depan Multazam, sedang berthawaf dengan ribuan dan bahkan jutaan orang, dan sedang shalat di belakang maqam Ibrahim, serta sedang sa‟i.

 

Dengan melakukan hal ini minimal Anda tergerak, terus merindukan, hingga ada kekuatan yang dahsyat untuk berusaha semakimal mungkin dengan segala daya untuk sampai ke sana. DP uang tetap usahakan, kalau belum menabunglah untuk mencapai DP. Jangan dipakai-pakai itu uang tabungan. Khususkan! Inilah usaha. Inilah ikhtiar. Inilah bukti keseriusan.

 

 Magnet Memberi

“Pakai Kekuatan Sedekah!”

 Kalau mengandalkan kekuatan uang dengan penghasilan yang pas-pasan bahkan minim tentunya sangat tidak masuk akal bisa umrah dengan cepat. Betul apa betul?

 

Ini logika kita. Ini matematika manusia. Lalu, bagaimana dengan matematika Allah/matematika langit? Tidak ada yang mustahil. Orang yang pas-pasan, bahkan miskin pun bisa pergi umrah dengan izin-Nya.

 

Kalau Anda menabung untuk umrah dengan menyisihkan uang per bulan Rp500.000,-, lalu jika biaya umrah sekarang Rp26.000.000,- berapa lama Anda untuk bisa umrah? Kalau hitung-hitungan saya, sekitar 52 bulan atau 4 tahun 3 bulan. Cukup lama bukan?

 

 

Nah, bagaimana cara mempercepat jadwal keberangkatan atau cara cepat diundang Allah untuk umrah? Pakailah kekuatan sedekah. Dengan syarat Anda harus benar-benar yakin dengan kekuatan yang satu ini. 

Mari langsung praktik. Siaaap?

Biaya umrah Rp26.000.000 (26 juta rupiah)

        Keluarkan      10%      dari     Rp26.000.000,-!                    

         Berapa?

Rp2.600.000,- (dua juta enam ratus ribu rupiah)

 

Sampai di sini paham, ya? Untuk mencapai target umrah, kita harus bersedekah sebesar 2.600.000  juta. Lebih mahal mana? Bayar travel umrah 26 juta atau bersedekah memberikan ke Allah 2.6 juta? Jika Anda mempunyai uang lebih dari 2.600.000  juta, maka lebihkan sedikit untuk bersedekah. Berikan yang terbaik untuk Allah, nanti pasti Allah berikan yang terbaik untuk kita. Bagi Anda yang belum punya uang 2.600.000  juta, maka boleh menjual barang-barang yang setara dengan harga target, atau boleh dicicil. Tapi, saya menyarankan benar untuk bersedekah mending jual barang-barang agar uangnya kontan, agar lebih cepet, kecuali jika tidak  ada maka cicillah, tapi jangan lamalama. Sekuat tenaga kita kejar. Insya Allah, nanti pasti jalannya dibantu sama Allah. Nanti ada saja sesuatu yang tak terduga-duga akan datang yang dapat memudahkan kita berumrah bahkan berhaji.

 

Syukur-syukur, kalau Anda memang punya tabungan. Anda bisa langsung tuh keluarin isi tabungan Anda. Kalau saya, sudah sering tuh sedekah ekstrim. Kosongin tabungan. Bahkan kendaraan saya sampai saya jual ke Allah (sedekah) untuk melakukan percepatan. Jadi, bagi saya, uang itu bukan milik titipan. Ngapain disimpan lama-lama, keluarkan saja. Investasi ke Allah. Gila? Ya, bener-bener gila. Inilah iman. Inilah keyakinan. Hanya dengan iman bisa bicara ini. Bukan dengan logika. 

 

 

Saya sudah membuktikannya. Saya bisa umrah dengan target yang lebih cepat dari yang saya rencanakan (sudah disampaikan di pembahasan sebelumnya, saya rencana umrah bulan Desember, Allah percepat di bulan Maret).

 

Mengapa saya bisa lebih cepat diundang Allah ke Tanah Suci? Salah satunya, saya berbagi, membantu orang lain, tanpa mikir. Mau dengar ceritanya? (Anggap saja saya sedang berbicara di hadapan Anda)

 

Malam itu, saya tiba-tiba ditelepon oleh kakak tingkat kuliah saya. Sudah hampir 10 tahun  tidak ketemu. Dia menyapa dan menanyakan kabar saya. Lalu, ia langsung masuk ke inti pembicaraan. Rupanya dia meminjam uang kepada saya sebesar Rp1.200.000,- Katanya untuk pengobatan ibunya. Saya berusaha berbaik sangka. Benar atau tidaknya, saya tidak peduli. Tapi malam itu saya benarbenar membayangkan, andai ibu saya masuk rumah sakit, dan sangat  membutuhkan  biaya, sedangkan  uang  tidak  ada dan minjam ke sana ke mari nggak ada yang minjamin, apa kira-kira perasaan saya. Tentu sedih.

 

Padahal uang di rekening saya ketika itu tinggal Rp2.400.000,- itu pun untuk keperluan yang sangat mendesak. Logika manusia berbicara, jika saya pinjamin atau sedekahin  Rp1.200.000,- berarti sisa uang tinggal Rp1.200.000,-. Hampir saja saya mengikuti logika saya, tapi saya tepis. Saya pun pake logika langit. Pake iman. Malam itu, saya langsung minta nomor rekening dan besoknya saya transfer. Dalam hati saya, mau dibayar atau tidak, terserah dia. Toh, saya sudah niat bersedekah. Dan memang, sampai detik buku ini ditulis, ia tidak mengembalikan uang. Dan sampai saat ini tidak ada kabar. Sudah saya ikhlaskan, sudah saya  niatkan  sedekah.

