Search

MEMAHAMI UMRAH


Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh

 

 

 Umrah Bukan Plesiran

 

Umrah sejatinya adalah ibadah yang sama halnya dengan shalat, zakat, puasa, kurban, dan akikah. Anda harus melakukan sebaik mungkin memeroleh ridha Sang Pencipta. Bukan sekadar untuk menyenangkan orang lain, apalagi hanya untuk memeroleh status sosial tertentu, menambah pengalamanm atau menuruti keingintahuan. Menurut agama, ketulusan itu dinamakan niat ikhlas yang juga menjadi salah satu pilar utama agar sebuah tindakan disebut sebagai ibadah dan bisa diterima di sisi-Nya. 

 

“Sesungguhnya amal itu tergantung kepada niatnya dan sesungguhnya bagi setiap orang mendapatkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 

Ketika niat ikhlas sudah tertanam di hati, maka dengan sendirinya semua ibadah yang disyariatkan Allah menjadi mudah karena memang Allah tidak menurunkan agama ini untuk memberi kesulitan.

     “Allah menghendaki buat kamu kemudahan dan tidak menghendaki buat kamu kesulitan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)

     “...dan Dia (Allah) tidak menjadikan bagi kamu dalam hal agama sedikit kesulitan pun.” (QS. Al-Hajj [22]: 78)

 

 

Artinya, semua ibadah dan syariat Allah memang turun sebagai sesuatu yang mudah dan memudahkan, biasanya manusianyalah yang membuatnya menjadi sulit, termasuk dalam hal ibadah umrah.

 

Allah tidak mensyaratkan Anda memakai kain ihram yang mahal, pakaian gamis yang branded. Hanya 2 lembar kain tak berjahit dari bahan apa pun yang sederhana dan murah. Atau gamis dan kerudung yang murah.

Allah tidak mensyaratkan Anda untuk naik bus AC agar umrah Anda sah. Tidak juga harus menginap di hotel bintang lima ataupun menaiki pesawat yang direct flight. Semua itu hanyalah penunjang yang sangat mungkin dimodifikasi sesuai kebutuhan. Toh, orang yang tidur di hotel bintang lima dengan yang tidur di hotel biasa masih melakukan thawaf di Ka‟bah yang sama-sama gratis, shalat di Masjidil Haram secara gratis, dan menangis di Raudhah yang gratis pula dan sama-sama menyembah Rabb yang sama tanpa keluar uang sepeser pun.

 

Akan tetapi yang terjadi saat ini, umrah diperlakukan layaknya paket tamasya yang memfasilitasi ibadah ini adalah biro perjalanan tamasya. Orang-orang yang akan beribadah juga mempersiapkannya sebagai perjalanan tamasya. Silakan tanya kepada semua orang yang akan umrah, apa saja yang mereka persiapkan sebelum berangkat? Saya yakin, hampir semuanya menjawab, jadwal cuti, uang saku, pakaian, koper, daftar oleh-oleh, dan masih banyak lagi. Jarang sekali diperoleh jawaban bahwa yang dipersiapkan adalah pengetahuan tentang cara umrah yang sesuai sunah, hati yang ikhlas, membiasakan diri dengan ibadah sunah, taubat, dan hal-hal lain perihal persiapan ibadah umrah. Jadi, apa bedanya umrah dengan perjalanan keliling ASEAN atau Eropa?

 

Apa saja yang perlu dipersiapkan sejak detik ini juga? Karena ini merupakan ibadah, jalan menuju surga. Jalan yang tidak pernah dihiasi oleh bunga dan wewangian namun jalan yang selalu dipenuhi onak dan duri. Selain itu juga, jalan perjuangan yang menuntut kesabaran, keteguhan, kelelahan dan keikhlasan.

Di ujung jalan itu ada ridha Allah. Ketika Anda pulang dari Baitullah dengan limpahan ridha tersebut, saat itulah perjalanan Anda menjadi perjalanan yang sukses. Setiap kesusahan yang dialami sepanjang perjalanan, sama sekali tidak mengurangi kesuksesan perjalanan Anda. Dengan hati yang ikhlas, hal itu malah menjadi ladang amal yang meningkatkan derajat Anda di sisi Allah .

