Surat Terbuka untuk Irjen Pol Fakhrizal, Jenderal Humanis Kebanggaan Sumbar
Assalamualaikum wr wb.
Salam hormat, semoga jenderal dalam keadaan sehat.
Mohon maaf, kami lancang berkirim surat. Apalagi, isinya lumayan panjang. Tapi, yang namanya pesan, harus tetap kami sampaikan.
Jadi begini jenderal. Sejak Jum'at (6/12) sore hingga Senin (9/12) siang ini, tidak sedikit Walinagari,
Ketua Kerapatan Adat Nagari, Kaampek Suku, Bundo Kanduang, serta ketua-ketua pemuda asal beragam daerah di Sumbar, bertanya soal kepindahan bapak kepada kami.
Pertanyaan muncul, setelah mereka membaca berita di sosial media. "Benarkah pak Fakhrizal pindah? Padahal baru kemarin rasanya," kata Ketua NU Limapuluh Kota, Syahrul Isman, di grup WAG.
Ketua Kerapatan Adat Nagari Situjuah Tungka H. AM Dt Bandaro Kuniang dan Kaampek Suku Nagari Tungka Dt Gindo Simarajo, juga mengaku kaget, perihal kepindahan Kapolda
Walinagari Situjuah Batua DV Dt Tan Marajo, juga demikian. Dia dapat kabar Kapolda pindah, dari Kapolsek Situjuah. "Dulu, saat kami atas nama Walinagari mengundang pak Presiden Jokowi dan diwakili pak Moeldoko untuk menghadiri Peristiwa Situjuah ke 70 tahun pada 15 Januari 2019, pak Kapolda yang full beri dukungan moral. Acara sukses. Kami bangga dengan beliau," kata DV Dt Tan Marajo.
Lain lagi kenangan niniak mamak di Situjuah Tungka, bersama bundo kanduang, dan tokoh masyarakat. Usai Pilpres dan Pileg 2019, mereka mendatangi Kapolda Irjen Pol Fakhrizal ke Mapolda, di Padang. Ada enam bus berangkat.
Tokoh masyarakat nagari datang, memberi apresiasi sekaligus penghargaan setinggi-tingginya, atas komitmen Kapolda mengamankan jalannya pesta demokrasi.
Maklum, kala itu, dua kelompok di Sumbar tercabik-cabik akibat beda pilihan. Ada yang pro 01, ada yang 02. Polarisasi ini, akan menjadi bahaya besar jika recovery tidak dilakukan. Polri hadir dengan semangat nawacita.
Atas dasar itu pula, tokoh-tokoh masyarakat menitip penghargaan kepada Kapolda dan Kapolri Jendral Tito Karnavian (kini Mendagri), sebagai simbol apresiasi rakyat untuk korps rastra sewakottama. Polri sukses amankan Pilpres dan Pileg.
"Ada satu hal lagi yang kami tidak bisa lupa dengan kebaikan pak Kapolda, saat beliau ikut wakaf tanah penambahan areal bangunan, untuk Pondok Pesantren Al Makmur Tungkar. Nilainya banyak, Rp50an juta," kata Ustad Daliusman, alumni pertama Pondok Pesantren yang didirikan mendiang Buya Yarman Nur tersebut.
Ketua Pemuda Nagari Manggilang, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Pinel, juga mengaku kehilangan sosok Kapolda Fakhrizal. "Pak Fakhrizal, adalah jendral yang mensupport kegiatan-kegiatan olahraga. Kegiatan masyarakat kecil. Makanya, kami di sini, tanpa diminta siapapun, maju atau tidak beliau, KTP akan kami kumpulkan, berharap beliau maju jadi Gubernur Sumbar," kata dia.
Lain lagi, Rizki alias Kiki, tokoh pemuda Aia Tabik, Payakumbuh Timur, Kota Payakumbuh. "Kami berharap, kalaupun pak Fakhrizal sudah tidak jadi Kapolda, mohon kami bapak maju jadi gubernur. Sebab Sumbar butuh bapak, kami butuh bapak," kata Kiki.
Ketua AMPI Sumbar Wahyudi Thamrin mengaku, Sumbar bersyukur, pernah memiliki Kapolda seperti Irjen Pol Fakhrizal. "Pak Kapolda, pemimpin yang arif, bijaksana. 35 bulan menjadi Kapolda, itu lama. Apalagi, Kapolda di kampung halaman sendiri," kata Wahyudi Thamrin.
Sementara itu, Hijrah, tokoh muda Batusangkar juga mengaku terkejut atas kepindahan Kapolda Sumbar. "Pak Kapolda, adalah salah satu tokoh yang kuat mendorong, agar teman-teman di Batusangkar, mengelola wisata budaya, salah satunya lewat Pasar Vander Capallen. Beliau juga mensupport adanya bus untuk pelajar," kata Hijrah.