 

 

Masa itu, adalah masa di mana saya sudah bertekad untuk umrah. Hanya niat. Uang pun belum cukup. Karena puluhan hingga ratusan juta uang saya, saya pinjamkan tapi tidak kembali dan sebagian dipakai untuk membantu beberapa orang yang membutuhkan.  Artinya, rekening saya betul-betul tidak cukup untuk biaya umrah. Ya,  hanya  tinggal Rp2.400.000 itu. Saat itu biaya umrah adalah Rp26.500.000,-. 

 

Ada yang mungkin bertanya, “Aa „kan penulis, motivator dan owner Penerbit? Saya tidak percaya kalau hanya punya tabungan Rp2.400.000.” 

“Eh, kan sudah saya sampaikan. Uang di tabungan saya sering saya sedekahin. Sering saya kosongkan, hanya sisa ratusan ribu tiap rekening.”

“Berapa sih sebenarnya penghasilan Aa ini per bulan?” “Saya nggak mau jawab. Hitung saja sendiri. Buku saya sudah 34 yang terbit. Penghasilan dari 1 judul buku bisa 7-10 per bulan. Kalikan saja 34 x  Rp.10.000.000 = …………….

 

Tapi, lagi-lagi saya memang sering kosongkan rekening.

O ya kembali kepada cerita di atas. Saya niatkan uang Rp. 1.200.000 itu kepada kakak tingkat saya. Apa yang terjadi? Janji Allah

Rp1.200.000,- tiga hari kemudian Allah balas dengan Rp10.000.000,-. Dan 10 juta tulah yang saya jadikan DP. 

Dari mana saya dapat balasan Allah dengan nominal Rp10.000.000 itu?

Ceritanya. Saat itu kakak saya yang sudah umrah terlebih dahulu menelepon saya. Kata kakak saya, “Kamu datang besok ya ke Payakumbuh. Ada yang mau ngasih DP 10 juta.”

 

 

Saat mendengar informasi itu, saya setengah tidak percaya. Saya pun kembali menanyakan informasi tersebut. Kakak saya pun meyakinkan bahwa informasi itu benar adanya. Kronologisnya adalah: saat itu kakak saya menyampaikan ceramah bahwa kalau beramal, beramallah yang panjang umurnya. Salah satunya mengumrahkan orang. Namun, yang diumrahkan mestinya orang yang tepat, misalnya imam masjid atau yang menyebarkan agama Allah (Ustadz). Nah, saat mendengar ceramah tersebut, ada salah seorang jamaah ibu-ibu yang tersentuh. Selepas ceramah ia menyampaikan maksudnya kepada perwakilan cabang travel DRH Payakumbuh yang kebetulan hadir saat pengajian tersebut.

 

“Bu, saya mengidap penyakit kanker otak. Saya sudah berobat ke mana-mana bahkan sampai ke Singapura. Vonis dokter, umur saya tidak akan lama lagi. Saya ingin sekali mengumrahkan ustadz, namun uang saya tidak cukup, hanya ada 10 juta. Anggap ini sebagai DP-nya. Semoga juga menjadi amal terbaik saya di sisi Allah. Kira-kira siapa ya orang yang tepat menurut Bu Yeni?” kata seorang jamaah bernama Nengsih kepada drh. HJ. Hari Yeni, Kepala Perwakilan DRH Payakumbuh.

 

“Niat yang mulia, Bu. Semoga menjadi jalan kesembuhan bagi ibu. O ya, saya ingat, Ustadz Asep itu punya adik yang juga selain penulis ia adalah seorang Ustadz. Namanya Ustadz Hakim.”

“Alhamdulillah kalau begitu Bu Yeni. Bisakah saya bertemu dengan Ustadz Hakim itu?”

“Tentu bisa. Biar saya yang sampaikan ke Ustadz Asep.”

Demikianlah kronologisnya sehingga saya mendapat telpon dari kakak saya. 

 

Setelah mendapat informasi tersebut, besoknya saya yang sedang berada di Batusangkar segera meluncur ke Payakumbuh. Saya pun dipertemukan dengan Ibu Nengsih, dan langsung menerima uang 10 juta, yang kemudian saya serahkan ke pihak travel DRH sebagai DP umrah.

 

 

Subhanallah. Itulah cara Allah. Itulah janji Allah. Saya yang hanya meringankan beban kakak tingkat saya Rp1.200.000, tiga hari kemudian Allah balas hampir 10 kali lipat menjadi Rp10.000.000. 

 

Ceritanya tidak berhenti di situ. Saat saya kembali ke Bandung, saya pun mendapat kejutan dari Allah kembali. Seminggu kemudian saya mendapat subsidi Rp5.000.000. Di mana uang 5 juta itu Allah kirimkan lewat Ibu Sai, bibi dari Kepala Cabang DRH Payakumbuh. Di mana ia hadir saat penyerahan uang 10 juta tersebut. Ia pun tersentuh. Lalu ia tergerak untuk menambah DP umrah saya. Genaplah DP umrah itu menjadi 15 juta. Subhanallah. Amazing!

 

Benar-benar luar biasa cara Allah mengumrahkan saya. 15 juta tak terduga Allah kirimkan lewat tangan-tangan hamba-Nya. Lalu, di manakah kekurangan yang Rp10.500.000? Bukankah biaya umrah Rp26.500.000?

 

Allah pun menghadirkan cara-Nya. Saat itu Allah tambahkan tabungan saya dengan mendatangkan proyekproyek cetak dan penerbitan buku, dan dari yang lain, hingga sisa kekurangan itu tidak begitu sulit Allah datangkan.  Tepat 16 Maret 2016, saya pun menginjakkan kaki ke Tanah Suci, melaksanakan ibadah umrah. Allahu Akbar!

 

Subhanallah! Begitulah kekuatan membantu. Magnet memberi. Jika  kita yakin akan kekuasaan Allah, akan janjiNya, maka Allah pun pasti akan menampakkan kekuasaanNya di hadapan kita. 

 

Ayo, mulai sekarang, nabunglah ke Allah. Investlah ke Dia. Maka Dia akan melipatgandakan tabungan Anda sepuluh kali lipat, tujuh puluh kali lipat, tujuh ratus kali lipat, hingga tak terbatas.