عَجََتاً لِأَمْ رِ الهُْؤْنِوِ، إِنََّ  أمَْرَهُ  كَُُّ ُ  خَيٌْْ، وَليَسَْ  ذَاكَ  لِأخَدٍ  إلََِّ  للِهُْؤْنِوِ، إِنْ  أصَابَخْ ُ  سَََّاءُ  شَمَرَ، فكَََنَ  خَيًْْا لََُ؛ وَإنِْ  أصَابَخْ ُ ً ضَََّاءُ  صَبَََ، فَكََنَ  خَيًْْا  لََُ

 

“Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang Mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya, apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar.” (HR. Muslim)

 

Jangan sampai ibadah umrah yang bernilai tinggi dinodai oleh ketidakikhlasan, ngedumel, dan melupakan esensi dari ibadah itu sendiri.  Ada yang memahami bahwa ibadah umrah itu hanya ketika tepat shalat di Masjidil Haram Mekkah dan Masjid Nabawi Madinah, dengan kelipatan pahala luar biasa. Itu benar adanya! Namun, jangan sampai ibadah ritualnya bagus tapi ibadah sosialnya lemah. Jujur, saya juga saat umrah sempat terperangkap kepada pemahaman keliru ini, karena saya waktu itu sangat ingin fokus shalat di Masjidil Haram Mekkah dan di Masjid Nabawi, Madinah. Namun, pada akhirnya, saya pun berkali-kali beristighfar, memohon ampun atas kekeliruan pemahaman ini.

 

Ceritanya. Kebetulan di antara 27 orang jamaah umrah yang berangkat bareng saya, saya satu-satunya orang yang dianggap‟ fasih  berbahasa  Arab  dan sedikit bisa berbahasa Inggris. Ya, memang saya ada basic bahasa Arab di Pesantren 6 tahun, dan 4 tahun kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Arab. Alasan inilah yang justru membuat saya jadi kerepotan. Seringkali saya terhambat untuk berangkat ke masjid hanya gara-gara ibu-ibu yang kunci/kartu kamar hotelnya ketinggalan, dan bahkan hilang. Sayalah yang diminta untuk menghadap resepsionis, nego minta kunci pengganti. Cukup kerepotan juga. Untung ada sedikit modal bahasa Arab, hehehe. Saya tiba-tiba saja menjadi “pembimbing umrah dadakan”, hahaha.

 

Awalnya  saya sempat terganggu dengan kondisi ini, tetapi lama-lama justru menjadi hiburan. Apalagi kalau sudah berhadapan dengan „gadis-gadis‟ berumur 70 tahun ke atas, saya mendapat hiburan tersendiri. Saya suka candain. Bayangkan saja, untuk naik lift sudah ketakutan. Buka kunci kamar hotel yang pake kartu nggak berani. Saya pun ikut turun tangan sebagai „pengantar‟ dan „pembuka kunci‟. Hehehe.


Ada lagi jamaah satu kamar. Bapak ini sudah berumur 70 tahun. Ke mana saya pergi ia ikut. Jika saya shalat ke Masjidil Haram, pundak dan atau tangan saya tak pernah dilepas dari genggamannya, begitu pun saat thawaf. Tapi justru, bapak ini sangat patuh dan baik hati. Saking baiknya, saya pun dibelikan oleh-oleh Madu Yaman, Kurma, dll. Dikasih ya terima. Nggak ada doa nolak rezeki. Hahaha.

 

Begitulah, ibadah mesti dipahami secara universal bukan parsial. Utuh, bukan separuh-separuh. Apa pun yang terjadi di Tanah Suci, maka jadikanlah sebagai jalan ibadah dan evaluasi, sembari terus memohon ampun kepada Allah Yang Mahasuci.  Ngertiii? 

