4 Hari Bersama Rekan Rekan Dari Jakarta Di ranah Minang
Pagi Sabtu 09/11 sekitar jam 08.00 wib dengan mengunakan mobil minibus perjalanan menuju kota Bertuah di negeri Lancang Kuning dimulai. Perjalanan ini dalam rangka menjemput para sahabat yang akan berlibur di Ranah Minang selama 4 Hari perjalanan. Sabtu 9/11 siang sekitar jam 12.55 wib pesawat City Link yang membawa penumpang dari bandara Kuala Namu Medan Sumatera utara mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekan Baru Riau. Sahabat yang di jemputpun turun dari pesawat tersebut.
Setelah berkemas barang bawaan dan melaksanakan sholat zuhur di sekitar bandara, perjalanan menuju Ranah Minang Kami mulai dari sini. Salam perkenalan dengan diiringan canda tawa diatas mobil mengiringi perjanan menuju Sumatera Barat siang menjelang sore pada hari itu. Saat melintas di jalan Sudirman Pekanbaru, para sahabat ini meminta berhenti sejenak karena melihat ada warung jual durian. Kami singgah makan durian dan ngopi.
Setelah itu perjalanan kami lanjutkan dengan menempuh jalur Sudirman, belok jalan Nangka menuju Arengka II. Di persimpangan SKA kami sempat terperangkap macet yang lumayan lama. Kendaraan saling berebut masuk untuk berbelok. Mau tidak mau harus ikut bersabar walau perut sudah mulai tidak bisa diajak kompromi.
Selepas dari macet gas mobil agak ditekan demi bisa cepat dapat sampai di rumah makan. Akhirnya perjalanan rehat sejenak di seputaran panam untuk mengisi lumbung tengah. Oh iya sahabat yang berlibur tersebut adalah bu Siti, Hu Hanie dan Om Ipung. Mereka adalah bagian keluarga besar Bank BCA dan ditempatkan di salah satu cabang di Jakarta. Bu Hanie dan Om Ipung sudah memasuki masa purna tugas alias pensiun pada pertengahan tahun ini.
Bu Siti orang sunda, Bu Hanie Orang Jawa Timur sementara Om Ipung asli Medan dengan marga Nasution. Sementara saya sendiri asli Minang. Perbedaan suku asal membuat kami semakin akrab dengan canda tawa selama perjalanan tersebut. Salam satu Hamparan Nusantara dibawah lindungan Negara Kesatuan Republik Indonesia terasa nyata disaat mendampingi mereka liburan di Ranah Minang. Sebelum ke Ranah Minang, 3 sahabat ini berlibur di Sumatera Utara.
Selesai makan di Panam perjalan menuju Ranah Minang Kembali dilanjut. Memasuki Kabupaten Kampar Provinsi Riau hari sudah mulai petang dan cuaca juga sudah tidak bersahabat buat perjalanan. Hujan dan angin kenjang melanda perjalanan saat mulai memasuki daerah Kuok Bangkinang. Kami terpaksa berhenti dulu sampai hujan reda demi keselamatan. Karena pemandangan mengendara tertutup sudah oleh derasnya hujan.
Usai Maghrib cuaca mulai reda perjalanan di teruskan menuju Sumbar. melintasi perbatasan Kabupaten Kampar Riau dan Limapuluh Kota Sumbar hari sudah mulai malam. Satu persatu wilayah yang dilalui di coba perkenalkan kepada 3 sahabat yang baru kali ini menginjakan kaki di Ranah Minang.
Perjalanan agak kembali menegangkan saat menempuh tanjakan 17 kilo Kecamatan Pangkalan menuju Kecamatan Harau Limapuluh kota. Kabut tebal menyelimuti jalan nan berliku di lereng bukit barisan tersebut. Tidak lebih 5 meter pandangan mata tembus ke depan. Setelah melewati jembatan layang kelok Sembilan, perjalanan mulai agak nyaman walau sedikit lelah sudah mulai tiba. Target Sabtu malam menuju penginapan di lereng Gunung Bungsu Taeh Bukik Kecamatan Payakumbuh Kabupaten Limapuluh Kota.
Sekitar jam 23.00 wib kami sampai di penginapan Tombak Resort taeh Bukik. Tiga sahabat ini lansung berbenah untuk istirahat karena sebelumkan kamar sudah di booking. Sementara saya kembali kerumah karena tinggal tidak begitu jauh dari sana.
Minggu 10/11 pagi setelah cekout kami menuju lembah Harau dengan menyisiri jalan kampung yang tembus ke Pusat Perkantoran Pemkab Limapuluh Kota. Sampai di Lembah Harau lansung belok kiri ke Aka Barayun. Lokasi wisata air terjun Lembah Harau. Foto sana sini mengabadikan moment perjalanan tidak dilupakan.
Dari sini dilanjut ke Sarasah Bunta, dan Jalan lingkar Lembah Harau menuju Katinggian Nagari Sarilamak. Seputaran jalan baru ini keindahan alam Lembah Harau terlihat menakjubkan. Apalagi di posisi yang cukup tinggi. Kamera hanphone maupun DLSR kembali beraksi mengabadikan suasana.