 

 

Lho, sedekah berharap githu. Nggak ikhlas namanya? Saya nggak mau berdebat. Yang jelas, saya berharap ketika itu hanya kepada Allah. Lho, Dia yang telah berjanji kepada kita. Kalau berharap diganti manusia baru nggak ikhlas. Kalau berharap hanya kepada Allah itulah yang ikhlas. Udah, daripada memperdebatkan soal ikhlas, lebih baik Anda sedekah saja sekarang juga. Hehehe. 

 

Trik sedekah cuma satu, “DON‟T THINKING” alias “JANGAN MAKE MIKIR”. Langsung saja sedekah. Jangan banyak pertimbangan ini dan itu biar sedekah kita cepat dibalas. Sedekah pasti dibalas, Allah sudah janji! Kalau kita kebanyakan mikir, yang seharusnya  sedekah kita sudah dalam proses perjalanannya untuk dibalas. Ini gara-gara kebanyakan berpikir, jadi kita masih dalam tahap berpikir ke mana kita harus bersedekah. Kapan mau dibalasnya? Kapan bersedekahnya kalau Anda menghabiskan banyak waktu untuk  berpikir? Maka dari itu, segeralah bersedekah, kemana pun  Anda bersedekah pasti dibalas! Yakini itu. Karena  ini bukan janji saya, tapi janji-Nya. Lagian yang nyuruh bersedekah bukan saya, saya hanya menyampaikan pesan-pesan Allah dalam Kitab-Nya. Kalau saya yang nyuruh mungkin Anda mikir-mikir. Kalau saya yang janjikan balasan (reward) bolehlah Anda ragu, tapi  ini yang nyuruh Allah dan yang  menjajikan balasannya  berkali-kali lipat Allah, masa iya Anda masih ragu? Katanya mau dipercepat umrah, ya harus berani berbisnis dengan Allah dong. Investasi ke Atas dong.  Ini ayat-ayat akan meyakinkan Anda:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa

Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Al-Baqarah [2]: 267)

 

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

(QS. Ali Imran [3]: 92)

 

“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”

(QS. Al-An‟am [6]: 160)

 

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan

       Allah Maha Luas (karunia-Nya)  lagi  Maha

Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261)

 

“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orangorang kafir Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. AlBaqarah [2]: 265)

 

 

Perhatikan ayat-ayat di atas! Janji Allah dengan jelas akan membalas bagi orang yang sedekah sebanyak 10 kali lipat bahkan sampai 700 kali lipat, bahkan melipatgandakan (unlimited) bagi yang Dia kehendaki. Amazing!

 

 

Karenanya, jika Anda ingin cepat-cepat diundang Allah untuk berumrah, maka undang jugalah pertolongan-Nya dengan menyedekahkan apa yang ada di hadapan Anda sekarang.

 

Sudah saya katakan pada tulisan di atas, saya yang hanya bersedekah (meminjamkan awalnya, tapi diniatkan sedekah) Rp1.200.000,- tapi Allah balas berkali-kali lipat, sehingga niat umrah saya dipercepat oleh-Nya.

 

Untuk menutup bagian ini saya akan mengutip konsep Matematika Sedekah dari Ustadz Yusuf Mansur dalam bukunya The Miracle of Giving.  Di mana kita akan  menelusuri keunikan Matematika Sedekah, bahwa setiap kita ngasih 1 maka kita akan mendapatkan balasan 10 kali lipat dari Allah. Mari kita telusuri....

10 - 1 = 19

10 - 2 = 28

10 – 3 = 37

10 – 7 = 73

10 – 8 = 82

10 – 9 = 91

10 – 10 = 100

 

Lihat kelipatannya! Begitu mengagumkan bukan? Mana ada matematika ini diajarkan di sekolah. Masa iya pengurangan hasilnya malahan bertambah? Inilah matematika sedekah. Inilah matematika langit. Itu hanya 10 kali lipat, bahkan bila Anda melakukannya secara sungguhsungguh, Allah akan ganti 700 kali lipat dan tak terbatas. Ini penggantian dari Allah, bukan dari saya, lho.  

 

 

Bicara riilnya, misalkan begini, ada seseorang yang penghasilannya 400 ribu. Lalu semuanya dia sedekahkan, maka Allah akan memberi balik kepada orang tersebut Rp4.000.000. kalau dia punya pengeluaran 1 juta, maka setiap bulan dia akan bisa saving 3 juta. Sehingga wajar bila saya kemudian bilang, dengan cara sedekah jor-joran, dia justru meroket penghasilannya. Bila setiap bulan konstan, maka bisa dibayangkan, berapa tabungannya dalam setahun, dua tahun,  tiga tahun, dalam  sepuluh tahun, dan seterusnya.

 

Apalagi kalau dia bisa beramal dengan kelipatan terus berjenjang mengikuti hasil. Contoh, nggak usah 100%-nya terus, sebab jarang sekali ada orang yang terus menerus sedekah 100%. Misalkan cukuplah dia bersedekah 10%  saja, tapi terus-menerus. Bahasa agamanya dawam dan istiqamah, makin tidak terkejar tuh.

 

Contoh, seorang punya modal 1 juta. Dia sedekah Rp100.000, alias 10% dari 1 juta.          Maka   Allah menjadikannya berezeki 1,9 juta alias 10% dari 1 juta. Maka Allah menjadikannya berezeki 1,9 juta. Paham nggak? Koq jadi 1,9 juta ya?

 

Mari kita belajar kembali matematika sedekah, bahwa siapa yang memberi 1 maka Allah akan mengembalikannya 10 kali lipat. Maka, hitungannya begini:

Rp1.000.000

Rp   100.000

___________ _

Rp900.000

Saldo Rp900.000 yang tercatat di atas, sebagai hasil akhir yang bukan sebenarnya. Hasil sebenarnya, harus ditambah dengan kelipatan sedekahnya: Rp100.000 menjadi 1 juta. Sehingga saldo akhir menjadi 1,9 juta.