             

 

Umrah Sebagai Ibadah Utama

Umrah itu ibadah akbar, bukan hanya uang yang keluar, tapi perjalanan yang ditempuh pun begitu jauh. Seingat saya, sekitar 9-10 jam untuk menempuh perjalanan sampai ke Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Dengan pesawat lho. Bayangkan kalau berjalan kaki, bisa gempor, hehehe.

 

Karena umrah adalah perjalanan jauh dan membutuhkan biaya puluhan juta, belum lagi berdesak-desakan saat ibadah thawaf dan sa‟i, maka sangat wajar jika di dalamnya banyak keutamaan. Bisa dikatakan, umrah memiliki posisi spesial di antara ibadah-ibadah lainnya. Di antara keutamaan tersebut antara lain sebagai berikut:

 

1.      Jihad, Sebagaimana Keutamaan Haji

Aisyah radhlyallahu „anha bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau Saw. bersabda, “Iya”. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu dengan haji dan umrah.” (HR. Ibnu Majah)

 

Masya Allah, Allah memberikan keutamaan ibadah umrah sama dengan derajat orang yang berjihad dan berperang di jalan Allah. Jika ibadah ini dilakukan ikhlas karena Allah maka begitu besar pahala yang akan mengalir seperti layaknya ganjaran pahala jihad.

 

2.      Menghilangkan Kefakiran dan Menghapus dosa Rasulullah   bersabda:

 “Ikutkanlah umrah kepada haji. Karena keduanya menghilangkan karat  pada besi, emas dan perak. Sementara tidak ada pahala bagi haji yang mabrur kecuali surga”. (HR. Nasa`i).

 

 

Banyak orang berpikir bahwa ketika melakukan ibadah umrah maka mereka mengeluarkan biaya yang besar dan hal tersebut akan mengurangi hartanya. Namun pandangan tersebut tentu  bertentangan dengan hadis Rasulullah di atas. Karena dengan berumrah justru Allah akan melindunginya dari kefakiran. Maka jika Anda ingin dimudahkan jalan rezekinya oleh Allah, maka salah satu bentuk ibadah yang dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan umrah.

 

Sama halnya dengan ibadah sedekah. Masih banyak orang yang mengira bahwa dengan bersedekah akan mengurangi hartanya. Padahal justru sebaliknya. Allah memberikan balasan yang berlipat ganda atas sedekahnya.

 

Oleh karena itu, untuk mendapatkan keutamaan tersebut diperlukan keyakinan dan keikhlasan  dari  orang yang bersangkutan atas ibadah yang dikerjakannya. Tentu akan sangat disayangkan jika masih timbul perasaan setengahsetengah atau bahkan mempertanyakan kebenaran alasan yang akan diberikan Allah. Padahal tidak sedikit biaya yang harus dikeluarkan untuk umrah ini. Sebab  hal itu sama saja dengan meragukan kebaikan dari Allah yang  telah  disampaikan melalui lisan Rasul-Nya. 

 

3.      Menghapus Dosa di antara Dua Umrah Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:

“Antara umrah yang satu dan umrah lainnya, itu akan menghapus dosa di antara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Setiap kebaikan yang dilakukan oleh seorang Muslim akan menghapuskan dosanya. Maka umrah merupakan salah satu ibadah yang besar. Dan Allah akan menghapuskan seluruh dosa-dosa yang dilakukan sejak terakhir kali berumrah, kecuali dosa syirik. Adapun ketika dilakukan ketika pada bulan Ramadhan maka pahalanya akan disamakan seperti pahala haji.

 

4.      Umrah Ramadhan Setara dengan Haji bersama Rasulullah

Umrah  di bulan Ramadhan terasa sangat  istimewa dari umrah di bulan lainnya senilai dengan haji bahkan seperti haji bersama Rasulullah .