Kelok Sembilan sebelum siang tidak lupa kami kunjungi. 3 Sahabat ini saya ajak melewati kelok 9 dengan liku tikungan yang sangat menantang. Dipuncak Kelok 9 kami rehat sambil berswafoto. Dan saya sampaikan inilah jalan lama yang dinamakan kelok 9. Dan ini jalur utama menuju Pekanbaru Riau sebelum jembatan layang selesai dibangun.
Dari Kelok 9 perjalanan dilanjut menuju Nagari Taram, Kapalo Banda dan Surau Tuo kami singgahi. Selesai zuhur di Taram perjalanan di teruskan menuju Padang Mangateh nan konon New Zeland nya Indonesia kata orang orang sekarang. Hamparan padang rumput dan sapi sapi berkeliaran menjadi daya tarik lokasi satu ini.
Sebelum sampai di peternakan Padang Mangateh, amanat penderitaan perut kembali di selesaikan. Apalagi om Ipung sudah mulai gelisah karena perut memberontak katanya. ahaha. Rumah Makan dengan menu spesifik Monuru milik Dt Karongkong di Nagari Andaleh jadi sasaran penyelesaian amanat penderitaan perut kami siang itu.
Usai makan lansung tancap gas menuju hamparan padang rumput di Peternakan Padang mangateh Kecamatan Luhak Kabupaten Limapuluh Kota. Setelah lapor pos jaga pertama dan kedua mobil lansung diarahkan ke lokasi berfoto foto ria.
Dari sini perjalanan dilanjut menuju Bukittinggi Kota Wisata. Perjalanan sempat terhalang dengan tumbangnya pohon besar disalah satu ruas jalan di Kota Payakumbuh. Sebelum Maghrib mulai kami sudah meninggalkan kabupaten Limapuluh Kota menuju Luak Agam.
Perjalanan kembali terganggu dengan antiran panjang pengisian bahan bakar minyak di SPBU Baso. Sehingga macet tak terelakkan. Ada mendekati dua jam kami merangkak melintasi jalur macet ini. Payakumbuh Bukittinggi yang biasanya tidak sampai satu jam perjalanan malam itu kami tempuh sekitar tiga jam. Sekitar jam sembilan malam kami baru sampai di penginapan di Kota Wisata ini.
Setelah rehat dan berbenah sejenak kami jalan jalan melihat rona warna warni Jam Gadang yang merupakan ikon kota ini di tengah malam. Sayang air menari dengan ragam warga sudah istirahat pula. menurut info kami dapat air hidup jam 6 sore dan mati jam 9 malam. Selesai berswafoto kami kembali kepenginapan untuk rehat menjelang pagi menyambut.
Senin 11/11 pagi usai sarapan kami mengunjungi Ngarai Sianok dan Lobang peninggalan zaman Jepang. Setelah itu perjalanan dilanjutkan menuju Luak Nan Tuo Tanah Datar dengan melewati kecamatan Baso.
Istano Silinduang Bulan jadi lokasi pertama berswafoto di depan rumah Gadang Minangkabau. Setelah itu baru menuju Istano Bosa Pagaruyuang.
Dari Istano bosa perjalanan diarahkan menuju Kota Padang. Makam rajo, Batu Batikam kami lihat sambil jalan saja karena mengingat waktu tempuh ke Kota Padang. target masuk sore di Kota Padang. Dalam perjalanan di Nagari Pitalah kami kembali bersua penjual durian. Parkir lansung untuk belanja dan santap di lokasi.
Dari Pitalah meluncur menuju Kota Serambi Mekkah Padang Panjang. Melintas di Pusat kota dan berhenti makan siang di Rumah Makan yang ada di turunan Silaiang. Melewati Lembah Anai perjalanan menuju Kota Padang kami lanjutkan. Walau hari sudah mulai senja. Faktor macet di setiap SPBU yang kami lewati membuat target sore di Kota Padang gagal.
Sekitar jam 9 malam baru sampai di penginapan di pusat Kota Padang. Pagi Selasa 12/11 usai sarapan lansung cek out menuju kota tua di kawasan pondok. Dan sebelum zuhur di Masjid Raya Kota Padang.
Sebelum menuju bandara Sahabat sahabat dari Jakarta ini tidak lupa membeli oleh oleh makanan khas Ranah Minang. Rombongan terbang menuju Batavia dengan pesawat jam 19.00 wib.
Ternyata tidak cukup waktu 3-4 hari untuk berkeliling ria di Ranah Minang ini ungkap para sahabat yang masih ingin melihat beberapa spot wisata lainnya di Sumatera barat.
Selama di Ranah Minang ada sedikit keluhan dari para sahabat ini dengan macet jalan karena antrian BBM di setiap SPBU, juga sarana MCK di lokasi wisata atau rumah makan perlu pembenahan lebih baik.
Semoga liburannya menyenangkan Bu Siti, Bu Hanie dan Om Ipung