Jadi penulisan yang benar di matematika sedekah itu begini:

Rp1.000.000

Rp  100.000

___________ _

Rp900.000

 

 

Jadi konsep matematika sedekah itu bukan “tinggal berapa” uangnya? “tinggal berapa hartanya?” tapi yang benar, “jadi berapa” uangnya? “jadi berapa” hartanya?

 

 

Berikut ini apabila dia “kunci mati” sedekahnya 10% dari uang awal (1 juta), dan selanjutnya dia “kunci mati” juga di setiap hasil ikhtiarnya dia akan sedekahkan 10% nya, Anda akan lihat, di bulan ke-15 saja, investasinya sudah berlipat-lipat menjadi 15 miliar lebih!

Investasi bulan

 I :

 Rp1.00.000 dari 1 juta.

Rp1.000.000

Rp   100.000

___________ _

Rp1.900.000

 

Di bulan ke-2 :  

Rp1.900.000

Rp   190.000

___________ _

Rp3.610.000

 

Di bulan ke-3 :  

Rp3.610.000

Rp   361.000

___________ _

Rp6.859.000

 


4 :  

Rp6.859.000

Rp   685.900

___________ _

Rp13.032.100

 

Di bulan ke-5 :  

Rp13.032.100

Rp  1.303.000

___________ _

Rp24.760.990

 

Di bulan ke-6 :  

Rp24.760.990

Rp  2.476.099

___________ _

Rp47.045.881

 

Di bulan ke-7 :  

Rp47.045.881

Rp  4.704.588

___________ _

Rp89.387.174

 

8 :  

Rp89.387.174

Rp  8.938.717

___________ _

Rp169.835.631

 

Di bulan ke-9 :  

Rp169.835.631

Rp 16.983.563

___________ _

 Rp322.687.699

 

Di bulan ke-10 :  

Rp322.687.699

Rp 32.268.769

 ___________ _

Rp613.106.629

 

Di bulan ke-11 :  

Rp613.106.629

Rp  61.310.662

___________ _

Rp1.164.902.596

 

12 :  

Rp1.164.902.596

Rp  116.490.259

___________ _

Rp2.213.314.933

 

Di bulan ke-13 :  

Rp2.213.314.933

Rp  221.331.493

___________ _

Rp4.205.298.373

 

Di bulan ke-14 :  

Rp4.205.298.373

Rp  420.529.837

___________ _

Rp7.990.066.837

 

Di bulan ke-15 :  

Rp7.990.066.637

Rp  799.006.690

___________ _

Rp15.181.127.128

 


Lihat, dari investasi Rp100.000, jadi 15 miliar lebih. Investasi macam apa ini? Amazing! Mestinya ini menjadi tawaran investasi yang mengagumkan.  Tanam terus! Kalau dia tidak ambil-ambil hasilnya, maka benar-benar akan berlipat dan terus berlipat.  Andaikata dikonversi atau dialihkan hasil investasi lain ke pengampunan dosa, membantu saudara yang membutuhkan, atau dapat musibah, yang jelas semuanya tetap investasi bernilai positif.

 

Nah, jika Anda benar-benar ingin umrah apalagi haji, sangat mungkin investasi sedekah dari sekarang juga. Persoalannya, yakin total atau separuh-separuh terhadap janji-Nya? jawabannya ada di diri Anda masing-masing. Think!

Berkat Sedekah Bisa Umrah Sekeluarga

 


Sedekah memang dapat mendatangkan rezeki yang berlipat-lipat. Seperti yang dialami Johanis Suhaili beberapa tahun lalu. Ia bisa melihat Ka’bah dalam umrah bersama keluarga. Berikut kisahnya. 


"Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga umrah bersama sekeluarga,’’ tutur Johanis Suhaeli, yang berangkat umrah bersama 8 anggota keluarganya pada 4 Juli 2009. Tak hanya itu, ia juga sangat berbahagia bisa umrah bareng Ustaz Yusuf Mansur. Ini sungguh kesempatan langka.


Pekerja di bidang kontraktor ini mengakui, dua momentum itu sudah lama dirindukannya. Dan dia memang berjuang keras untuk dapat meraihnya. Riyadhah adalah cara manjur yang diperolehnya dari Ustadz Yusuf Mansur. Yakni sedekah dan peningkatan amal ibadah lainnya.


"Waktu itu, saya baru punya uang beberapa puluh juta rupiah. Padahal, biaya umrah 8 orang sekitar Rp 175 juta. Tapi dengan ilmu sedekah, saya yakin saya akan bisa memenuhinya,’’ tutur bapak empat anak ini.


Digenjotnyalah sedekah dan ibadah dia sekeluarga. Bahkan Johanis mematok target, dalam jangka sekian bulan ke depan dia harus mengeluarkan sedekah sebesar Rp40 juta. Angka ini merupakan 10% dari nilai jual sebuah apartemen miliknya yang ingin dilepas.


Alhamdulillah, baru bersedekah sampai Rp10 juta, apartemen itu laku. Dari situlah Johanis mampu melunasi sekaligus biaya umrah sekeluarga.


Itulah pembuktian kesekian kalinya kedahsyatan sedekah. Johanis menuturkan, ia dan istri dapat menunaikan ibadah haji pada tahun 2005, juga lantaran kekuatan sedekah. Tanpa sedekah, katanya, ‘’waktu itu naik haji kayaknya mustahil buat saya. Tidak cukup uangnya, hingga kemudian mendapat rizqun min haitsu laa yahtasib.’’


Suami dari Sekar Budi Kedasih ini juga yakin, ia dan istri dikaruniai empat anak berselang-seling putri-putra-putriputra, dengan jarak usia ideal, lantaran sedekah. ‘’Setiap istri hamil, kami selalu bersedekah khusus untuk meminta kepada Allah mengenai jenis kelamin dan kesehatan anak kami. Alhamdulillah selalu terkabul,’’ terang Johanis. 