 

Dari Ibnu Abbas , ia berkata: bahwa Rasulullah  pernah bertanya kepada seorang wanita,

 نَا نَيَعََكِ  أنَْ  تََُجِّيَ  نَعَياَ؟، قاَلجَْ  :كََنَ  لَنَا ىاَضِحٌ، فَرَكِتًَ ُ  أةُ فُلاَ نٍ وَابْيُ ُ، لزَِوجِْ ٍَا وَاةيِْ ٍَا، وَحرََكَ  ىاَضِدًا جَيضَْ حُ عَليَْ ، قاَلَ " :فإَذَِا كََنَ  رَمَضَانُ  اخْخهَِرِي فِي ًِ، فإَ نَِّ خُهْرَةً  فًِِ  رَمَضَانَ  خَجَّثٌ "

 

“Apa alasanmu sehingga tidak ikut berhaji bersama kami?” wanita itu menjawab, “Aku punya tugas memberi minum seekor unta, yang mana unta itu ditunggangi oleh ayah fulan dan anaknya, ditunggangi suami dan anaknya, ia meninggalkan unta tanpa diberi minum. Lantas kamilah yang bertugas membawakan air pada unta tersebut”. Lantas Rasulullah  bersabda: “Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji”. (HR. Bukhari dan Muslim) 

 

5.      Keutamaan Lainnya

Selain keutamaan-keutamaan ibadah umrah yang secara spesifik disebutkan dalam berbagai hadis dan ayat di atas, terdapat beberapa keutamaan yang lain. Yang hanya didapat ketika ke tanah suci. Mulai dari perjalanan menuju Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Rasulullah memperbolehkan melakukan perjalanan jauh dengan memeroleh keberkahan dari Masjid. Yakni hanya tiga masjid, Masjidil Haram,

Masjidil Aqsa, Masjid Nabawi. Sebagaimana sabda beliau,

 لَ  تشَُدُّ  الرخَِّالُ  إِلَّ  إلَِ  ذلَاَذثَِ  مَصَاجِدََ  :الهَصْجِدِ  الْرََامِ، وَمَصْجِدِ  الرَّشُ لِ     وَمَصْجِدِ  الأقصَْ  

“Tidaklah pelana unta (tidak dilakukan perjalanan jauh safar) kecuali menuju tiga masjid, Masjid Haram, Masjid Aqsa, Masjid Nabawi.” (HR. Bukhari).

 

Selain ketiga masjid tersebut, meski semegah apapun bangunannya, siapapun yang membangunnya, sepenting apapun sejarahnya, tidak ada masjid lain lagi di dunia ini yang memiliki keberkahan dan keutamaan khusus seperti tiga masjid tersebut. Oleh karena itu, sangat layak jika seseorang bersusah payah melakukan perjalanan yang sangat jauh sekalipun.

 

Secara umum, ketika Anda berjalan menuju masjid  untuk shalat atau ibadah lainnya. Maka Allah akan menaikkan derajat dalam setiap hitungan langkah dan menghapus dosa-dosa. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah, Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad bersabda: “Setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah”. (HR. Muslim)

 

Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin dalam Syarah Al-Arbain  An-Nawawiyah mengatakan, “Setiap langkah kaki menuju shalat adalah sedekah baik jarak jauh maupun dekat” Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad  bersabda, “Setiap langkah menuju shalat akan dicatat sebagai kebaikan dan akan menghapus kejelekan”. (HR. Ahmad). 

 

Ini berarti bahwa orang yang  berjalan kaki tujuh menit menuju ke masjid derajatnya diangkat lebih tinggi dan  kesalahannya  dihapus lebih banyak daripada yang berjalan kaki lima menit. Orang yang berkendara karena jauh mendapatkan keutamaan lebih banyak daripada orang yang berjalan tujuh menit, dan begitu seterusnya. Bayangkan berapa besar ganjaran yang dijanjikan Allah ketika Anda menyeberangi lautan, kota, desa dan gurun. Hanya untuk sampai ke rumah Allah yang penuh berkah.

 

Sesampai  di Masjidil  Haram, Allah memberikan lagi keutamaan yang tak bisa didapat di tempat lain. Shalat satu rakaat di Masjid Nabawi setara dengan shalat 1.000 rakaat di Masjid lainnya. Sementara shalat satu rakaat di Masjidil Haram setara dengan shalat 100.000 rakaat di masjid lain.