35 BULAN PENUH EMPATI
Lebih 35 bulan menjadi Kapolda Sumbar bukanlah waktu yang sebentar. Awal jadi Kapolda, Irjen Fakhrizal dihadapkan dengan bencana banjir hebat di Pangkalan Koto Baru, Limapuluh Kota.
Berpuluh-puluh ton beras bantuan dikucurkan personil Polri. Korban tewas di dalam jurang, ditemukan setelah beberapa hari evakuasi. Kapolda memimpin evakuasi dua hari berturut-turut. Termasuk membantu warga dam prajurit TNI -Polri yang asrama Koramilnya terendam.
Tidak cukup di sana, Fakhrizal juga hadir saat bencana galodo di Batusangkar, bencana alam di Solok Selatan, hingga kemarin ada banjir bandang di Agam. Saat tsunami 2009, Fakhrizal yang menjadi Dir Intelkam Polda Jambi, juga pulang kampung ke Sumbar. Dia diam-diam mengucurkan bantuan. Netizen mendapati dokumen videonya. Belakangan viral.
Aksi simpatik ala Fakhrizal, telah meruntuhkan beton kekuasaan. Tidak ada jarak antara polisi dengan masyarakat. Semua sama. Beberapa polisi inovatif juga hadir di nagari-nagari. Bahkan, ada polisi yang menggalakan bertanam serai wangi di Balimbiang, Batusangkar. Ekonomi petani sehat.
Belum lagi, selama menjadi Kapolda Sumbar, Fakhrizal tidak mau Pemerintah Daerah "dinakali". Buktinya, tak satupun muncul keluhan, Kapolda minta proyek atau jatah fee pelaksanaan kegiatan di daerah. Apalagi beking-membeking, dia ogah. Sekalipun langit akan runtuh, hukum harus ditegakan.
Fakhrizal, juga berhasil menjadi orangtua asuh dari belasan cabang olahraga. Para tokoh olahraga di Sumbar, banyak mengadu ke Fakhrizal. Ketika administrasi Pemda rumit mengucurkan bantuan proposal, para olahragawan tidak sedikit yang mengadu terakhir ke jendral asal Kamang, Agam itu.
Sumando rang Piaman ini, menggelar puluhan kali ivent olahraga sampai buru babi. Semua komunitas, tak luput dari sentuhannya. Ini bukan dibuat-buat. Fakhrizal memang begitu adanya. Akibatnya, dia kesulitan keluar dari simpati warga. Sosoknya diharap membawa Sumbar lebih hebat, lebih maju, makmur dan mandiri.
JENDRAL, SAATNYA KITA MAINKAN!
Pak Fakhrizal, lewat surat ini, kami juga mengucapkan ribuan terimakasih atas cinta kasih yang sudah jenderal berikan untuk Sumatera Barat, untuk anak nagari.
Perihal mutasi bapak Fakhrizal ke Mabes Polri, belakangan menimbulkan banyak tanda tanya di tengah masyarakat.
Ada yang meyakini sebagai tour of duty dan tour of area, sebagai wujud promosi dan rotasi, ada pula yang mencoba mengaitkan dengan dugaan praktik tidak sehat oknum politisi yang disinyalir tak kuasa melihat gelombang dukungan rakyat kepada bapak.
Itu sah-sah saja, tidak ada persoalan. Malah sebaliknya, kepindahan bapak Fakhrizal, kian menyulut semangat rakyat, mendukung jenderal menjadi gubernur.
Ketika yang lain punya partai politik , maka pak Fakhrizal punya dukungan rill lewat KTP. Di daerah-daerah, dukungan ini ibarat mata air. Susah dihambat. Di Payakumbuh misalnya, ada gerakan relawan mencetak baliho bapak dengan cara patungan. Di Dharmasraya, Solok dan beberapa wilayah.
Kekuatan yang terlahir dari bawah tanah, adalah modal besar bagi bapak Fakhrizal maju menjadi Gubernur Sumbar. Apalagi ada kekhawatiran publik, sejak Presiden Joko Widodo kalah di Sumbar untuk kali kedua, pembangunan di Ranah Minang akan terseok-seok.
Sosok Fakhrizal, diyakini mampu menjawab tantangan tersebut. Terlebih, saat ini, Menteri Dalam Negeri juga merupakan mantan Kapolri.
Kami yakin dan percaya, latar belakang Irjen Pol Fakhrizal di dunia intelijen, akan mempercepat gerakannya merebut kemenangan.
Bukankah sang pemenang tahu kapan harus melawan dan kapan tidak melawan?
Mengutip pesan teori perang Sun Tzu, sang pemenang adalah mereka yang mempersiapkan dirinya sambil menunggu keadaan dimana musuh tidak siap. Ini adalah presentasi dari sikap tenang Fakhrizal.
Akhir kata, selamat bertugas di jabatan yang baru jenderal, sampai jumpa di palagan berikutnya.
Ayo kawan, kita bergerak dengan kepala tegak!🇮🇩🇮🇩
Muhammad Bayu Vesky