Semua pengalaman tadi membuatnya ‘’gila sedekah’’. Seperti belum lama berselang, warga Magelang ini enteng saja menyedekahkan sebuah mobil melalui PPPA Daarul Qur’an. Hajatnya adalah, ingin diberi kemampuan agar dapat umrah setiap tahun.


Baginya, menjadi tamu Allah merupakan kehormatan besar dan berdampak besar pula bagi perbaikan kualitas kehidupan sekeluarga. Misalnya, keluarganya kini sudah berbudaya sedekah. Termasuk anaknya yang masih terbilang belia. Si kecil tak segan-segan mengingatkan  orangtuanya  bila  lupa  seharian belum bersedekah.

             

Tatap Lekat-Lekat!

“Perbanyak Pandangi Foto Ka’bah”

Malam itu, 20 Maret 2016. Setelah perjalanan melepas lelah sejenak perjalanan dari Madinah ke Mekkah, kami bersama jamaah DRH berjamaah shalat Isya di Masjidil Haram. Lalu kembali ke Hotel Marsa Al Jaria, Mekkah, untuk makan malam. Selepas makan malam kembali ke Masjidil Haram dan segera turun untuk melaksanakan thawaf. Sebelum thawaf saya berdiri terpaku. Air mata tak terbendung, keharuan tak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Ini pertama kalinya memandang Ka‟bah, melihat salah satu keajaiban dunia.

 

Doa melihat Ka‟bah pun dipimpin muthawif. Saya mengucap doa dalam hati. Setelah itu langsung turun mendekati bangunan Ka‟bah yang megah. Benar-benar kali ini memandang Ka‟bah dari dekat. Kami pun start thawaf, mengelilingi Ka‟bah dengan berjubelnya umat manusia. Berputar sebanyak 7 kali putaran. Di mulai dari Hajar Aswad, dan berakhir di Hajar Aswad pula.

 

Rangkaian thawaf, shalat di Maqam Ibrahim, Sai, minum air zamzam, dan diakhiri dengan tahalul. Semuanya menjadi kerinduan yang tak tertahankan. Selepas prosesi ibadah, saya pun bersama mengabadikannya dengan berfoto secara pribadi dan  bersama jamaah. 

 

Dulu, sebelum saya berangkat dan bisa menyaksikan  bangunan Ka‟bah dari dekat, saya selalu menonton di televisi, menempel bangunan ka‟bah di dinding, dan saya katakan dalam hati, “Suatu saat saya akan dapat melihatnya dari dekat.” Dan terbukti.

 

Ketika kakak saya dulu dipanggil ke Tanah Suci, fotofotonya selalu saya lihat, hingga kerinduan untuk melihat Ka‟bah tumbuh menjadi tenaga untuk memaksimalkan ikhtiar bumi dan langit agar bisa berangkat dan melihat

Ka‟bah dari dekat. Dan...terbukti!

 

Subhanallah, walhamdulillah. Saya tak henti-hentinya meneteskan air mata saat menulis bagian ini. Saya benarbenar berharap dan berdoa, bagi siapa pun yang membaca bagian mengharukan ini,  agar segera mendapat undangan spesial-Nya. Dapat menatap ka‟bah dari dekat, menyentuhnya, dan bisa mencium  Hajar Aswad, serta shalat di Hijir Ismail atau shalat di sekitar Maqam Ibrahim. Saya yang sudah berangkat ke sana saja tidak pernah bisa melepaskan kerinduan hingga sekarang.

 

Lihatlah nanti. Setiap ba‟da Subuh orang-orang di Masjidil Haram langsung –tidak pakai lama– mencari posisi  ternyaman  untuk  memandang Ka‟bah dengan santai. Ada yang  duduk, ada  yang berdiri, ada yang berdiri sambil berdoa, bahkan ada juga yang tiduran sambil memandang Ka‟bah. Tak heran, di sekitar Ka‟bah sangat padat ketika ba‟da  Subuh  sampai  menjelang  waktu Duha.


Melihat Ka’Bah Membuatku Terus Menangis

 


Perjalanan spiritual untuk menjadi mualaf seringkali menggetarkan kalbu. Itu pula yang dialami oleh mualaf asal Brazil bernama Cassiano. Berikut adalah penuturannya menemukan hidayah:


Berada di Dubai seolah saya mendapatkan hidayah. Selepas dua bulan tinggal di Dubai, saya memeluk agama Islam dan mengucapkan syahadat   karena begitu nyata sekali bahwa saya berada di jalan yang salah, melakukan perkara yang salah dan Islam menjelaskannya. Begitu transparan sekali.


Di tempat ini, aku menemukan saudara sekaligus teman terbaik. Namanya, Adel. Dia membantu saya dalam segala hal dan di setiap langkah. Kami banyak sekali berbincang. Alhamdulillah, dia merupakan rekan terbaik saya. Dia mengajari saya tentang Islam.


Perkara pertama yang saya tanyakan berkaitan Islam ialah "Adakah kita perlu shalat setiap hari?" Dia berkata, "Ya".


Saya mengulangi pertanyaan saya, "Anda shalat setiap hari?!"


Dia menjawab "Ya, setiap hari".


Apa yang paling menarik bagi saya dalam Islam ialah wudhu. Karena kita mandi untuk banyak perkara dalam hidup. Kita mandi untuk pergi kerja. Kita mandi untuk bertemu teman. Kita juga mewangikan diri kita dan sebagainya. Tetapi kita tidak melakukan perkara ini ketika kita menemui Tuhan kita, kita tidak mandi untuk bertemu Tuhan, mengapa? Kita harus melakukannya. Jika ingin menemui raja, sudah pasti Anda akan mewangikan diri. Karena itulah jika ingin bertemu Tuhan, sudah tentu kita tidak akan menemui-Nya dengan keadaan diri yang kotor.