 

Sebagaimana disebutkan dalam hadis Jabir bin Abdillah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda,  صَ لاَةٌ  فِ مَصْجِدِي َذَا خَيٌْْ نِوْ ألَفِْ صَلاَةٍ فِيهَْا شِ َاهُ  إلَِّ الهَْصْجِدَ الـْدَرَامَ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik 1000 shalat di masjid lain kecuali Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih baik 100.000 shalat di masjid lainnya”. (HR. Ahmad 3/343)

 

Selama  di Masjidil Haram, selain shalat dan tilawah, Anda juga dapat melakukan ibadah yang  tidak bisa dilakukan di tempat lain, yaitu thawaf (mengelilingi).  Inilah ibadah yang paling utama untuk dikerjakan selama di Mekkah. Anda dianjurkan mengulang thawaf sebanyak mungkin, sesuai  kemampuan fisik Anda. 

 

Selain terdapat masjid yang memiliki keutamaan, di tanah suci juga terdapat makanan dan minuman yang mendapatkan berkah dari Allah, seperti halnya air zamzam. Rasulullah  bersabda,   نَاءُ  زَمْزَمَ لهَِا شُُِبَ لََُ

“Air zam-zam itu diminum mengikuti apa yang diniatkan atau dikehendaki”. (Diriwayatkan dari Jabir, Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Muawiyah).

 

Inilah satu-satunya air yang diperbolehkan untuk mengharapkan berkah. Bukan air dari sumur keramat manapun. Ketika Anda mengharapkan kesembuhan dengan meminumnya maka air zam-zam akan menjadi obat. Begitu pula ketika Anda mengharapkan limpahan rezeki, maka ia akan menjadi pembuka pintu rezeki. Ketika mengharapkan menghilangkan dahaga, maka ia akan menjadi minuman yang paling menyegarkan dibandingkan minuman apapun.

 

Keutamaan selanjutnya bisa Anda dapatkan di Madinah. Kota ini memberikan kesempatan dalam menggapai berbagai keutamaan. Anda berkesempatan untuk shalat dan berdoa di masjid Quba juga dapat memeroleh pahala umrah, sebagaimana Rasulullah   bersabda, “Barangsiapa bersuci di rumahnya kemudian datang ke Masjid Quba kemudian dia mendirikan shalat di sana, maka dia mendapatkan pahala umrah”. (HR. Ibnu Majah dan lainnya).

 

Berziarah ke makam Nabi Muhammad dan para sahabat di Baqi dan Uhud di Madinah juga menjadi kesempatan bagi para jamaah untuk menuntut  ilmu agama dari para ulama besar pada majelis-majelis ilmu yang diadakan di Masjid Nabawi. Bahkan, kini beberapa majelis tersebut sudah ada yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya.

 

Semua pintu  kebaikan akan  terbuka seluas-luasnya ketika berada di Tanah Suci. Selanjutnya hanya soal bagaimana semangat Anda untuk membuka dan masuk ke dalam pintu-pintu tersebut. Tentu saja sebanyak dan sebesar apapun amalan, Allah  hanya menerima amalan yang sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad tanpa dikurangi maupun ditambah sedikitpun. Sebagaimana sabda beliau,

“Ambillah dariku tuntunan manasik haji kalian”. (HR. Muslim)

                                

“Siapa yang mengada-ada dalam urusan agama kami ini yang bukan berasal darinya, maka dia tertolak”. (HR. Bukhari dan Muslim)

 

             

Jangan Takut Naik Pesawat 

Judul di atas sepertinya merendahkan Anda sebagai pembaca. Menganggap Anda kuno, tak pernah naik pesawat. Bukan itu yang saya maksud. Justru ini adalah stresing terhadap sebagian orang yang takut atau bahkan trauma naik pesawat dengan jarak tempuh yang cukup lama. Atau takut naik pesawatnya karena bukan pesawat Garuda atau Emirat. Serius. Ini kisah nyata. Saya tidak usah menyebutkan namanya. Aib kan? Hehehe.

