Mirip Daun Ganja, Ternyata Tanaman Ini Banyak Dibutuhkan Dunia Industri
Oleh: Dr. Silvia Permata Sari, SP., MP.
Dosen Program Studi Agroteknologi, Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian,. Universitas Andalas
Kenaf, begitu tanaman satu ini diberi nama. Sekilas mata memandang akan terlihat daunnya mirip dengan salah satu tanaman terlarang di negeri ini. Ya, Manaf daunnya mirip dengan daun mariyuana alias daun ganja.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering melihat bahkan menggunakan furniture, pintu, kunsen, pulp dan kertas, pelapis dinding rumah, tekstil, karpet, motor, mobil, bahkan pesawat sebagai alat transportasi. Tahukah anda, kalau salah satu bahan baku untuk berbagai industri tersebut adalah tanaman kenaf atau yang dikenal dengan nama latin Hibiscus cannabinus. Kenaf adalah tanaman semusim yang menghasilkan serat alami.
Tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus) merupakan tanaman asli dari benua Afrika khususnya wilayah Tanzania dan Kenya yang telah dibudidayakan sejak 4.000 tahun sebelum masehi. Kenaf telah tersebar luas dan dikembangkan di berbagai negara seperti India, Tiongkok, dan Bangladesh telah mengembangkan kenaf sebagai komoditas unggulan nasional dengan dukungan riset dan hilirisasi yang terintegrasi (Rahman et al., 2022; Mansour et al., 2022). Namun di Indonesia tanaman kenaf ini masih belum mendapat perhatian yang memadai, terutama dalam konteks industrialisasi serat alami, dimana tanaman ini masih terbatas dibudidayakan dan masih terdengar asing di telinga petani maupun masyarakat umum. Padahal tanaman kenaf itu sangat potensial dikembangkan di wilayah tropis dan subtropis.
Tanaman kenaf ini memiliki fakta unik, yaitu: sekilas dari penampilan morfologinya, tanaman kenaf ini mirip daun tanaman kenaf ini mirip dengan daun Ganja (Foto: Dr. Silvia Permata Sari). Daun tanaman kenaf berbentuk mirip daun ganja memiliki letak yang berselang-seling dan terletak pada cabang serta batang utama. Daun kenaf terdiri atas tiga bentuk daun, yaitu tidak bertoreh, semi menjari, dan menjari penuh. Bagian pinggir daun ada yang memiliki bergerigi dan tidak bergerigi, sedangkan permukaan daun ada yang berduri, berbulu, berduri dan berbulu, serta tidak berduri dan tidak berbulu. Kemudian panjang tangkai daun bisa mencapai 18 cm, dengan tepi yang umumnya bergerigi. Karena ciri-ciri morfologi itulah tanaman kenaf sering dianggap Daun Ganja, padahal bukan ganja ya.
Di Sumatera Barat, budidaya tanaman masih terbatas dan belum banyak ditemukan di lapang. Kalau pun ada, budidaya Kenaf tersebut dilakukan oleh perusahaan industri yang ada di Indonesia, seperti KBS. Terbatasnya budidaya tanaman kenaf di Sumatera Barat disebabkan oleh beberapa faktor:
Benih tanaman kenaf ini belum bisa didapatkan secara bebas di pasaran, seperti halnya mendapatkan benih tanaman lain yang mudah di toko tani. Itu karena kenaf adalah tanaman asli Afrika.
Pasar untuk tanaman kenaf ini masih terbatas, artinya: tidak semua industri menjadi menampung hasil panen tanaman kenaf ini.
Masih minimnya pengetahuan petani tentang tanaman kenaf. Bahkan dari hasil kuisioner dan wawancara Doktor Muda Fakultas Pertanian Universitas Andalas (Dr. Silvia Permata Sari, SP., MP.) pada 100 petani di beberapa daerah Sumatera Barat, sekitar 87,50% belum mengenal apa itu tanaman kenaf.
Berdasarkan beberapa faktor penyebab tersebut, maka Dr. Silvia Permata Sari dan timnya pada tahun 2025 ini melakukan Riset tentang: Uji Potensi Budidaya Kenaf Tanaman Serat Asal Afrika tersebut di Sumatera Barat. Riset tersebut beranggotakan: Ir. Muhsanati, Dr. Ely Vebriyanti, Bella Safira, SP., dan Fachrizky Erdi Prawira.
Riset kenaf ini merupakan salah satu riset yang dinyatakan lolos seleksi dan diterima oleh LPPM Unand di tahun 2025 ini. Riset tersebut didanai oleh LPPM Universitas Andalas Padang tahun 2025 ini dalam skema Riset Luaran Buku (RLB) dengan Nomor Kontrak: 462/UN16.19/PT.01.03/PLB/2025 pada Tanggal: 14 April 2025, dengan judul: Uji Potensi Budidaya Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Asal Afrika Sebagai Salah Satu Komoditas Industri yang Potensial Dikembangkan di Sumatera Barat. Tujuan riset tersebut adalah untuk mengevaluasi potensi tanaman kenaf yang potensial dikembangkan di Sumatera Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi pertumbuhan dan adaptasi kenaf varietas KR 15 asal Afrika pada kondisi agroklimat di Sumatera Barat yang meliputi parameter morfologis seperti tinggi tanaman, diameter batang, bobot biomassa, dan rasio tajuk-akar. Hasil dari penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah terhadap pengembangan basis teknologi budidaya kenaf dan mendorong pemanfaatannya dalam pengembangan industri berbasis bioresources yang berkelanjutan di Indonesia.
Riset tanaman kenaf ini dilakukan pada lahan pertanian sekitar 1.500 meter, dimana varietas kenaf yang diuji adalah KR 15. Benih kenaf varietas KR 15 diperoleh dari mitra Dr. Silvia tersebut yaitu PT. KSB. Hasil penelitian Dr. Silvia dan tim menunjukkan bahwa *tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.) varietas KR 15 asal Afrika menunjukkan performa pertumbuhan dan adaptasi yang sangat baik pada kondisi agroklimat Sumatera Barat*. Rata-rata tinggi tanaman mencapai 323,4 cm pada umur 112 hari setelah tanam, dengan diameter batang sebesar 3,74 cm, bobot segar batang 14,20 kg per tanaman, dan bobot kering akar 235 g per tanaman.
Rasio tajuk–akar sebesar 6,1 mengindikasikan efisiensi alokasi biomassa yang mendukung potensi produktivitas tanaman. Kemampuan adaptasi tersebut menunjukkan bahwa kenaf varietas KR 15 asal Afrika memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai komoditas tanaman industri berbasis serat alami. Hasil Riset tentang uji potensi budidaya tanaman kenaf di Sumatera Barat ini akan diseminarkan pada Seminar Nasional Pascasarjana Universitas Mataram pada tanggal 24 Juli 2025.
Selain itu, pada kesempatan ini juga Dr. Silvia berharap tanaman kenaf dapat dijadikan sebagai salah satu tanaman prioritas untuk diteliti dan dikembangkan oleh Universitas Andalas. Sekaligus Unand bisa menjadi leader untuk pengembangan tanaman kenaf di pulau Sumatera, khususnya Sumatera Barat. Itu dikarenakan tanaman kenaf merupakan merupakan tanaman serat yang potensial dikembangkan di Sumatera Barat, ujar Ibu Doktor muda Unand yang energik dan rajin itu di akhir wawancara liputan ini.