Saya merupakan anak tunggal dalam keluarga. Saya menemui saudara dalam Islam seperti hubungan saya dengan Adel. Ibu saya juga tidak pernah menemui Adel, tetapi dia berkata, "Cassiano, kamu telah mempunyai seorang saudara, maka dia juga adalah anak saya. Kini dia saya anggap sebagai anak saya". 


Kami sungguh gembira dapat bertemu. Ia seperti sesuatu yang telah direncanakan. Allah telah merencanakan segalanya dan Dia punya rencana untuk menjalin hubungan antara manusia. Dia membawa saya keluar dari Brazil, dari Rio de Janeiro dan menempatkan saya di Dubai tanpa mengeluarkan sedirham uang sekalipun. Saya pulang ke Brazil dan kemudian kembali lagi ke Dubai tanpa biaya apa pun. Allah pasti telah merencanakannya untuk saya. Saya berusaha untuk memastikan bahwa semuanya berjalan menurut ketetapan-Nya.


Saya menunaikan shalat jamaah pada hari Jumat di sebuah masjid besar di Sharjah. Masjid dipenuhi dengan ribuan orang. Ketika saya selesai melafazkan syahadat, dan mereka tahu bahwa saya dari Brazil, mereka berkata, “Dia dari Brazil, dia main sepakbola." 


Semua datang mengucapkan selamat kepada saya. Hampir dua jam saya berdiri menerima pelukan, ciuman dan ucapan tahniah dari mereka, malah ada yang menghadiahkan buku. Begitu mengharukan. Setiap orang seperti saudara saya. Saya anak tunggal, kini saya punya banyak saudara. Alhamdulillah, saya sungguh merasa bahagia.


Saya punya keluarga di Dubai. Keluarga Adel adalah seperti keluarga saya. Kini saya punya dua ibu, dua ayah dan mereka benar-benar melayani saya seperti anak mereka..


Secara jujur, saya temui kedamaian di sini, yang tidak saya temui di sana. Teman yang baik, saudara yang baik yang tidak saya miliki di Brazil. Sebelumnya,  teman-teman saya adalah teman yang menjerumuskan saya ke jalan yang tidak benar. Menemani saya ke bar atau ke pesta, hanya untuk itu. Kini setelah memeluk agama Islam dan pulang ke Brazil, mereka berkata, "Cassiano tidak lagi minum. Dia telah menjadi seorang Muslim. Jangan ajak dia." Mereka menjauhkan diri dari saya. Hal ini merupakan pilihan buat saya. Allah telah memilih yang terbaik untuk menjadi teman saya.


Sekarang saya tidak lagi bisa tinggal di satu tempat yang jauh dari masjid. Masjid telah menjadi sesuatu yang memesona bagi saya. Ia merupakan suatu yang indah dan menakjubkan.


Suatu hari seorang teman bernama Syeikh Yahya menelepon saya dan berkata, "Cassiano, telepon  nomor ini, mereka akan melaksanakan umrah". Saya pun menelepon, seorang bernama Ahmad menjawab dan berkata, "Mohon maaf karena rombongan kami telah lengkap 15 orang".


Saya berkata, "Benar demikian?"


Dia berkata, "Ya." Kemudian dia bertanya kepada saya, "Siapa nama Anda?"


Saya berkata, "Saya Cassiano dan saya benar-benar ingin melaksanakan umrah. Ini merupakan sesuatu yang baru buat saya. Saya baru memeluk Islam kira-kira 3 tahun."


Dia menelepon saya pagi keesokan harinya dan berkata, "Ada seorang yang tidak dapat pergi. Oleh karenanya Anda bisa mengantikan posisisnya."


Alhamdulillah, Allah  memudahkan perjalanan saya. Alhamdullah, Allah lah yang memelihara saya. Saya benarbenar dapat merasakannya. Saya merasakan bahwa Allah lah yang menjaga kehidupan saya dan diri saya.


Kami tiba di Madinah. Hotel penginapan kami berdekatan dengan Masjid Nabawi. Kami merasa gembira karena dapat berdekatan dengan tempat mulia itu. Ia begitu baik sekali dan orang-orang  di Madinah begitu ramah sekali. Mereka  membuka salah satu pintu untuk kami supaya kami menyaksikan makam Nabi Muhammad .


Polisi yang berdiri di sisi kubur memberitahu saya, "Marilah ke sini dan ucapkan Assalamualaikum ke atas Nabi". Sayapun melakukannya dan berdoa semoga Allah memberikan bimbingan buat ibu dan bapal dan semua orang.  Saat itu saya tidak bisa membendung air mata saya.  Saya pun menangis.


Selepas ini, kami tinggal tiga hari di Madinah dan mulai perjalanan menuju Mekkah untuk mengenakan pakaian  Ihram. Ketika memasuki Masjidil Haram dan melihat


Ka'bah, yang kebetulan masuk waktu Zuhur, semua berbaris untuk menunaikan shalat bersama. Saya melihat Ka'bah, saya menangis kembali dan menangis sepanjang menunaikan shalat. Saya tidak tahu. Yang terjadi seolaholah seperti melakukan shalat lima waktu setiap hari ke arah tersebut dan saya berada di situ dan seperti tempat yang lama. Ia merupakan tempat yang istimewa. Ini merupakan semua perkara dalam Islam yang saya yakini, semuanya ada di sini. Bagi saya, ia merupakan sebuah tempat yang terbaik di muka bumi ini. Saya benar-benar gembira karena dapat berada di Madinah dan Mekkah. 


Keimanan saya menyebabkan saya terus hidup, terus terjaga, dan memberikan saya harapan. Saya sungguhsungguh mencintai Allah.

          

Usaha Ekstra “Perhebat Ikhtiar!”