 

Suatu hari, ada yang daftar umrah dan sudah bayar. Direncanakan berangkat bareng saya pada Maret 2016. Kebetulan saya berangkat umrah dari Padang (Istri saya kebetulan orang Padang. Ya, istri bisa pulang kampung dan saya bisa nitip juga ke mertua. Hehehe). Namun si bapak ini nggak jadi berangkat, gara-gara pesawatnya bukan Garuda. Saya beserta rombongan kebetulan naik Air Asia. PadangMalaysia-Jeddah. Alasannya, kalau nggak Garuda nggak aman, nanti pesawatnya kenapa-kenapa. #tepukjidat.

Apa yang terjadi? Si bapak ini batal pergi, hingga detik buku ini saya tulis, dia belum juga umrah. Padahal duitnya ada. Waduh, terlaaaluuu ya...hehehe.

 

Jujur, saya juga sempat trauma naik pesawat. Karena pesawat yang saya tumpangi nyaris jatuh. Saat itu saya selesai mengisi Seminar Motivasi “Spirit of Life” di Palu, Sulawesi Tengah. Kebetulan pesawat nggak langsung ke Jakarta, tapi transit di Makassar. Nah sekitar seperempat jam menjelang landing itulah pesawat goyang dan goncangannya luar biasa, seakan oleng. Prediksi saya dan para penumpang yang lain, kalau setengah jam atau satu jam kondisi ini terjadi, pesawat bisa benar-benar jatuh. Memang, cuaca saat itu sangat tidak bersahabat. Gelap sekali. Hanya kepasrahanlah yang tumbuh saat itu. Dengan izin Allah pesawat pun bisa mendarat dengan selamat.

 

Jujur, hal ngeri pun sempat saya bayangkan. Perjalanan 2,5-3 jam saja sudah membuat saya bosan naik pesawat, apalagi perjalanan 9-10 jam di pesawat. Tapi saya yakin, niat saya untuk ibadah  pasti Allah lindungi. Dan benar saja, selama 9 jam saya tidak merasakan cemas sedikit pun. Justru pesawat Air Asia yang saya tumpangi terasa nyaman. Ini bukan promosi Air Asia, tapi pengalaman pribadi. Hehehe.

 

Oleh karena itu, jangan pernah membayangkan yang serem-serem lah kalau mau berangkat umrah. Enjoy dan gembira saja. Allah yang mengundang Anda koq. Allah jadikan Anda tamu istimewanya. Diundang pejabat saja senang, apalagi ini diundang Tuhannya para pejabat, seharusnya harus lebih senang „kan?

 

Kalau soal pesawat jatuh, itu mah sudah takdir Allah. Namun, selama saya hidup belum pernah saya mendengar kabar dan menonton berita “Pesawat anu jatuh membawa jamaah Umrah/Haji.” Kalau jatuh, mati, itu bukan urusan kita. Kalau pun sedang duduk di rumah, mati pun bisa saja menghampiri. Apalagi ini untuk ibadah. Maka ketakutan demi ketakutan yang tak beralasan seharusnya sudah tidak ada.

 

Yang mesti difokuskan sebelum, sedang, dan sesudah umrah adalah terus meningkatkan ibadah, memperbaiki diri, banyak memohon ampun kepada Allah, serta mohon dilancarkan dalam ibadah umrah. Hanya itu saja, tidak lebih tidak kurang. 

Sampai buku ini ditulis, saya selalu khawatir terhadap si bapak tadi. Khawatir Allah murka, dan Dia tak mau mengundangnya ke Tanah Suci. Saya berharap semoga saja tidak. 

Kenapa saya berpikir demikian? Saya sebagai orang bodoh berpikir, tanpa sadar si bapak itu lebih menuhankan pesawat eksekutif dibanding menuhankan yang Menguasai pesawat apa pun. Memang, tidak dipungkiri pesawat mahal serupa Garuda memang safety-nya tak diragukan lagi, kenyamanannya tak terbantahkan. Saya juga sudah berkalikali naik Garuda. Tapi pesawat apa pun bukankah Allah yang mengendalikan? Kalau jatuh, ya jatuh saja walau sehebat apa pun pengamanan pesawat.