Ikhtiar adalah perintah Allah. Berusaha adalah sunah Nabi. Sebagai pelaku bisnis dan juga seorang Rasul, Muhammad tak  henti-hentinya  menghimbau kita sebagai umatnya untuk berusaha mencari rezeki Allah yang halal. Islam mengajarkan bahwa rezeki tak bisa ditunggu, tapi rezeki harus dicari, atau lebih pasnya, dijemput. Tuhan menurunkan rezeki sesuai dengan usaha yang dilakukan manusia. Seberapa besar manusia mencurahkan pikiran dan tenaga, sebesar itu pula Tuhan menurunkan karunianya.

 

Dalam surat Al-Jum‟ah ayat 10 Allah berfirman, “Apabila shalat telah dilaksanakan maka bertebaranlah kalian di muka bumi dan carilah karunia Allah dan (seraya) ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kalian menjadi orangorang beruntung.”

 

Perhatikanlah. Allah menyuruh kita menjemput rezeki. Dia juga memerintahkan kita bekerja. Dan Dia akan melihat kesungguhan kita dalam bekerja. Mari kita perhatikan firman-Nya dalam QS. At-Taubah [9]: 105:

 

“Dan katakanlah, „Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

 

Jika Anda  bersungguh-sungguh bekerja, all out ikhtiar, niscaya Allah tidak akan membiarkan Anda. Anda pergi ke sawah, Anda pergi ladang, Anda berangkat ke toko, Anda pergi ke pasar, dan Anda ngantor dengan niat ingin beribadah, membiayai keluarga serta berniat umrah, maka Dia akan membimbing Anda.

 

Saya menyaksikan orang-orang yang jualan sayur, jengkol, yang  sepintas usahanya kecil-kecilan, tapi karena mereka sungguh-sungguh, lalu menyisihkan uangnya dengan ditabungkan di rumah atau melalui bank, dengan niat untuk ibadah umrah atau haji, ternyata  Allah sampaikan juga niatnya ke Tanah Suci. Sebaliknya, saya saksikan dengan mata  kepala saya sendiri, seorang pebisnis yang omset hariannya sudah puluhan juta, sudah punya toko, hingga saat ini belum juga pergi umrah apalagi haji.

 

Jika Anda membandingkan si anu yang jualan sayuran, jengkol, dan hanya jualan kecil-kecilan bisa umrah dan haji, sedangkan si anu yang punya toko dan omsetnya puluhan juta per hari tidak kunjung umrah atau haji, tentu muncul sebuah pertanyaan, ada apa gerangan dengan si anu yang punya toko?

 

Si anu yang punya toko belum mendapat undangan Allah, dan boleh jadi dia belum ada keinginan untuk pergi ke Baitullah walaupun mampu dari segi materi.

 

Di sinilah muncul kesimpulan, “Umrah atau haji itu adalah panggilan!” Bisa saja si miskin berangkat umrah dengan caranya Allah lebih dulu dari si kaya yang secara finansial seharusnya ia lebih dulu ke Tanah Suci.

 

Oleh karena itu, berikhtiarlah maksimal. Usaha yang giat. Tabung sedikit demi sedikit. Sisihkan uang. Nanti Allah yang akan menambahnya jika uang Anda masih kurang. Percayalah Allah Maha Kaya dan sangat Mampu untuk memberangkatkan Anda yang uangnya belum cukup dengan cara-Nya.

 

             

Amal Luar Biasa

“Perkuat Dengan Ibadah!”

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. AlBaqarah [2]: 186)

 

Coba perhatikan ayat di atas. Allah pasti mengabulkan memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku.” Beramal/beribadah adalah wujud memenuhi perintah Allah. Dan amalan juga salah satu cara mendekat kepada Allah dengan cara berlari (inilah rahasianya Anda bisa pergi umrah. Insya Allah).

 

Waktu saya masih kecil, kerap kali ketika saya menginginkan sesuatu, contohnya saya ingin mainan, tentu saja saya tidak punya uang untuk membeli mainan  karena saya belum ada uang (karena belum berpenghasilan, belum kerja, namanya juga anak kecil). Nah, saya gunakan cara ini, saya beli mainan tidak memakai uang lho, tapi memakai orangtua saya, tentunya ibu yang berkuasa memegang keuangan di dalam rumah tangga (karena waktu itu belum kenal tauhid, maka cara ini yang saya pakai).

 

 

Gimana caranya supaya ibu saya berkehendak membelikan saya mainan? Saya berusaha mengambil „hati‟ ibu saya. Bagaimana caranya agar „hati‟ ibu saya bisa terambil? Tentunya saya harus nurut kepada perintahperintah ibu saya memerintahkan sesuatu maka saya sudah siap sedia, bahkan sudah beres sebelum disuruhnya. Maksudnya gini, saya tahu benar setiap akan shalat Subuh – saat kecil dulu– ibu saya biasa menimba air di sumur dan dimasukkan ke bak mandi. Nah, sebelum ibu saya yang menimba air dan menyuruh saya, maka saya sudah terlebih dahulu menimbanya, begitu pun pekerjaan lain, saya kerjakan sebelum saya disuruh. Coba, kira-kira, menurut teman pembaca bagaimana?

 

Bagaimana respons ibu saya ketika saya melakukan itu semua (selama satu minggu saja deh dulu, syukur-syukur seterusnya seperti itu terus)? Pastinya ibu saya akan senang. Karena seorang ibu memiliki bahasa batin kepada anaknya, maka ibu kita pun akan paham kenapa saya berbuat seperti ini. Sebelum saya mengutarakan keinginan saya, ibu segera  mendekati saya dan berkata, “Wahai anakku, ibu sayang kepada kamu. Kamu mau apa, Nak?” Nah, di dalam suasana itu saya langsung deh berkata, “Saya mau mainan, Ibundaku sayang.” Hehehe, kira-kira apa yang terjadi, ya? Kalau bahasa Allah mah “Kun Fayakun”, “jadilah, maka terjadilah”. Sahabat semua paham, ya, apa yang saya bicarakan? 

 

Ilustrasi di atas adalah gambaran seorang ibu pada anaknya, alias makhluk kepada makhluk, sedangkan kita sama-sama tahu bahwa makhluk itu punya keterbatasan dan tak berdaya. Allah, sumber dari segala sumber rezeki yang ada di seluruh jagad raya. Raja dari segala raja jagad raya. Semua total kepunyaan Allah, semua total tunduk kepada Allah.

 

 

Bagaimana ceritanya, ya, ketika metode yang saya pakai ke orangtua (Ibu) saya, saya terapkan kepada Allah...?? Bagaimana jika trik tersebut Anda terapkan kepada Yang Maha Punya? Subhanallah. Allahu Akbar! Seorang ibu dapat menghargai usaha anaknya, seorang makhluk diberi rasa kepada makhluk yang lain, bagaimana dengan Allah? Allah-lah yang Maha Menghargai setiap usaha  makhluk-makhluk yang ia ciptakan. Karena Allah yang menciptakan kita, tentu saja  Allah-lah yang paling mengetahui apa yang kita mau dan paling menghargai  diri ini dari siapa pun karena Allah Maha Berkuasa. Tidak usah berbasa-basi lagi. Coba saja buktikan sendiri satu minggu atau satu bulan saja deh. Pasti kerasa banget. Lebih-lebih lagi, kita konsisten kepada Allah seumur hidup kita, nurut sama Allah, ikuti semua perintah-perintah Allah. Jalankan semua perintah Allah. Syukur-syukur sebelum Allah nyuruh kita, kita sudah melaksanakan dan siap sedia (kan ilustrasi di atas gitu kalau ingin cepat dapat mainan). Lho, maksudnya gimana ini? Gini maksudnya, „kan sudah pasti tuh setiap waktu kita disuruh Allah, Allah memerintahkan shalat 5 waktu. Nah, sebelum Allah nyuruh kita, kita sudah standby. Sebelum Allah manggil kita untuk shalat, nah kita sudah standby di masjid. Pas Allah bilang, “Hayya ala ashshalah!” (Ayo kita shalat!), selain kita jawab la hawla wala quwwata illa billah...kita jawab dalam hati tuh, “Saya sudah di sini dari tadi, ya Allah!” di masjid ini dari tadi lho!” hehehe...Mantep, „kan?

 

Bagaimana ceritanya jika kita mentokin beribadah ke Allah? Maksudnya  gini, selain  yang ibadah wajib kita kerjakan tepat waktu, nah yang sunah-sunah pun kita tidak mau ketinggalan, seperti shalat tahajud, shalat duha, membaca Al-Qur`an, puasa Senin-Kamis, puasa Daud, bersedekah, membantu orang yang sedang dalam kesusahan, dan melakukan apa yang Allah sukai. Hasilnya apa? Subhanallah. Tak heran Rasulullah . Allah jadikan makhluk termulia dari semua makhluk, tak heran Allah sendiri yang menawari Rasulullah . menjadi seorang raja yang akan dilimpahi harta berlimpah, tak heran Allah menawari suatu gunung yang akan dijadikan emas untuk Rasulullah . Subhanallah. Allahu Akbar! Allah mengerti benar. Tak heran, sebelum Rasulullah meminta, semua disodorkan Allah. Dan tak heran semua kemauan Rasulullah, doa Rasulullah  semua diijabah Allah dengan seketika. 

 

 

Seorang ibu berkata kepada anaknya di ilustrasi di atas, “Wahai anakku, Ibu sayang kepada kamu, kamu mau apa, Nak?” Bagaimana dengan Allah?

 

Allah akan mengabulkan permohonan kita (untuk haji dan umrah) kalau kita benar-benar tunduk kepada Allah. Melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.

·         Katanya mau mau umrah, tapi sama Allah saja jauh. 

·         Katanya mau umrah, tapi shalat Tahajud saja ogah.

·         Katanya mau umrah, bangun Subuh saja telat Katanya mau umrah, shalat Duha saja malas.

·         Katanya mau umrah, shalat lima waktu saja sering terlambat.

·         Katanya mau umrah, sedekah saja mikir-mikir.

·         Katanya mau umrah, baca Al-Qur`an saja jarang.

·         Katanya mau umrah, mulut saja tidak dijaga. Bukan banyak zikir, malah banyak guncing

·         Katanya ingin cepat diundang Allah ke Tanah Suci, tapi maksiat jalan terus.

·         Katanya mau segera dipanggil Allah ke Tanah Haram, dosa saja masih dipelihara.

 

Inilah pembahasan inti, dari seluruh metode/cara cepat diundang ke Tanah Suci. Sebelum berpikir masalah uang atau biaya umrah, hal-hal yang berkaitan dengan diri mesti diperbaiki. Kalau mau ke Tanah Suci ya harus memantaskan diri. Layakkah kita ke Tanah Suci, kalau diri saja masih kotor? Lalu apa yang harus dilakukan?

·         Perbanyaklah istighfar dan taubat. (Kalau Nabi saja 70100 kali. Tentu kita harus lebih).

·         Lakukan shalat lima waktu tepat waktu. (Laki-laki sebaiknya berjamaah di masjid). Tambah qabliyah dan ba‟diyah.

·         Lakukan shalat Tahajud secara kontinyu 8 rakaat + witir 3 rakaat

·         Lakukan shalat Duha minimal 2 rakaat, maksimal 8 rakaat.

·         Perbanyak zikir subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar, minimal 100 kali.

·         Dawamkan membaca Ya Fattah ya Razzaq.

·         Jangan lupa zikir ya hayyu ya qayyum birahmatika Rutinkan membaca Al-Quran sembari memahami maknanya.

 

Lakukan selama  40 hari, 99 hari, 114 hari. Tunggu saja hasilnya. Kalau belum, terus tingkatkan dan ikhtiar. Sembari tetap ikhtiar bumi (bekerja, berbisnis, bertani, dll).

 

 Baca Juga: MEMAHAMI UMRAH